13!!

153 27 3
                                    

Cekcok antara seijurou dan sang ayah tak bisa di elakkan, Shintaro dan Atsushi pun berusaha menenangkan sangat sulung.

"Jika kau melawan aku pastikan kehidupan anak pembawa sial itu lebih buruk seijurou, dan semua aset kau akan ku tarik" putus kepala keluarga Akashi itu.

"Aku tidak peduli, jika memang kau ingin silahkan ambil kembali, aku bisa mendapatkan uang dengan mudah karena kepintaran ku, kau tak perlu mengancam ku dengan hal yang tidak penting itu" balas nya tak kalah dingin.

Sementara di kamar
"Dai-nii tsuya capek" ucapan lirih itu terdengar jelas, suhu badan sangat adik pun terasa meningkat terasa hangat di belahan lehernya kini.
"Tsuya capek kenapa hm" jawab Ryouta, mengelus lembut surai baby blue kesayangannya.

"Tsuya tidak tau, tsuya tidak ingat kenangan apapun dengan tousan dan kasan, rasanya kosong, tidak tau bagaimana cara mengungkapkan nya", jawabannya semakin mendekap Daichi.

" tsuya percaya pada dai-nii dan yang lainnya bukan? " tanya Daichi merapatkan pelukannya.
"Hm tentu" jawabnya.
"Semua baik2 saja, jangan terlalu berfikir hal yang tidak penting, lebih baik tsuya tidur hmm" bujuknya, dan melihat mata indah itu tertutup.

Ceklek
"Bagaimana dengan Tetsuya Daichi?" tanya seijurou, masuk diikuti oleh Atsushi dan Shintaro.
"Sepertinya dia demam sei-nii" jawabnya sambil membaringkan tubuh ringkih itu.

"Aku rasa ini efek dari tekanan emosi ni-saan, kenangan buruk yang selalu Tetsuya dapatkan dari tousan dan kawasan membuatnya berusaha melupakan kenangan itu, secara tak langsung dia melupakan kejadian sebenarnya dan berganti dengan imajinasi nya sendiri, aku rasa saat ia bangun ia akan sadar seperti semula, karena biasanya ini hanya bersifat sementara. " jelas Shintaro setelah memeriksa Tetsuya.

"AKH huh huh huh" semua di kejutkan dengan Tetsuya yang tiba-tiba terbangun dengan nafas memburu.
"Tetsuya tenanglah" ucap Shintaro memegang baju adiknya, sedikit mengguncang guna mengambil alih fikiran sangat adik.
"Ma- mati, harus harusnya ma-matii" ucapnya dengan mata melihat kesegala arah tak fokus, tangan nya berkeringat dingin, mukanya memerah, tunggu adiknya ini menahan nafas, sadar Shintaro.

"TETSUYA BERNAFAS LAH, HEI LIAT NIISAN SEMUA DISINI, BERNAFAS LAH" ucapnya panik menepuk pelan pipi yang menirus itu.
"Tsuya ini sei-nii, sei-nii disini hei adiknya ni-san, bernafas lah sayang, ni-san mohon" ucap seijurou, menangkup pipi sangat adik, mengecup lembut dahi yang hangat itu.
Mendapat perlakuan lembut itu, lama kelamaan Tetsuya sadar dan bisa bernafas normal kembali.

"Hiks ni-san" ucapannya memeluk kakak sulungnya.
"Iya ni-san disini" jawabannya membalas pelukan tak kalah erat, yang lain sedikit lega melihat hal tersebut, namun tak sanggup menahan air mata, mengingat betapa menderita adik bungsu mereka selama ini.

"tsuya ikut dengan sei-ni ya, kita akan tinggal berdua" ucap seijurou saat Tetsuya sudah tenang, yang lainnya memang sudah tau, walaupun berat karena berpisah dengan si sulung dan si bungsu, tapi ini demi kebaikan mental adik mereka juga, mereka tak ingin egois.

"Hm? Kemana? Kenapa ni-san yang lain tidak ikut? " tanya nya, masih dalam pelukan sang kakak.
"Shin-nii harus bekerja di rumah sakit Tetsuya" jawab Shintaro.
"Atsushi daiki dan Ryouta juga ada kesibukan yang tak bisa di tinggal" lanjut nya.
"Tetsuya mau kan berdua dengan sei-ni, ni-san mu yang lain akan sering berkunjung, jadi jangan kawatir" lanjut Atsushi.

"Hm, tsuya mau" jawab nya, tanpa tau tujuan sebenarnya ialah menjauhkan dia dari rumah ini, karena rumah ini terlalu ber kenangan buruk untuk nya.

Terimakasih selalu baca, cerita aku, dan alhamdulillah aku lulus di kedokteran, terimakasih do'a dan support nya yaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gomen - Gomennasai [ Kuroko Tetsuya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang