Bab IV

224 19 0
                                    

Pukul 20.03

Cesar baru saja tiba di kediaman mr orland. Astaga rumah itu, ya sangat mewah bahkan juga besar. Malam itu merupakan perayaan proyek besar milik mr orland, ya dia mengundang rekan bisnis nya ke perjamuan malam ini, terutama cesar. Pria itu masih belum berniat masuk ke dalam, masih dengan cerutu yang ia apit di jarinya. Kemudian menyesap nya untuk terakhir sebelum ia buang.

Langkah nya nan tegap membuat penjaga di kediaman itu sama besar nya dengan pria itu. Setelan hitam jas nya yang rapi membuat dirinya lebih tampan. Ketika sampai di depan penjaga, ia kemudian memberikan kunci mobilnya dan melenggang masuk ke dalam kediaman nan megah itu.

"Mr harland," sapa seorang pria paru baya berumur 47 menghampiri cesar dengan ramah. Dia terkekeh riang menyambut kedatangan caser.

"selamat atas proyek mu mr orland," ujar cesar tersenyum tipis.

Pria itu tergelak tawa, atau lebih condong tertawa pria berduit. "Terima kasih mr harland, ku pikir kau tadi tak akan datang. Aku tahu kau sangat sibuk."

"Ya begitulah, ada banyak hal yang ku urus."

Ya seperti kata cesar ia sibuk, atau mungkin tak tertarik dengan pesta seperti itu. Dan tentu nya banyak pejilat yang datang ke pesta itu dan cesar sama sekali tak suka dengan orang-orang seperti itu. Mereka hanya tahu menjilat orang-orang yang berstatus tinggi. Ya seperti itulah dunia bisnis.

"Apa kau datang sendiri? Dimana mrs harland? Apa dia tidak datang?" Tanya pria paru baya itu menatap pada cesar.

"Amera? Dia sangat sibuk, maafkan dia karena tak bisa datang."

Astaga cesar berbohong lagi, dia sama sekali tak mengajak amera pergi ke perjamuan malam ini. Takut jika amera menolak nya.

"Sayang sekali, kau tahu istri ku sangat ingin bertemu dengan nya. Dia sangat suka brand fashion milik istrimu. Kau tahu, wanita sangat tergila-gila dengan fashion."

Keduanya terkekeh, ya cesar akui bahwa wanita sangat tergila-gila akan fashion. Apalagi setelah menikah dengan amera selama dua tahun, dia sangat mengerti bahwa wanita itu sama gilanya dengan fashion.

"Aku setuju dengan pendapat mu mr orland, tapi sebagai pria aku juga ingin istri ku terlihat menarik."

Pria paru bayah itu hanya mangut-mangut seraya tersenyum tipis menatap cesar. "Aku pun juga sama, aku sangat mencintai istri ku. Jadi ku biar dia melakukan apa yang membuat nya senang."

Cesar tertegun sesaat. Cinta? Entahlah cesar sama sekali tak tahu mengenai arti cinta sesungguhnya.

"Kalau begitu nikmati lah pesta nya mr harland, saya akan menyambut tamu yang lain nya juga," pamit pria itu meninggalkan caser di sana.

____________

Sudah tengah malam, tapi amera masih sibuk dengan macbook ditangan nya. Dengan menggunakan piyama serta rambut yang di ikat asal, ia bersandar di ranjangnya yang terasa empuk. Ia memilah milah desain baju musim dingin nya serta beberapa bahan yang perlu ia lihat.

Ia menyesap kopi miliknya yang baru lima menit tadi ia seduh untuk menemani nya bergadang dengan segala pekerjaan nya. Namun tiba-tiba saja sebuah notif masuk dari ponsel nya, buru-buru ia periksa. Mungkin itu dari group chat nya atau dari sahabatnya tapi saat di periksa. Tebakan Keduanya salah, itu pesan dari caser. Astaga pria itu sangat menyebalkan, batin amera kemudian membaca chat pesan yang dikirim cesar.

