---
Sorak-sorai suara penonton dari arah tribun terdengar begitu riuh, kala menyaksikan pertandingan liga basket antar sekolah, yang diadakan di salah satu stadion ternama.
Diantara para penonton hadir disana, juga ada Karin. Dia tidak datang sendiri, melainkan bersama Arina dan Pita yang memang mengajaknya lebih dulu.
Sambil menyantap cemilan dibawanya, Karin ikut menikmati jalannya pertandingan cukup menegangkan itu, begitu halnya juga dengan kedua sahabatnya.
"Yeaah ... Yuhuuu ..." Sorak Karin begitu kencang.
Dia berdiri dari tempatnya, sembari melompat kegirangan, lantaran tim basket dari sekolahnya lagi-lagi berhasil mencetak skor, tepat di menit terakhir.
Namun karena tingkahnya yang heboh sendiri, dia menjadi pusat perhatian bagi beberapa penonton lain disekitarnya.
Sampai-sampai Arina dan Pita jadi ikutan malu akibat ulah sahabatnya. Kedua remaja yang masih duduk disebelah Karin itu bahkan sampai menutup wajahnya. Berbeda halnya dengan Karin. Dia yang memang dasarnya tak tahu malu, tidak begitu memperdulikan dan menganggapnya sesuatu yang wajar.
Untungnya juga hal tersebut hanya berlangsung sebentar karena orang-orang mulai membubarkan diri dan beranjak tepat setelah wasit meniup peluit panjang.
"Yuk ah, balik. Gue haus nih," celetuk Karin dengan santai. Seolah tak terjadi apapun usai apa yang telah diperbuatnya.
Pita dan Arina sampai menatap Karin dengan pelototan tajam namun sama seperti tadi, Karin seolah mengacuhkan. Dia berjalan santai begitu saja, menjauh meninggalkan tempat duduknya, diikuti Arina dan Pita masih dengan kekesalannya.
"Karin, tunggu."
Merasa namanya dipanggil seseorang, Karin menghentikan langkahnya sesaat dan menoleh.
"Eh, Ragaz. Kirain siapa?"
Remaja bernama Ragaz itu mengulas senyum terbit. Mengabaikan keringat yang sudah membasahi tubuh serta pakaiannya usai bertanding tadi. Dia begitu senang dengan kehadiran wanita di depannya kini.
"Congrat ya, akhirnya tim Lo menang! Lo juga main lumayan jago." Puji Karin jujur, sudut bibirnya terangkat naik.
"Thanks ya Kar, itu nggak seberapa kok." tukas Ragaz mendadak canggung.
"Berarti boleh dong traktir kita. Hitung-hitung ngerayain. Gimana" celetuk Arina tiba-tiba.
"Setuju-Setuju." Pita ikut menyahut, semangat.
Karin dan Ragaz saling bertukar pandangan sesaat.
"Boleh, kalian mau makan apa? Gue yang bayarin" sahut ragas lagi dengan senang hati.
"Serius Nih!"
Ragaz mengangguk yakin dan mengangkat kedua sudut bibirnya.
Tanpa terasa kini mereka berempat sudah berada di sebuah resto jepang. Seperti janjinya tadi, Ragaz mentraktir Karin, Arina dan Pita makan sebagai perayaan atas kemenangannya beserta tim basketnya dalam pertandingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher's Little Wife [ On Going ]
Non-FictionApa yang akan kamu lakukan jika tiba-tiba diajak menikah oleh guru SMA mu sendiri begitu lulus sekolah. Terlebih lagi dia adalah guru matematika yang notabenenya paling tidak kamu sukai waktu SMA. Itulah yang dialami Karenina Zevara ketika harus men...