keadaan deja vu kerap kali mendatangi taehyung, lolos sebelum diinterogasi oleh polisi telah menjadi kebiasaan barunya sehari hari. katakanlah taehyung kim seorang buronan, karena di sendiri pun tak akan menolak. ia bahkan dipanggil rubah licik berkat pengalamannya yang kabur terus menerus dari geratan sang polisi.
namun kali ini, taehyung tak merasa sepenuhnya menjadi buronan dan rubah licik. jungkook ada di depannya, mengendarai motornya, mengebut dan menyalip satu persatu kendaraan beroda empat di jalan sempit seperti sekarang hanya bertujuan untuk kembali ke rumah pria kim
"masih gapercaya lo sama gua hah?!"
jungkook setengah berteriak, mengingat dimana si pria bernama taehyung ini tak sepenuhnya percaya akan ide gila yang bermunculan di kepalanya akan berhasil, alih alih meremehkan, taehyung justru tersenyum kecil sekarang.
"iya."
"sialan!"
keduanya tertawa di atas motor, terpaan angin membawa rambut taehyung seolah olah terbang, redup cahaya dari lampu jalanan berkali kali menyinari wajah tegasnya. dan ia, terlihat seribu kali lebih tampan ketika tersenyum seperti sekarang.
jungkook yang melihatnya di spion motor tersenyum halus, hangat di dada dan detak jantungnya mulai kembali terasa.
ia bersumpah, taehyung tak akan kehilangan senyumnya selama dia berada di sisinya.
page 08 :: weak and weak. 𖦽 [No. 1 Party Anthem - Arctic Monkeys]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
17 Februari, 09:10 WKS. Hari keempat Jungkook diculik.
'plak!'
tamparan keras tersebut menggema di seluruh ruangan. nyonya jeon lah pelaku yang dengan mudahnya menampar gadis kecilnya yang masih berusia enam belas tahun itu- hanni, si malang.
"berhenti membual, belajar yang rajin di kamar ya sayang?"
namun seketika, sorot matanya yang penuh akan kebencian memudar, menjadi lembih lembut namun tak kunjung dapat membuat hanni merasa lega, gadis itu terlihat semakin ketakutan dengan memberikan respon tubuh bergetar dan kepala yang tak berani menatap sang ibunda.
mingyu tak bisa mencegah. ia tak dapat melewati batas ketika semua hal bersangkut paut dengan nyonya ataupun tuan jeon sekaligus. ia hanya menghela nafas, nyeri di dada ketika melihat hanni sekarang lari terbirit birit ke kamarnya sambil menahan tangis.
padahal semua yang ingin dilakukan anak itu hanyalah memberi secercah bukti mengenai hilangnya kakak tertua jeon menurut apa yang kepalanya fikirkan dan mingyu fikir itu masih masuk akal saja.
"hah- kenapa dia jadi banyak omong, bikin pusing pusing pusing!"
sementara nyonya jeon meremat rambutnya kuat kuat, tuan jeon hanya menyesap rokoknya seolah olah abai. sesekali lelaki berumur senja tersebut akan menyalangkan tatapan matanya pada mingyu yang tengah berdiri di sisinya.