Chapter 1 : Ketemu Sang KETOS

278 11 0
                                    

Hari itu Argafian Haidar, siswa kelas 11 di SMA Kencana Jaya, lagi jalan menuju aula sekolah dengan ogah-ogahan. Hari Senin pagi, gak heran suasana sekolah terasa kayak kuburan. Semua orang masih pada mood liburan, kecuali satu orang: Fabrizio Raymond. Ketua OSIS yang udah terkenal galak dari Sabang sampai Merauke.

"Aduh, gue males banget," gumam Argafian sambil merapikan rambut gondrongnya yang diikat setengah hati. "Ngapain sih gue harus ikut rapat OSIS segala? Udah pasti tuh KETOS mukanya asem lagi..."

Tapi dia gak ada pilihan lain. Sebagai calon ketua divisi event, dia emang harus ikut rapat. Gak enak juga sama kakak kelasnya yang udah usaha ngajak dia gabung.

Masuk aula, suasananya beda banget. Semua anak OSIS duduk rapi, diem, dan keliatan kayak baru disidang. Di tengah-tengah aula berdiri Fabrizio Raymond, dengan tatapan tajamnya yang bisa bikin siapa aja mikir dua kali buat ngomong sembarangan.

"Lo telat, Haidar," suara baritone Fabrizio langsung nyentil telinga Argafian.

"Waduh, galak banget nih orang," batin Argafian sambil tersenyum kecil, nyantai aja. "Sorry, ketiduran," jawabnya sambil nyengir, gak peduli tatapan tajam yang dikasih Fabrizio.

Fabrizio menghela napas, jelas gak suka sama attitude santai kayak gini. "Gue gak suka orang yang gak disiplin. Kalau lo gak niat ikut OSIS, lebih baik mundur sekarang," suaranya tegas, tapi gak ada yang berani ngebantah.

Tapi Argafian beda. Dia malah ketawa pelan, bikin orang-orang sekitar ngeliatin dia kayak dia baru aja nyalain bom waktu. "Bro, lo santai dikit kali. Gue niat, tapi ya lo jangan terlalu tegang, hidup tuh butuh fleksibilitas," kata Argafian dengan santainya, sambil ngelepas ransel dan duduk tanpa nunggu instruksi.

Mata Fabrizio menyipit. Gak ada yang pernah berani ngomong kayak gitu ke dia. "Lo beneran gak paham konsep disiplin, ya?" katanya pelan, tapi nadanya makin menusuk.

"Ngerti, ngerti kok," jawab Argafian santai, sambil nyender di kursi. "Tapi ya gak perlu kaku amat, bro. Hidup sekali, bawa enjoy aja."

Semua orang di aula diem, nungguin reaksi Fabrizio. Biasanya, kalau ada yang berani ngomong kayak gitu, bakal langsung dimatiin sama Fabrizio. Tapi kali ini, dia cuma ngelirik Argafian dengan tatapan datar.

"Apa maksud lo? Hidup sekali, bawa enjoy?" tanya Fabrizio, penasaran, walau nadanya masih dingin.

Argafian mengangkat bahu. "Ya lo liat aja, hidup kita udah penuh tugas, masalah, belum lagi ngadepin drama-drama SMA. Kalau gue pribadi sih, gak bakal gue tambah stresin dengan jadi robot di OSIS."

Fabrizio ngelihatin Argafian lama. Dia gak biasa ada orang yang bisa ngomong kayak gitu sama dia, dan lebih anehnya lagi, dia gak langsung kesel. Ada sesuatu dari cara Argafian bicara yang bikin Fabrizio mikir, ini anak emang beda.

"Oke," kata Fabrizio akhirnya. "Tapi jangan salah, Haidar. Gue bakal tetep pantau lo, dan kalau lo gak bisa ikut aturan gue, lo bakal out."

Argafian cuma senyum tipis. "Deal, bro. We'll see who cracks first."

Di luar dugaan, Fabrizio ngelirik Argafian sekali lagi sebelum ngebalik badan. Untuk pertama kalinya, ketua OSIS yang biasanya tegas dan dingin itu merasa... tertarik. Bukan dalam artian suka, tapi lebih ke penasaran sama bocah satu ini. Kok bisa dia segitu nyantainya?

---

Setelah rapat kelar, semua anak OSIS buru-buru cabut, takut kena omel Fabrizio lagi. Tapi Argafian malah santai-santai aja, gak buru-buru. Dia lihat Fabrizio yang masih sibuk ngobrol sama sekertaris OSIS.

"Fabrizio!" panggil Argafian tiba-tiba, bikin Fabrizio langsung nengok.

"Apa lagi?" balas Fabrizio, tatapannya masih setajam tadi.

𝑴𝒚 𝑩𝒆𝒍𝒐𝒗𝒆𝒅 𝑩𝒐𝒚𝒇𝒓𝒊𝒆𝒏𝒅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang