Setelah malam yang penuh emosi, Argafian berusaha untuk kembali ceria. Dia tahu, meskipun hubungan dengan Fabrizio dan Rian masih dalam proses pemulihan, dia tidak ingin tenggelam dalam rasa sakit. Hari-hari berikutnya, dia bertekad untuk menebus suasana yang canggung dengan tawa dan kebahagiaan.
Pagi itu, Argafian bangun dengan semangat baru. Dia memilih pakaian yang cerah dan memperhatikan penampilannya di cermin. "Hari ini harus seru!" gumamnya pada diri sendiri sambil tersenyum. "Gue bakal bikin Fabrizio geleng-geleng kepala."
Saat sampai di sekolah, suasana ramai dan penuh dengan energi. Teman-teman di sekitarnya berlarian, tertawa, dan bercanda. Argafian merasakan aliran positif itu mengalir dalam dirinya. Ketika dia melihat Fabrizio, yang sedang berbincang dengan Rian, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekati mereka.
"Eh, Fab! Rian! Apa kabar, nih?" Argafian menyapa dengan semangat, suaranya penuh keceriaan.
Fabrizio dan Rian menoleh, terkejut melihat Argafian yang tampak begitu bersemangat. "Haidar? Lo tampak ceria banget hari ini!" Rian mengomentari, senyumnya lebar.
"Pastinya! Gue sudah memutuskan untuk menghapus semua negativity! Yuk, kita bersenang-senang!" Argafian berkata sambil melompat kecil.
Fabrizio tersenyum, tetapi ada sedikit keraguan di matanya. "Gue senang lo kembali ceria. Tapi jangan bikin ulah yang bikin pusing, ya!" ujarnya, mengingatkan pada tingkah laku Argafian yang kadang konyol.
"Lo tahu, Fab, kadang-kadang gue butuh sedikit drama dalam hidup!" Argafian menjawab dengan nada nakal, sambil melirik Rian yang tampak bingung.
Rian tertawa, "Drama apa lagi yang lo mau? Kita kan di sekolah, bukan di reality show."
"Justru itu! Sekolah adalah panggung untuk semua drama! Kita harus bisa jadi bintang utama," Argafian menjawab, tersenyum lebar.
Sejak saat itu, Argafian mulai menerapkan kebiasaannya untuk 'berdrama'. Dia suka melontarkan lelucon aneh dan tingkah konyol di depan Fabrizio. Suatu siang, saat mereka berkumpul di kantin, Argafian tiba-tiba berdiri di atas meja.
"Dengar, semuanya! Hari ini, gue resmi mengumumkan...!" Argafian berteriak, menarik perhatian semua orang. "Gue adalah raja jajan! Siapa yang mau jadi pengikutnya?"
Tawa menyebar di antara teman-teman sekelas, dan Fabrizio hanya bisa memijat pelipisnya, merasa malu tetapi juga tidak bisa menahan senyum. "Argafian, lo gila! Turun dari situ, dong!"
"Tidak! Ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan kebesaran raja jajan!" jawab Argafian dengan semangat, melakukan gerakan dramatis seperti seorang raja.
Akhirnya, Fabrizio menarik Argafian turun dari meja. "Haidar, lo bikin semua orang bingung, tahu nggak? Mungkin lo lebih cocok jadi badut ketimbang raja," ujarnya sambil tertawa.
"Badut? Gak masalah! Setidaknya, gue bikin orang ketawa!" Argafian menjawab, tetap dengan senyumnya yang lebar.
Setelah itu, Argafian melanjutkan hari-harinya dengan penuh tawa. Dia suka mengganggu Fabrizio, membuatnya mengeluh sambil tertawa. "Lo itu kayak anak kecil, Haidar! Kenapa sih lo suka tantrum?" Fabrizio memarahi dengan nada yang tidak terlalu serius.
"Karena itu seru! Dan lo tahu, tantrum gue bisa bikin lo pusing!" jawab Argafian dengan nakal, pura-pura cemberut dan melipat tangannya di dada.
Fabrizio hanya bisa menggelengkan kepala, "Ya ampun, lo memang harus ditangani. Gue jadi pusing setiap kali lo berulah!" Dia mencoba menatap Argafian dengan serius, tetapi matanya berkilau, tidak bisa menahan tawa.
"Bisa lah! Gue berjanji, gue bakal lebih dewasa... satu hari nanti," Argafian berkata, lalu menambahkan, "Tapi tidak hari ini!"
Setiap kali Argafian mengeluarkan tingkah konyolnya, Fabrizio merasa terjebak antara kemarahan dan tawa. Dia tahu, meskipun Argafian tampak konyol, ada sesuatu yang lebih dalam di balik tingkah lakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒚 𝑩𝒆𝒍𝒐𝒗𝒆𝒅 𝑩𝒐𝒚𝒇𝒓𝒊𝒆𝒏𝒅
RomanceArgafian Haidar, pelajar sma di Kencana Jaya. Ketemu sama KETOS yang dibilang galak tapi kegalakkan ketos itu menarik perhatiannya Fabrizio Raymond, KETOS yang amat galak bahkan gak suka orang berisik dan ribet. Dia mempunyai personaliti tenang hing...