Cesar:
Bisakah kau keluar sebentar? Aku sedang di depan gerbang. Aku ingin bicara sebentar dengan mu.

Astaga ini sudah tengah malam, untuk apa pria itu datang ke rumah orang tuanya, menunggu di depan gerbang. Segera amera balas pesan cesar.

Amera:
Ini sudah tengah malam, pulanglah. Aku tak ingin bicara dengan mu caser.

Detak jantung amera berdebar kala cesar sedang mengetik, semoga saja cesar menuruti perkataan amera.

Cesar:
Aku tak akan pergi dari sini sebelum aku bicara dengan mu, biarlah aku menunggu disini.

Lelaki kurang ajar, batin amera melemparkan ponselnya ke atas ranjang. Astaga pria itu sangat keras kepala. Buru-buru amera memasang sendal nya kemudian menghampiri cesar di bawah sana.

_________

"Untuk apa kau kemari, ini sudah sangat malam. Pulang lah, tak ada yang perlu kita bicarakan." Amera melangkah mendekati cesar yang sedang berdiri di depan mobilnya.

"Jangan mengusir ku begitu amera, aku kesini berniat baik."

Cesar menyerahkan sebuket bunga yang ia beli di jalan saat dirinya berniat mendatangi amera. Entah bunga apa yang amera suka, pria itu sampai pusing memilih bunga, jadi lah cesar mengambil sebuket bunga mawar merah.

Amera berdecah seraya menerima buket dari tangan cesar, "Kau datang kesini hanya untuk memberi ku ini?"

"Tentu saja tidak, seperti yang kukatakan tadi. Aku ingin bicara dengan mu."

"Baiklah apakah kakek yang menyuruh mu kemari untuk membatalkan perceraian nya?"

Mimik cesar yang sedari tadi tenang berubah terkejut, tentu saja dia datang bukan karena kakek nya yang suruh. Itu kemauan nya sendiri, yang buat nya terkejut adalah bagaimana amera tahu kakek nya lah yang menyuruh nya untuk menggagalkan perceraian itu.

"Tidak, aku datang atas kemauan ku sendiri," ujar nya menggosok pangkal hidung nya yang tak terasa gatal.

Amera tertawa rendah, sorot matanya menunjukkan rasa tak percaya dengan perkataan cesar. "Baiklah anggap saja aku percaya, tapi akan ku katakan padamu mr harland. Semua ini sia-sia, aku tetap pada pendirian ku, tak ada yang bisa membuat ku berubah pikiran."

Fuck. Batin cesar. Wanita itu sangat sombong. Berani nya dia menolak niat baik ku lagi dan lagi.

"Jangan seperti itu nyonya, kau mungkin bisa saja jatuh cinta pada ku suatu hari nanti dan akan bertekuk lutut padaku."

Oh astaga itu sungguh menggelikan membuat amera tergelak tawa, tak pernah amera berniat untuk jatuh cinta pada pria di depan nya.

"Kau lucu mr harland, aku tak akan mungkin menyukai seorang lelaki yang sudah punya kekasih. Itu sama sekali bukan type ku."

"Kau ini, aku-"

"Sudah cukup mr harland, saya tidak ingin lagi mendengar omongkosong mu ini. Ini sudah malam, baik nya kau pulang. Aku sudah katakan tadi, semua yang kau lakukan itu sia-sia mr harland. Aku pasti akan segera mengirimkan surat perceraian secepat mungkin."

"Tolong dengar aku sekali saja," pintah cesar kepada amera. Namun amera menggeleng.

"Tak ada yang perlu kau jelaskan lagi, aku dan kau sama terjebak nya dalam hubungan ini. Kau tak mencintai ku dan aku pun juga tak mencintai dirimu. Akan lebih baik jika kita berpisah saja," jelas amera dengan serius.

"Kalau begitu saya permisi."

Amera berbalik melangkah meninggalkan cesar yang mematung di tempat, dirinya tak tahu lagi harus mengatakan apa untuk membuat amera berubah pikiran akan perpisahan.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang