17

73 44 13
                                    


Selamat Membaca




Di bawah terik matahari, lapangan basket sekolah dipenuhi sorakan dan semangat. Randy, Rio, Zaki, Arul, dan Bagas, yang dikenal sebagai anggota Vagos, bersiap untuk menghadapi tim lawan yang terdiri dari teman-teman sekelasnya Kenzie, Robby, Ikram, Fawaz, dan Rizal. Dengan semangat membara, mereka mengambil posisi masing-masing di lapangan.

Dengan penuh percaya diri, Randy mendribel bola, menggiringnya dengan lincah melewati pemain lawan yang menghadangnya. Di pinggir lapangan, anak-anak cewek dari kelas mereka berkumpul, seraya berbisik satu sama lain, bersemangat menyaksikan pertandingan. Sorakan mereka menambah atmosfer menjadi semakin hidup.

"Weh jangan malu maluin gue lo pada anak Vagos, kudu menang coi" teriak Nathan dari pinggir lapangan.

"Anak Vagos anak Vagos ada ketua lo disitu" ucap Juan sambil memperhatikan teman temannya yang bermain basket.

Go!

Randy!

Go!

Randy!

Go!

Rio semangat!

Rio menoleh tersenyum manis menatap perempuan yang memanggilnya.

"Io, jangan senyum senyum aja anjir kaya orang gila lo" tegur Zaki dibalas tatapan sinis oleh Rio.

Randy terus mendribel bola dengan cepat, menghindari tangkapan lawan, sebelum melangkah lebih dekat ke ring. Keringat menetes dari dahi, namun semangatnya tak pudar. Dia berlari ke arah ring lawan, diikuti oleh Rio dan Zaki.

"Randy, tembak sekarang! Jangan tunggu lagi!" seru Zaki penuh semangat.

Randy menghentikan langkahnya, mengangkat bola tinggi-tinggi, dan dengan gerakan yang mantap, ia melepaskan tembakan. Bola melayang indah ke udara, seraya membuat semua orang menahan napas.

Bola memantul di tepi ring, seolah-olah ragu sejenak, lalu jatuh dengan mulus ke dalam keranjang.

"Yes! Masuk!" ujar Arul penuh semangat.

Di pinggir lapangan, para cewek bersorak-sorai, termasuk satu di antara mereka yang terus meneriaki nama Randy.

"Randy! Kamu keren banget!" seru Aurel, jelas terpesona. Aurel tiba-tiba saja berada di lapangan padahal jam istirahat belum berbunyi.

"Good job, Ran" ucap Bagas dengan semangat sambil bertos ria.

Keringat Randy yang bercucuran hanya menambah pesonanya, membuatnya terlihat lebih tampan dan karismatik di mata cewek cewek sekelasnya. Semangat tim dan dukungan dari teman-teman membuat pertandingan semakin seru dan menegangkan.

>><<

Setelah olahraga yang melelahkan, Randy dan teman-temannya langsung menuju warbud untuk mengisi perut mereka. Suasana ramai dan ceria menyelimuti tempat tersebut.

Di bawah pohon, Nathan berteriak memanggil bude yang sedang sibuk melayani anak-anak Vagos.

"Bude, Nathan pesan nasi uduk pakai telur bulat dicabein!" seru Nathan, berharap suaranya sampai.

"Siap, Den! Sebentar ya!" ujar bude dari warung sambil tersenyum.

Bude dan Pakde selalu memanggil mereka dengan sebutan "den," karena menurut bude dan pakde, anak-anak Vagos sudah dianggap seperti anak kandung sendiri. Anak kandung bude meninggal di usia 16 tahun karena sakit, sehingga mereka menganggap anak-anak Vagos sebagai pengganti.

Alan yang berdiri di samping Nathan menggelengkan kepala.

"Nggak usah teriak-teriak, njir. Samperin aja!" ucap Alan, merasa risih.

RANDY : Bad Boy is Husband  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang