TLW 10 - Garis Takdir Terbaik

38 3 0
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Hening menyelimuti dua orang yang kini sudah duduk saling berhadapan di salah satu cafe ternama, beberapa saat lalu. Cafe itu kebetulan bersebelahan dengan pusat perbelanjaan yang sebelumnya didatangi oleh Karin dan Bian.

Kecanggungan begitu tampak diantara mereka. Baik Bian maupun Karin, sepertinya belum terbiasa dengan suasana awkward seperti ini.

Tidak hanya karena mereka baru dipertemukan kembali dengan hubungan bukan sebagai guru dan siswa lagi, tetapi juga menyangkut persoalan pribadi yang melibatkan keduanya.

"Jadi, bapak mau ngomongin apa?" ujar Karin dengan polos namun seketika menggigit bibir bawahnya.

Saking gugupnya satu pertanyaan bodoh yang tidak seharusnya dia lontarkan, malah keluar begitu saja dari mulutnya. Padahal tentu saja Karin sudah pasti tahu, maksud pria itu mengajaknya bicara empat mata seperti ini.

"Membicarakan masalah serius." Jawab Bian singkat. Tapi Karin tidak langsung menanggapi dan menunggu pria di depannya melanjutkan kalimatnya.

"Saya tahu, kamu pasti cukup terkejut dengan apa yang saya lakukan ini Karin! Apalagi semua terkesan mendadak. Namun saya sudah memikirkan ini matang-matang, sebelumnya. Dan saya yakin, semua sudah berada di garis takdir terbaik. Apapun keputusan kamu akan saya terima. Terlebih Kedua orang tuamu juga telah menyerahkan keputusan sepenuhnya sama kamu!"

Karin melongo mendengar penuturan mantan gurunya itu, pasalnya baru kali ini dia melihat pria tersebut berbicara begitu panjang dan seserius ini. Selain menerangkan materi pelajaran matematika yang menurutnya begitu membosankan.

"Jadi, apa jawaban kamu sekarang, Karin?"

Karin mematung di tempatnya. Dia diam seribu bahasa, seolah bingung harus mengatakan apa.

"Kira-kira Karin bakalan jawab apa ya? Gue penasaran jadinya."

Seloroh Arina yang menunggu Karin di parkiran luar bersama Pita. Dia begitu kepo dengan obrolan sahabatnya itu bersama salah satu guru mereka semasa SMA dulu.

"Menurut penerawangan gue sih, kayaknya bakal ditolak deh. Secara, Karin kan bilang, kalau dia belum siap nikah muda. Apalagi kita juga udah tau sendiri, kalo Karin tuh benci gitu sama pak Bian."

"Bener juga sih! Eh, tunggu dulu. Berarti selama ini pak Bian sebenarnya ngincer Karin dong. Berarti pak Bian diam-diam suka sama Karin, gitu. Mungkin karena sebab itu juga, dia jadi acuh kalau ada siswi lain yang ngirimin doi surat."

"Bisa jadi sih, soalnya nggak mungkin juga kan, pak Bian ujub-ujub langsung ngelamar Karin tanpa sebab, kalo emang gak suka."

"Nah itu dia! Gue juga punya pikiran sama. Tapi ya, yang gue heran lagi, kenapa pak Bian malah sukanya sama Karin? Padahal kan, Karin murid yang sering bermasalah sama dia.

Teacher's Little Wife [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang