Chapture 13

841 80 8
                                    

Dan lagi-lagi Argas harus terlibat dengan pengurus-pengurus sekolah. Laki-laki seakan tidak pernah mengenal kata lelah dan jare atas tingkat lakunya. Namun, kali ini Argas tidak mau diam seharusnya Abdi yang mendapatkan skros lebih banyak di bandingkan dirinya.

Manusia bangsat seperti Abdi memang harus pergi dari SMANSA. Di ruang kepala sekolah terisi orang tua masing-masing siswa yang bermasalah sedangkan teman Abdi yang di keroyok oleh anak IPS tidak di lanjuti, masalahnya hanya berfokus pada Argas dan Abdi.

Pandang mama Abdi menyorot pada penampilan Argas yang sangatlah acak-acakan. Sedangkan di samping Bargas ada Mama, Papa dan Arjun kakak sepupunya yang bangsat nya malah naksir sama istrinya.

"Saya ga mau tau! Anak berandal ini harus tanggung jawab!!! Anak saya sampai harus masuk rumah sakit di pikir gak pakai uang!" Bentak Mama Abdi kuat sambil menunjuk tepat di hadapan kepala Paa Argas. "Orang tua ga guna! Gimana cara kalian ngedidik anaka kalian sampai bisa mukul sembarangan anak orang!"

"Mohon tenang dulu, buk." Bu Marla kebingungan menenangkan amarah Mama Abdi dari tadi terus berteriak. "Kita selesaikan masalahnya baik-baik."

"HEH! Kamu ga tau status suami saya di sekolah ini!? Di mana etika kamu waktu bicara sama saya! Jangan sampai kamu kehilangan perkerjaan gara-gara ngebantah omongan saya aja! Orang kaya mereka memang ga ada pendidikan makanya prilaku anak mereka persis kaya bajingan."

Bersyukur orang tua Bargas masih diam.

Dalam hati pak Darma cuma gini aja; ngeliat anjing kotor lagi menggonggong.

Orang kaya sejenis mama Abdi harus di puaskah berkoar-koar terlebih dahulu sampai benar-benar lelah dan tidak ada kata yang mau di keluarkan. Pak Darma malas jika harus berdebat dengan seseorang yang tidak memiliki landasan pendidikan seperti keluarga di hadapannya ini.

Arjun menatap tantenya sekilas, membukukan tubuh dan membisikan sesuatu. "Liat ke jam 9,tante." Hanya sekedar kode biasa. Liana yang mendengar itu langsung melirik cepat. Teman-teman anaknya sudah mengintip dari balik jendela yang entah mengapa malah di pasang sangatlah pendek.

"Bahaya aja, takutnya teman Bargas ga terima mending kita cepat selain masalahnya."

Liana lantas langsung berbisik pada sang suami. Mendengar itu pak Darma menganggukkan kepalanya dan memberikan isyarat kepada kepala sekolah bahwa ia akan segara mengambil alih pembicaraan.

"Saya bakal ganti uang pengobatan anak ibu, bapak. Dan saya juga terima anak saya kena skors tapi saya mau kasusnya di selidik."

"Kenapa bapak yang mengatur?! Pihak sekolah saja tidak ada memaksa!" Wakil Kepala Sekolah langsung saja protes membuat suasana semakin nyaman bagi Argas. "Kami pihak sekolah menolak den-

"Kenapa? Menurut bapak anak bapak tidak melakukan kesalahan untuk apa takut? Siapa benar, anak saya yang salah."

Argas lebih memilih untuk beranjak dari sana. Malas berlama-lama dengan keluarga bangsat di hadapannya saat ini. Belakang sekolah menjadi tempat baik untuk Argas sekarang karena pikiran benar-benar sangatlah penuh. Ini hanya masalah sekolah saja sudah membuatnya begitu gelisah seperti sekarang. Berharap saja tidak ada masalah dalam rumahnya tangganya dan Lilly tidak menimbulkan masalah yang membahayakan untuk kedamaian otaknya.

Pusing sendiri kan?!

Mampus lu!!! Karman nyakitin Aven.

• • •

Si brengsek lagi manja.

Pulang sekolah Bargas langsung mengeluh sakit kepala dan meminta untuk di masakan sup kentang dan tahutempe pedas kesukaan Argas bangatlah.

𝗔𝗿𝗴𝗮𝘀 [𝗼𝗻𝗴𝗼𝗶𝗻𝗴]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang