Elite family doll

0 0 0
                                    

Pernikahan Daniel dan Caroline, di balik semua gaun putih, senyum palsu, dan janji suci, bukanlah tentang cinta yang tulus. Itu adalah pernikahan yang dirancang dengan hati-hati oleh keluarga Caroline—keluarga kaya raya yang memerlukan penerus boneka, seseorang yang akan tunduk dan menjalankan kekayaan mereka sesuai keinginan mereka. Pernikahan ini bukan tentang kebahagiaan pribadi, melainkan tentang kekuasaan dan pengendalian. Daniel, yang buta oleh cintanya pada Caroline sejak kecil, tidak pernah menyadari bahwa dia hanyalah bidak dalam permainan besar ini.

Keluarga Caroline sudah lama mengincar Daniel. Mereka mengenal keluarganya yang setia dan bisa diandalkan. Keluarga Daniel, meskipun tidak sekaya keluarga Caroline, memiliki reputasi sebagai orang-orang yang setia dan patuh pada kekuasaan. Caroline, dengan segala traumanya, hanyalah alat bagi keluarganya untuk memastikan kekayaan mereka tetap terjaga dan kendali tetap berada di tangan mereka.

Sejak kecil, Daniel selalu memandang Caroline dengan penuh kekaguman. Baginya, Caroline adalah wanita impiannya. Mereka tumbuh bersama, tertawa bersama, dan meskipun ada perubahan besar dalam diri Caroline sejak tragedi yang menimpa keluarganya, Daniel tak pernah berhenti mencintainya. Ia bersedia melakukan apa pun untuk tetap dekat dengan Caroline, bahkan jika itu berarti menutup mata terhadap kenyataan kelam yang terjadi dalam hidup wanita itu.

Namun, Daniel tidak tahu bahwa cinta masa kecilnya telah dirusak. Caroline bukan lagi gadis yang dulu dia kenal. Perubahan itu terjadi setelah Caroline menjadi korban dari ritual mengerikan keluarganya. Trauma yang ia alami membuatnya menjadi sosok yang berbeda—sosok yang dingin, penuh kemarahan tersembunyi, dan tidak lagi percaya pada cinta. Kini, Caroline menjalani hidupnya seperti boneka hidup, mengikuti perintah dan rencana keluarganya tanpa merasa punya kendali atas hidupnya sendiri.

Ketika pernikahan mereka diatur, Daniel menganggap ini adalah kemenangan cintanya. Dia berpikir bahwa ini adalah takdir yang mempertemukan mereka kembali, setelah sekian lama ia menunggu kesempatan untuk mendekati Caroline lagi. Namun, ia tidak menyadari bahwa pernikahan ini bukanlah tentang cinta atau kebahagiaan mereka berdua. Ini hanyalah rencana keluarganya untuk memastikan bahwa Daniel, sosok yang setia dan bisa diatur, akan menjadi bagian dari sistem yang mereka bangun selama bertahun-tahun.

Di hari pernikahan mereka, saat Daniel dan Caroline berdiri di altar, di hadapan keluarga dan teman-teman mereka, Daniel merasa hatinya penuh dengan cinta dan harapan. Ia memandang Caroline dengan mata yang penuh kasih, yakin bahwa akhirnya mereka akan menjalani hidup bahagia bersama. Namun, di mata Caroline, tidak ada kegembiraan. Senyum yang ia berikan hanyalah topeng, dan tangannya yang menggenggam tangan Daniel terasa dingin, seolah-olah ia sedang menahan diri untuk tidak berlari dari altar.

Setelah upacara berakhir, saat mereka berdua sendirian di kamar pengantin mereka, Daniel duduk di tepi tempat tidur, memandangi Caroline yang sedang berdiri di dekat jendela. Dia tampak termenung, memandang keluar dengan pandangan kosong.

"Caroline...," Daniel memulai, suaranya lembut, "Ini semua... rasanya seperti mimpi. Aku mencintaimu sejak kita masih kecil. Aku tak pernah menyangka kita akan berada di sini, bersama."

Caroline tak berbalik menatapnya. Dia tetap memandangi kegelapan di luar, seolah tidak mendengar apa yang Daniel katakan. Di dalam dirinya, perasaan yang dulu mungkin pernah ada untuk Daniel sudah lama mati. Bukan karena dia tak tahu bahwa Daniel mencintainya, tapi karena dirinya telah begitu terluka dan rusak oleh trauma, sehingga ia tidak lagi bisa merasakan apa yang dulu ia rasakan.

"Aku tahu," jawab Caroline akhirnya, dengan nada datar yang memecah keheningan.

Daniel, yang biasanya bisa membaca suasana hati orang lain, kali ini tidak bisa menembus dinding es yang Caroline bangun di sekelilingnya. Dia ingin memperbaiki segalanya. Dia ingin membawa Caroline keluar dari kegelapan itu, tapi dia juga tahu bahwa itu bukan hal yang mudah.

"Kita bisa mulai dari awal," kata Daniel, mencoba menguatkan dirinya sendiri. "Aku di sini, dan aku akan selalu ada untukmu."

Caroline akhirnya berbalik, menatap Daniel dengan tatapan yang sulit ditebak. "Kamu tidak mengerti, Daniel. Pernikahan ini bukan tentang kita. Ini bukan tentang cinta masa kecilmu atau impianmu untuk bersama. Ini tentang sesuatu yang lebih besar dari itu."

Daniel terdiam. Meskipun dalam hatinya ia tahu ada sesuatu yang salah, ia tak pernah menyangka bahwa Caroline akan mengatakannya dengan begitu gamblang. "Maksudmu...?"

Caroline mendekat, mengambil tempat duduk di sampingnya. "Keluargaku menginginkan seseorang yang bisa mereka kontrol. Dan kamu, Daniel, adalah orang yang mereka pilih untuk itu."

Daniel merasakan perutnya melilit mendengar kata-kata Caroline. "Apa maksudmu? Aku... Aku mencintaimu. Pernikahan ini karena kita saling mencintai, bukan?"

Caroline menghela napas panjang. "Cinta? Cinta itu hanyalah ilusi, Daniel. Keluargaku tidak peduli tentang cinta. Mereka hanya peduli tentang kekuasaan dan warisan. Dan mereka tahu, kamu akan melakukan apa saja untukku. Kamu adalah boneka yang sempurna untuk mereka."

Kata-kata Caroline menghantam Daniel seperti badai. Segala impian dan harapannya tentang masa depan bersama Caroline mendadak hancur di depan matanya. Semua mulai masuk akal—mengapa keluarganya begitu mendukung pernikahan ini, mengapa segala sesuatu terasa diatur dengan begitu mulus. Dia merasa seperti baru saja terbangun dari mimpi yang panjang, dan kenyataan di depannya lebih mengerikan dari apa pun yang pernah dia bayangkan.

Namun, meski begitu, Daniel tetap menggenggam tangan Caroline. "Aku tidak peduli," katanya, suaranya bergetar. "Aku tidak peduli apa yang keluargamu inginkan. Aku mencintaimu, Caroline. Dan aku akan selalu mencintaimu."

Caroline menatapnya, dengan mata yang kini penuh dengan kesedihan. "Kamu tidak mengerti, Daniel. Cinta saja tidak cukup untuk menyelamatkan kita dari ini."

Another Me: Painful lonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang