Chapture 06

1K 73 0
                                    

"Dapat dari mana?"

Argas lagi sibuk-sibuknya sama Dimas baikin motor Arthur teman-teman baru Argas di kompleks perumahannya ini. Dan tiba-tiba saja Rehan datang bersama Oky membawa handphone samsung z plif milik Aven baru di temukan di dalam kelas juga.

Padahal hilangnya di ruang OSIS ketemunya di ruang kelas. Argas sampai bingung. "Gue ketemu di laci ga tau meja siapa. Besok aja ceknya." Balas Rehan duduk di samping Janu bocah SMP tapi tinggi mau setinggi sama Rehan. "Engga langsung di antar?"

"Engga. Nanti juga nyusul ke sini."

Yang lain cuma bisa ngelirik doang. Enak banget jadi Bargas sudah punya istri, emang pihak sekolah tidak mengetahui murid berandalan ini sudah menikah? Itulah isi pikiran teman-teman Argas.

"Motor lo kenapa Thur?"

"Lah? Gue juga ga tau makanya minta tolong nih dua jablay baikin." Sahutnya santai. Biasalah anak STM jangan harap bisa serius dikit. Engga ada motor sudah pasti ada motoran sama teman kalaupun itu beda sekolah.

"Kemarin habis di bawa adek gue jalan sama temannya engga tau pas gue berangkat sekolah udah begini."

"Lakik, bini adek lu bang?"

"Bini."

Sudahlah! Mereka hanya bisa mendengus pelan dan memperhatikan bagaimana dua manusia beda sekolah itu. Padahal Arthur anak STM kenapa tidak memperbaiki sendiri? Dia beda jurusan sama Dimas cuy, ia Arsitektur sedangkan Dimas otomatis. Lalu Argas? Jangan di tanya manusia aneh itu pernah dua bulan sekolah di SMK gara-gara salah arah sekolah dari Papanya.

Yang seharusnya SMA 01 Papa Argas malah memberitahu anaknya SMK 01. Untung kedua pihak sekolah cepat mengambil tindakan dan orang tua Argas juga meminta maaf atas keteledoran sebagai orang tua Argas.

Entah berapa lama mereka diam di warung sembako milik keluarga Janu ini. Sampai-sampai Aven harus menyusul beruntung laki-laki kecil itu mau membawa motor sendiri. Tidak seperti hari itu, dua hari Argas di skors Aven rela berjalan kaki. Padahal jarak rumah Janu dan rumah Argas itu sangatlah jauh mau hampir 8 rumah harus di lewati.

"Mas!"

Masyallah!

Apa-apaan ini? Aven ngalahin orang yang make pemutih. Aven datang menggunakan payung dan pakai yang panjang sudah seperti musim hujan saja sedangkan mereka malah ada kaosan, bawahannya kolor ada juga cuma pake kolor ga pake baju, seperti suami Aven sendiri.

"Kenapa?" Di liriknya isi kresek plastik bening di gantungan motor. "Ngapain bawa kue gitu? Sama es gini De?"

"Buat kalian. Ambil gih, engga bakal habis juga sayang nanti kebuang."

Ini yang paling Dimas senang dari istri temannya ini. Suka banget bawain makanan entah itu apa padahal baru seminggu berteman sudah bisa mendapatkan makanan gratis. Engga nyesel temanan sama Argas mah.

Tangan yang lebih tua terulur untuk mengambil makanan yang ada di dalam kresek bening dan es nutrisari berbagai rasa. "Nih, Jun. Bagiin sama yang lain." Titahnya. Juna dengan cepat mengambil makanan dan minuman dari tangan Argas.

Lumayan cemilan panas-panas begini.

"Makasih Ven, Gas."

"Iya sama-sama bang." Aven kembali fokus ada Argas. "Aku udah bilang tadi jangan lupa. Mati listrik tau ga di rumah mana tadi aku cucian baju."

"Namanya juga lupa nanti pulang dari sini gue langsung beliin."

Aven hanya berdecak malas. Beruntung Argas mendapatkan istri seperti Aven yang terbiasa mencuci baju tanpa mesin cuci. Kebanyakkan anak-anak seumuran mereka lebih memilih untuk mencuci dengan mesin ataupun datang ke laundry di bandingkan mencuci sendiri.

𝗔𝗿𝗴𝗮𝘀 [𝗼𝗻𝗴𝗼𝗶𝗻𝗴]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang