Daisy
Ini harus menjadi mimpi!
Atau mungkin aku baru saja menjadi gila? Meski aku tidak bisa mulai menemukan alasan kenapa aku menjadi gila. Hal terakhir yang aku ingat adalah pergi tidur, dan aku yakin sudah mengunci semua pintu dan jendela di apartemen. Jadi bagaimana aku bisa terbangun di sini? Saat aku membuka mata, aku menemukan diriku berada di dalam semacam tabung statis yang keluar langsung dari film fiksi ilmiah. Di mana kamu masuk ke dalam tabung itu sebelum pesawat luar angkasa diluncurkan. Aku menatap kaca melengkung yang ada di atasku, menyegelku di dalam tabung dan terisolasi dari seluruh dunia yang ada di luar sana. Aku melihat ke langit-langit baja yang terlihat mencolok dan tajam. Pada cahaya putih terang yang membuat mataku sakit sehingga aku harus menyipitkan kelopak mataku. Aku menyerap setiap pemandangan ganjil yang dapat ditangkap oleh mataku. Semua yang aku lihat membunyikan alarm di kepala. Itu berteriak bukan rumah. Bahwa aku berada di tempat yang benar-benar asing. Aku tidak tahu di mana aku berada dan perasaan takut pertama mulai merayapi tulang punggungku.
Aku mencoba menggerakkan tubuh, tapi sesuatu membelenggu pergelangan tanganku. Menahannya di kedua sisi tubuhku. Menarik mataku menjauh dari pemandangan di luar sana, aku mulai memperhatikan apa yang benar-benar terjadi padaku. Pertama aku menemukan diriku telanjang. Aku hanya tahu itu karena aku bisa merasakan seluruh kulitku bersentuhan dengan sesuatu yang lunak. Aku tidak tahu apa tepatnya tapi bagian dalam tabung tempatku berbaring membentuk diriku dengan sempurna, seolah itu terbuat dari semacam gel yang mengikuti bentuk tubuhku.
Anehnya gel itu tidak membuatku merasa kedinginan atau panas, yang membuatku curiga kalau gel seharusnya berfungsi untuk menyesuaikan suhu tubuhku. Untuk sesaat aku takut aku tidak akan bisa bernapas di dalam sini, hanya untuk menyadari bahwa aku tidak kekurangan oksigen bahkan setelah aku terengah-engah dengan panik. Aku berharap untuk melihat beberapa panel atau tombol, tapi tidak ada apa-apa di dalam tabung. Benda gel yang menahanku juga tidak mengendur meskipun aku mencoba sekuat tenaga untuk bergerak.
Rasanya seperti selamanya saat aku terjebak di dalam tabung. Aku mulai menghitung dengan putus asa di kepalaku, berharap itu bisa memberiku semacam orientasi waktu. Aku tidak yakin berapa lama waktu berlalu sejak aku membuka mata, yang jelas aku telah mencapai hitungan ke 427 saat aku menangkap gerakan di luar tabungku. Aku masih tidak tahu apakah itu pertanda baik? Atau itu benar-benar kabar buruk? Saat itu aku hanya senang karena seseorang ada di sana, aku mencoba menggerakkan bibirku tapi sama seperti seluruh tubuhku, itu lumpuh. Aku tidak bisa berteriak, aku bahkan tidak bisa membuat satu bisikan sederhana. Selain itu aku juga tidak bisa mendengar apa pun. Semua indra yang hilang itu membuatku panik, memicu detak jantung yang menggedor tulang rusukku.
Bagaimana kalau sebenarnya aku sudah mati dan ini adalah arwahku yang masih terjebak di tubuh yang tidak berfungsi? Aku tidak ingin mati, aku bahkan belum pernah berkencan, menikah, dan memiliki anak-anak. Itu sangat kejam jika aku mati sekarang. Semua pemikiran gila itu segera berakhir saat aku ingat, jantungku masih berdebar-debar di sangkar tulang rusukku. Jika aku mati, itu benar-benar akan berhenti. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Aku tidak harus menunggu lama untuk mendapatkan jawabanku. Sayangnya aku tidak menyukai jawaban itu sama sekali.
Mataku masih terbuka lebar, menatap langit-langit di atas sana saat aku melihat sesuatu yang hanya bisa berasal dari film fiksi dan novel. Aku menatap ke mata kuning reptil dengan celah pupil vertikal, mata yang sekarang mengawasiku seolah akulah yang seharusnya menjadi anggota dari pertunjukan orang aneh. Dan omong-omong itu bukan hanya matanya yang tidak manusiawi, tapi seluruh dirinya. Dari posisiku sekarang, aku hanya bisa melihat hingga batas lehernya. Dia memiliki kepala yang menyerupai kadal, lengkap dengan moncong yang membentuk mulut dan hidungnya. Alih-alih rambut, kepalanya dihiasi sisik yang bergelombang, mirip dengan yang ada di punggung buaya, tapi dia memiliki daun telinga kecil yang terlihat kaku di kedua sisi kepalanya. Seluruh kulitnya diselimuti sisik seperti ular, yang ini berwarna hijau seperti warna daun di musim semi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saved By Alien
DragosteROMANCE || MATURE || SCI-FI Daisy McCormick Ketika Daisy menyadari telah diculik dan dilemparkan ke dalam sel bersama segerombolan alien yang mengamuk dan marah, dia merasa sangat ketakutan. Jika bukan karena salah satu alien sepertinya bertekad unt...