Semakin banyak hal yang diketahui tentang sesuatu, semakin banyak pula rasa yang dituangkan padanya—or not. Tidak selalu seperti itu memang, tetapi banyak hal terjadi seperti itu. Seseorang biasanya suka pada sesuatu karena tahu tentang suatu hal, rasa itu akan berkembang menjadi cinta—mungkin—ketika hal itu semakin terbuka, semakin memperlihatkan suatu hal yang menunjukkan bahwa ia pantas untuk dicintai.
Begitu cara orang mempromosikan suatu barang, kan? Dengan memperlihatkan berbagai macam kelebihan dan kekurangan barang tersebut? Orang-orang juga biasanya akan mencari tahu lebih dalam tentang suatu hal yang minat untuk mereka beli, jika kekurangannya bukan suatu masalah besar dengan kelebihan yang menurutnya sesuai untuk dirinya, ia akan membeli. Seseorang tidak membeli suatu barang jika ia tidak menyukainya.
Karissa menggelengkan kepalanya, apa yang terjadi pada otaknya hari ini?
Drtt ....
Karissa yang sedang memilih baju untuk dipakai sore itu menoleh malas pada ponsel yang terletak di atas meja belajarnya, wajah konyol Tina yang ia ambil diam-diam memenuhi layar ponselnya.
"Apa, sih, Tin? I've told you a thousand times that it's not a date," cerocos Karissa sebelum Tina sempat berbicara duluan.
Tina tertawa terbahak-bahak di seberang sana. "Lo yang kenapa, bego!" semprot Tina.
"Gue tuh nelepon bukan karena mau ngeledekin lo yang bakalan jalan bareng mantan," ujar Tina.
Karissa mendengus, sepertinya tidak perlu diperjelas juga seperti itu. Rasanya sekarang ia seperti sedang melakukan dosa kalau begini.
"Upsy ... gue kelepasan ngomongnya ..." kata Tina selanjutnya yang membuat Karissa ingin memutus sambungan telepon ini secepatnya.
"Lo mau apa, sih?" tanya Karissa kesal.
"Easy there, gue bosen, anjir! Lo gak ada saran kegiatan gitu biar gue gak mati kebosanan di sini?"
"Makanya cari cowok jangan yang sibuk," dumel Karissa pelan, tangannya menggeser beberapa pasang bajunya yang dinilai tidak layak untuk ia gunakan hari ini.
"Wah ... parah bener lo. Jadi sekarang lo nyalahin Daren banget ini?" tanya Tina tidak percaya.
Karissa menghela napas, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu karena ia sendiri tahu bahwa Tina tahu jawabannya.
***
Hari itu Jakarta Aquarium tidak terlalu ramai oleh pengunjung mengingat Jumat masih termasuk weekdays. Dan karena Karissa datang ke sana bersama dengan William, ia jadi tidak perlu khawatir dengan tiket karena William itu penuh dengan persiapan dan rencana, satu hal yang membuat Karissa senang bersamanya.
"Berapa tiketnya tadi?" tanya Karissa setelah mereka berhasil masuk ke dalam sana.
William yang sedang menyiapkan kameranya menoleh, lantas tertawa pelan mendengar pertanyaan itu. "Seriously, Kar?"
Karissa menatap William polos.
William menggeleng, ia kembali sibuk dengan kameranya. "You think too much, it will hurt you one day."
Karissa tidak merespons. Matanya fokus dengan aquarium raksasa dengan berbagai macam ikan di dalamnya. Ruangan yang mereka masuki kali ini cukup gelap, sepertinya ditujukan agar pengunjung merasa berada di dalam laut. Beberapa pengunjung lain sibuk memotret dengan ponselnya, berbeda dengan William yang membawa kamera.
![](https://img.wattpad.com/cover/378339347-288-k511688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unspoken Thing
Short StoryUnspoken things. Hewan, tumbuhan, suasana, kendaraan, dan lainnya yang tidak dapat berkomunikasi dengan manusia tetapi anehnya dapat menyimpan sebuah kenangan, membuat Karissa terkadang benci dengan tempat itu. Namun unspoken things tidak terbatas s...