Tag OSIS terpasang dengan rapi melambangkan jabatan yang di pegangnya baru 3 bulanan ini dan ia merasakan bagaimana repotnya guru-guru mengurus anak didiknya yang bandel dan sangat susah untuk di atur. Malasnya jika bertemu dengan senior yang sangat suka mengolok-olok dan bermain kasar dengan adik tingkatnya.
Terlihat di luasnya lapangan voli, murid-murid terlambat upacara dan yang bersembunyi di belakang sekolah sedang berbaris. Tidak ada kata kerapian di diri mereka terlihat bahagia berandalan para senior bahkan ada juga adik tingkat yang mungkin memang berteman.
Cuaca lagi panas-panas mereka malah minta di hukum.
"Keliling lapangan 25x."
"Lah? Kocak lo bangsat!" Teriak siswa lebih tinggi dari yang lainnya. "Lo mampu ga lari segitu banyak? Sok-sokan nyuruh."
"Peraturan tetap aja peraturan!"
Sama-sama suka nyolot.
"Kek, kelakuan elo dah bener aja, babi!" Masih dengan siswa yang sama. "Coba sana lo dulu lari 25x sanggup apa engga!"
"Argas sudah cok yang lo nyolot barusan itu siapa. Sadar dikit." Tahan temannya kebetulan berada di belakang Argas. Laki-laki itu takut temannya tidak bisa mengendalikan emosinya. "Dari pada panjang urusan, nurut aja."
"Cih! Banci."
Argas langsung saja berlari mengikuti teman yang lain sedangkan ketua OSIS SMANSA hanya menatap lelah. Baru juga ia menjabat sebagai ketua OSIS sudah banyak sekali tantangan.
Sampai harus di katai seperti barusan. Sebenarnya sakit hati tetapi Aven menguatkan mentalnya jika ia benar-benar lelah cara satu-satunya adalah tidak memperdulikan orang-orang seperti itu.
Memakan waktu hampir 20 menitan akhirnya mereka berhasil menyelesaikan hukuman. Niat ingin kembali ke kelas tetapi tidak semudah itu.
"Cari nama kalian terus tanda tangan."
"Cih! Ribet banget bangsat! Udah di hukum masih perlu juga."
"Kalau kamu engga mau ya engga usah. Jangan di buat ribut!" Ketus Aven tanpa niat menatap Argas yang berdiri di Sampingn. "Makasih, kak. Pergi kalau memang mau pergi!"
"Argas!!!!"
Srekkk
Buku dengan sampul catur di robek oleh Argas terlampau kesal. Suasana hatinya benar-benar buruk semakin di buat buruk dengan Aven seakan menguji kesabaran diri Argas.
"Gilak!" Teriak benar-benar orang yang ada di sana. Argas adalah badboy bukan Liam manusia serigala KW itu. "Bang Argas memang ngeri ya."
Sedangkan Aven memungut beberapa lembaran yang terbang di bawa angin. Ini yang membuatnya malas jika harus berurusan dengan senior sekolah seperti Argas yang memang memiliki sumbu rendah. Harus bagaimana menghadap laki-laki ini? Kenapa harus orang lain yang mengerti dirinya bukan malah Argas sendiri.
Argas pikir Aven tidak bisa marah?
Dengan kuat Aven mendorong tubuh bongsor Argas hingga mundur beberapa langkah kebelakang. Tatapan keduanya sama-sama sangit memandang ketidak sukaan satu sama lainnya.
"Ganti sekarang."
"Perlu? Gunanya buat gue apa kalau gue ganti tuh buku."
"Tanggung jawab, Gas! Kamu pikir aku beli bukannya pake daun engga aku tetap belinya pakai uang. Mentang-mentang orang kaya jadi harus seenaknya?"
Cengkraman di tangan Aven semakin kuat. "Beli buku aja minta ke orang lain?" Aven tidak habis pikir dengan apa yang baru saja di lontarkan oleh Argas.
"Kamu ngerusak buku aku! Sadar dong kalau kamu salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗿𝗴𝗮𝘀 [𝗼𝗻𝗴𝗼𝗶𝗻𝗴]
Teen Fictionpemikiran sama-sama masih bocil tapi di suruh nikah?