Chapter 19 : Luka dan Pertanyaan Tak Terduga

42 3 0
                                    

Suatu sore yang tenang, Argafian sedang duduk di taman kampus setelah kelas selesai. Fabrizio masih sibuk dengan tugasnya sebagai senior, jadi Argafian memutuskan untuk menikmati udara segar sendirian. Tiba-tiba, seorang anak kecil berlari mendekatinya. Dia adalah Luka, anak berusia empat tahun yang sering bermain di sekitar area kampus bersama ibunya, yang bekerja di kantin.

Luka menatap Argafian dengan penuh penasaran, lalu duduk di sebelahnya tanpa basa-basi. "Kak Fian, aku mau nanya sesuatu," ujarnya polos sambil menendang-nendang batu kecil di kakinya.

Argafian tersenyum melihat keimutan bocah itu. "Apa yang mau kamu tanya, Luka?"

Luka menatap Argafian serius, matanya bulat dan penuh rasa ingin tahu. "Apa Kak Fab itu pacar Kak Fian?" tanyanya tanpa ragu. "Soalnya Luka lihat Kak Fab kayak mabok cinta sama Kak Fian."

Argafian terdiam sejenak, terkejut mendengar pertanyaan jujur dari bocah kecil itu. Dia tidak menyangka anak sekecil Luka bisa menyadari sesuatu yang begitu subtil. Wajahnya memerah, dan dia hanya bisa tertawa kecil.

"Kenapa kamu berpikir begitu, Luka?" tanya Argafian dengan lembut, berusaha menjaga percakapan tetap ringan.

Luka mengangguk mantap. "Soalnya tiap kali Luka lihat Kak Fab, dia selalu senyum-senyum kalau lagi ngomongin Kak Fian. Terus, waktu Kak Fian lewat, dia langsung semangat banget! Kayak... kayak gimana ya? Kayak orang yang jatuh cinta!" Luka menjelaskan dengan lugu, seolah dia benar-benar mengerti apa yang dia bicarakan.

Argafian tersenyum lebar, meski hatinya sedikit tersentuh oleh kejujuran anak kecil ini. "Kamu pintar sekali, Luka. Ya, Kak Fab memang pacar Kak Fian."

Mendengar itu, Luka tampak semakin penasaran. "Wah, berarti Kak Fab cinta banget sama Kak Fian ya? Kenapa Kak Fab gak mau bilang ke semua orang kalau dia pacar Kak Fian?"

Pertanyaan itu membuat Argafian sedikit terdiam lagi. Meski hubungannya dengan Fabrizio kuat, mereka memang belum sepenuhnya terbuka kepada semua orang. Hanya teman dekat yang tahu, dan itu bukan karena mereka malu, tetapi lebih karena kepribadian Fabrizio yang selalu dingin dan menjaga jarak.

"Sebenarnya, bukan karena Kak Fab gak mau bilang, Luka," jawab Argafian pelan. "Tapi kita lebih suka kalau hubungan kita ini jadi hal yang spesial buat kita aja."

Luka mengangguk-angguk seolah mengerti. "Oh, jadi cuma Kak Fian dan Kak Fab yang tahu ya? Tapi Kak Fab beneran suka Kak Fian kan?"

Argafian tertawa pelan lagi. "Iya, Kak Fab suka banget sama Kak Fian."

Luka tersenyum lebar. "Wah, Luka senang dengarnya! Kak Fian dan Kak Fab cocok banget, Luka yakin Kak Fab bakal selalu sayang sama Kak Fian."

Argafian merasa hatinya menghangat mendengar kata-kata tulus dari bocah kecil ini. Dia tahu Luka tidak mengerti sepenuhnya, tapi anak itu bisa merasakan cinta yang ada di antara dirinya dan Fabrizio, bahkan dari kejauhan.

Beberapa saat kemudian, Fabrizio muncul di taman, mendekati Argafian dan Luka yang sedang berbincang. Saat Fabrizio sampai, Luka langsung berdiri dan melambai.

"Kak Fab! Kak Fian bilang Kakak pacar Kak Fian!" seru Luka tanpa ragu, membuat Fabrizio terdiam sejenak sebelum mengangkat alis, terlihat sedikit bingung tapi akhirnya tersenyum tipis.

Argafian tertawa melihat ekspresi Fabrizio, dan sebelum Fabrizio sempat menanggapi, Luka sudah berlari menjauh, kembali ke ibunya.

Fabrizio menatap Luka yang pergi, lalu menoleh ke Argafian. "Jadi, dia tahu soal kita?" tanyanya, sedikit geli.

"Anak kecil itu jeli banget. Dia pikir kamu mabok cinta sama aku," jawab Argafian sambil tertawa.

Fabrizio tersenyum kecil, lalu duduk di sebelah Argafian. "Well, mungkin anak itu benar."

𝑴𝒚 𝑩𝒆𝒍𝒐𝒗𝒆𝒅 𝑩𝒐𝒚𝒇𝒓𝒊𝒆𝒏𝒅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang