A Quiet Night

14 3 4
                                    


---

Hampir jam sepuluh malam, dan Rin belum juga pulang. Rumah terasa begitu sunyi tanpa kehadirannya. Jun, yang sejak tadi menunggu dengan gelisah, tak henti-hentinya melirik ke luar jendela, berharap melihat sosok kakaknya di antara kendaraan yang melintas di jalan depan rumah.

"Apakah wajar bagi anak populer pulang selarut ini?" pikirnya polos, rasa khawatir mulai merayapi hatinya.

Jun tahu, biasanya jika Rin pulang terlambat, itu berarti dia sedang bermain bersama teman-temannya setelah sekolah. Namun, malam ini terasa berbeda.

"Tapi tidak pernah selama ini..." gumamnya pelan, tak bisa menepis perasaan cemas yang terus menghantui pikirannya.

Makan malam yang telah Jun siapkan masih utuh di meja, belum disentuh sama sekali. Jun menolak untuk makan sebelum Rin tiba. Perutnya yang lapar mulai merintih, tapi dia keras kepala, menunggu Rin agar mereka bisa makan bersama seperti biasanya. Namun, perut Jun tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Bunyi keroncongan yang terus-menerus memaksanya bangkit dari kursi dan menuju dapur.

Dengan langkah berat, Jun mengambil mie instan cup dari lemari. Sederhana saja, pikirnya, sekadar untuk meredam rasa laparnya. Setelah mengisi perut dengan suapan terakhir, rasa kantuk segera menyergapnya. Dia tertidur di meja makan, tangan masih memegang sumpit dan cup mie yang hampir kosong.

Waktu berlalu tanpa terasa, dan sebelum Jun sadar, pagi telah menjelang. Matanya terbuka pelan, dan yang pertama ia lihat adalah meja makan yang tak berubah—makanan Rin masih tersisa di sana, tak tersentuh.

"Mungkin Rin menginap di rumah temannya..." pikir Jun dengan lugas, mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua baik-baik saja.

Dia pun bangkit dari kursinya, membereskan sisa makanannya, lalu membuang masakan yang sudah basi. Dalam diam, ia bergegas menyiapkan buku-buku Rin sesuai jadwal pelajarannya, seperti kebiasaannya sehari-hari. Hari ini, Jun memutuskan untuk membuat bekal makan siang ganda, satu untuk dirinya, satu lagi untuk Rin. Ia tidak mau mengambil risiko jika kakaknya lupa membawa makanan.

Setelah semuanya siap, Jun menggigit roti selai kacang yang sudah disiapkan sebagai sarapan cepat, lalu dengan langkah tergesa ia berlari keluar rumah, menuju sekolah. Rasa khawatir menggelayut dalam hatinya, tapi lebih dari itu, Jun hanya ingin memastikan satu hal—bahwa Rin baik-baik saja.

---

Another Me: Painful lonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang