Chapter 15

71 8 3
                                    

Sepulangnya dari rumah sakit Madelyn memberanikan diri bertanya kemana saja Kenan selama ini sebab mereka tidak pernah bertemu padahal Madelyn ingin mentraktir Kenan atas kebaikan nya saat menolong nya mencari kakaknya ternyata baru di ketahui kalau Kenan selama ini berada di Australia untuk urusan pekerjaannya dan baru hari ini dia kembali ke Indonesia tapi malah terluka karena menolong nya.

Pantas saja Madelyn tidak pernah bertemu dengan pria itu ternyata dia di luar negeri selama ini. Madelyn lega karena berpikir kalau Kenan tidak ingin bertemu dengan nya tapi ternyata dia menghilang karena urusan pekerjaan.

Bolehkah Madelyn sedikit berharap dengan Kenan?

Tidak salahkan?

Madelyn merasa Kenan masih lajang karena tidak terlihat cincin di jari pria itu yang menandakan pria itu masih sendiri.

Selama perjalanan menuju rumah Kenan, Madelyn mencuri pandang ke arah Kenan yang memejamkan matanya. Tak henti-hentinya Madelyn mengagumi betapa tampan nya ciptaan Tuhan yang ada di depan nya sampai Madelyn tidak bisa memalingkan wajahnya karena Kenan lebih tampan dan gagah sekarang atau hanya perasaan nya saja karena tidak bertemu 1 tahun?

Entahlah..

Mendadak kedua mata Kenan terbuka membuat Madelyn yang masih memandang wajah pria itu tersentak kaget. Segera ia mengarahkan pandangan nya kearah lain sembari menahan malu karena kepergok memandangi pria itu sedang tidur.

"Ekhemm." Madelyn berusaha bersikap tenang meski debaran jantung nya terus saja tidak berhenti berdetak kencang karena tatapan Kenan yang terasa olehnya.

"Kita sudah sampai Pak." kata supir.

Madelyn menarik nafasnya lega karena mereka sudah tiba di rumah Kenan yang sangat mewah. Mereka pun keluar dari sana dengan Madelyn yang membantu Kenan berjalan atau lebih tepatnya memaksa untuk membantunya berjalan padahal pria itu seperti tidak sakit sama sekali. Keduanya masuk ke dalam rumah yang sangat sepi sekali.

"Apa tidak ada keluarga mu di sini?" tanya Madelyn melirik ke sana kemari tidak ada orang sama sekali padahal rumah ini sangat besar.

"Tidak, aku tinggal sendirian." jawab Kenan.

Madelyn mengangguk tidak melanjutkan bertanya tentang keluarga Kenan lagi karena rasanya tidak sopan bertanya di saat seperti ini. Mungkin nanti kalau ada waktu yang pas Madelyn bertanya tentang keluarga Kenan agar ia bisa lebih tahu soal pria itu.

Madelyn mendudukkan Kenan di sofa dengan penuh hati-hati takut kalau Kenan merasakan sakit di area perutnya.

"Apa masih?" tanya Madelyn khawatir.

"Tidak." jawab Kenan.

"Apa tidak ada pelayan di sini?"

"Tidak, tapi sekarang aku akan mencari pelayan."

Madelyn mengangguk lalu kembali hening.

"Ken, sekali lagi aku berterima kasih kepadamu karena 2 kali kau telah menyelamatkan ku dari penjahat."

"Sudah berapa kali kau bilang seperti itu." jengah Kenan.

Madelyn meringis.

"Aku hanya merasa tidak enak saja kepadamu. Aku ingin membalas kebaikanmu dengan mengajakmu makan malam, apa kau mau?" tawar Madelyn.

Ia memang bersungguh-sungguh ingin membalas kebaikan Kenan bukan untuk mencari celah mendekati nya.

"Kapan?"

"Kapanpun kau bisa. Aku selalu bisa."

Kenan terdiam.

"Aku harus melihat jadwalku."

Forbidden Desire [MATEO#3] (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang