God! Aku minta maaf lagi, aku sudah sangat lama tidak menulis adegan menegangkan dan actions 😭😭 ini membunuhku betapa aku kikuk menuliskan scane ini, ditambah Daisy secara harfiah tidak dibangun sebagai gadis yang menendang pantat penjahat.
Daisy
Bergerak dengan hati-hati, aku menggeser tubuhku sehingga mejanya berada di belakang punggung. Tanganku meraba dalam diam, berdoa pada bintang keberuntunganku agar laci itu tidak pernah dikunci, karena terakhir kali aku di sini, aku tidak melihat Kalvac memerlukan kunci untuk membukanya. Itu harusnya mudah, sederhana saja. Tarik lacinya terbuka, ambil pistol ramping itu, sembunyikan, dan kembali ke sel seolah tidak ada yang terjadi.
Itu secara teoritis, kenyataannya jariku gemetar dan mataku dengan liar terus melihat ke arah Kalvac yang perhatiannya masih tersita pada tablet di tangannya. Masalahnya, satu detik kesalahan berarti langkah mundur dari kebebasan. Satu detik Kalvac mengangkat pandangannya berarti bencana untukku. Waktu adalah komponen yang esensial.
Lakukan atau tidak sama sekali, ucap suara batinku begitu jariku melingkari pegangan laci. Aku menahan napasku yang terasa seperti keabadian saat kenyataannya itu hanya beberapa detak jantung. Aku menariknya. Laci terbuka. Bunyi logam yang berderit pelan membuatku ngeri, meskipun itu tidak cukup untuk menarik perhatian Kalvac. Sekarang.
Memasukkan tanganku ke dalam laci tanpa melihat, aku dengan mudah dapat merasakan bentuk pistol ramping yang pernah aku lihat Kalvac gunakan untuk menyerang makhluk malang itu. Makhluk malang yang saat ini masih di dalam sangkar baja, belum dipindahkan. Tidak seperti saat terakhir aku ditarik pergi, makhluk itu diam, keheningan yang anehnya membuatku khawatir tanpa alasan. Itu saja, pikiranku teralihkan selama sedetik, aku melihat ke arah kandang. Menolehkan kepalaku terlalu jauh hingga tubuhku berputar dan tumit kakiku menendang meja logam.
pukulan tumpul itu tidak cukup keras.
"Apa yang kamu lakukan!" Suara Kalvac tajam, nada meremehkan yang biasa dia ambil saat bicara padaku meruncing begitu matanya melihat di mana tanganku berada.
Semua rencana dibatalkan, dan detik itu aku pikir insting bertahan hidup menendang masuk. Aku tidak tahu dari mana datangnya. Aku tidak pernah menjadi orang yang agresif, tidak pernah mengetahui itu ada di dalam darahku. Atau mungkin sederhana saja, itu ada di dalam diri setiap manusia. Setiap makhluk hidup. Tidak pernah terbangun sampai mereka didorong ke tepi. Sama seperti hewan liar yang terpojok, dan satu-satunya pilihan yang tersisa adalah menyerang.
Aku bahkan tidak menyadari apa yang telah terjadi sampai itu terlambat. Efeknya menakutkan. Tanganku gemetar, perasaan dingin yang merayap dari ujung jari ke tangan hingga akhirnya mencapai otakku ke pemahaman yang membuatku mual. Aku baru saja membunuhnya.
Tanganku masih memegang needle, pistol itu ramping dan ringan, begitu pas di tanganku. Jariku masih menekan pelatuknya. Aku merasa pusing, gabungan dari adrenalin dan kesadaran bahwa aku baru saja mengambil nyawa, tidak peduli jika itu alien jahat yang menculikku, dan mungkin bahkan menurut standar keadilan manapun adil untuk melihatnya mati. Aku masih tidak menginginkan itu ada di tanganku.
Ada detik di mana pikiran konyolku berhenti bekerja, memunculkan pertanyaan aneh yang tidak berguna pada situasiku.
Bukankah senjata seperti ini seharusnya memiliki pengaman? Apakah alien yang menjelajah galaxy cukup bodoh untuk tidak memasang pengaman pada senjata? Bahkan manusia melakukannya! Atau itu Kalvac yang menjadi ceroboh?
Aku memutuskan itu yang terakhir dan anehnya itu sedikit membasuh shock yang menyiramku seperti ember air dingin. Itu salahnya karena menjadi ceroboh, tentu aku masih tidak bisa menghapus gambar saat baut putih panas melesat dari ujung tajam needle langsung ke kepala Kalvac. Bagaimana tubuhnya ambruk ke lantai, mengejang satu dua kali sebelum berhenti sepenuhnya. Diikuti denting tablet yang membentur lantai saat terlepas dari tangannya.
Itu begitu cepat dan tanpa suara, bahkan pembunuhan itu tidak menarik perhatian Stroviex yang aku tahu berjaga di belakang pintu. Sejujurnya aku tidak menginginkan pembunuhan lain di tanganku.
"Ayo pikirkan, Daisy. Kamu sudah pergi sejauh ini. Tidak mungkin kamu memutuskan untuk gagal." Aku bergumam, dan mondar-mandir yang semakin membuang waktuku. Aku yakin salah satu Stroveix akan datang untuk memeriksa cepat atau lambat. Lalu pilihan sembrono itu akhirnya dibuat.
Aku hanya bisa berharap pilihan itu tidak akan menyebabkan kematianku dengan cara menyakitkan dan tragis. Baiklah jangan pikirkan kematian, itu hanya akan membuatku gugup, dan saat aku gugup aku sering mengacaukan banyak hal. Sayang sekali aku tidak memiliki saklar yang tertanam di dalam tubuhku untuk mematikan rasa gugup, itu akan menyenangkan.
Berdiri di depan kandang logam, aku bahkan tidak bisa mengintip melalui kotak kaca kecil yang dimaksudkan sebagai jendela pengamatan. Aku tidak bisa melihat hewan yang ada di balik logam, tapi itu tidak diperlukan. Aku masih mengingat gambarannya. Setiap detail mematikan yang aku simpan untuk diriku sendiri dan belum aku ceritakan pada Aidan. Surai keemasan, tubuh seekor kuda, taring dan mata yang liar. Mata yang seharusnya menjanjikan kebebasan. Aku harus takut, dan aku lakukan, tapi aku juga merasakan antisipasi. Perasaan tegang di dasar perutku. Menarikku untuk maju, mungkin itu masih efek dari adrenalin yang belum surut. Itu bahkan mungkin pikiranku yang tidak bekerja akhirnya membawaku ke kematian berdarah.
Alasannya tidak terlalu penting. Aku membutuhkan pengalih perhatian, jadi aku akan membuatnya. Apa pengalih perhatian yang lebih baik dari pada hewan liar yang lepas?
Jariku memegang gerendel di pintu logam yang berat. Aku menggesernya dan kemudian mulai menarik logam yang memisahkanku dari hal yang mungkin akan menjadi kematian instanku.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Saved By Alien
RomansaROMANCE || MATURE || SCI-FI Daisy McCormick Ketika Daisy menyadari telah diculik dan dilemparkan ke dalam sel bersama segerombolan alien yang mengamuk dan marah, dia merasa sangat ketakutan. Jika bukan karena salah satu alien sepertinya bertekad unt...