"Dari siapa?" Baskara yang sedang duduk di bangkunya, menatap Asha dengan ekspresi penasaran.
Asha melirik Baskara, dari ekor matanya ia dapat melihat ekspresi penasaran Baskara. "Kepo," ujarnya sembari menunjukkan ekspresi meledek. "Eh ngomong-ngomong ini hari terakhir ya?"
"Yaa kalo kamu mau diperpanjang aku gak masalah," ujar Baskara yang membuat Asha menoleh dengan ekspresi terkejut, gadis itu menyipitkan matanya.
"Enggak, makasih," nada bicara Asha terdengar sarkas di telinga. Perjanjian mereka hampir lewat lima hari, selama itu pula Baskara memanfaatkan Asha habis-habisan. Membuat satu dua rumor bahwa mereka memiliki hubungan rahasia.
Notifikasi terdengar lagi dari ponsel Asha, kini Baskara tak bertanya ia hanya melirik dan kembali berfokus pada guru yang sedang menjelaskan. Jemari Asha mengetik balasan dengan senyuman lebar, sedikit banyak membuat Baskara semakin penasaran.
Dio Lucifer
Kabarin aja kalo lu beres sekolah, gue jemput
It's me A
SiapDio? Baskara mengernyitkan dahi begitu melihat nama seorang laki-laki tertera di sana, tanpa ia sadari kepalanya semakin condong ke arah Asha. Membuat gadis itu menyadari seseorang sedang mengintip pesan singkatnya, buru-buru ia mematikan layar ponsel itu dan menatap Baskara. Baskara yang menyadari dirinya kepergok langsung kembali ke posisinya, Asha menyipit.
"Kamu liat chat aku ya?" ujar Asha penuh sidik, suaranya begitu kecil hingga hanya Baskara yang menyadarinya.
"Enggak," jawab Baskara. Bohong. Ia langsung meraih pulpennya, berpura-pura menulis materi.
"Bohong, ngintip ya?" Asha mendesak.
"Enggak ya," Baskara berbohong. Lagi.
"Aku gak tau kamu orangnya suka ngintip privasi orang," Asha terdengar sarkas, sedikit banyak membuat Baskara muak.
"Eh aku gak ngintip ya," Baskara menggebrak meja agak keras, membuat semua mata menoleh padanya.
"Baskara, Asha, kalo mau ngobrol keluar," Bu Aswina yang mengajar di kelas itu begitu kentara menunjukkan rasa tak sukanya. Matanya menatap tajam kedua anak itu, tangannya dilipat di depan dada.
"Tapi, Bu ..." Asha bersiap untuk berdalih.
"Asha, Baskara," suara wanita paruh baya itu terdengar begitu tinggi. "Jangan mentang-mentang kamu pinter ya jadi bisa ngobrol sepuas kalian, kalian pikir ibu gak tau kalian dari tadi ngobrol? Sekarang keluar!"
Baskara menghela napas. Ia berdiri dan berjalan kearah pintu, disusul Asha yang mengikuti langkahnya dengan menunduk.
"Kamu sih," ujar Asha. "Kepo banget," lanjutnya.
"Iya, maaf," jawab Baskara berdiri tetap di depan pintu. Selain suara semilir angin dan guru-guru yang sedang mengajar, keheningan berdiri tegap diantara keduanya. Hening. Terlalu hening.
...
"Ini informasi yang berhasil aku terima dan ini dari data peretasan," ujar Dio sembari menunjuk layar infokus dengan pointer. "Nama aslinya Adnan Husein Dwi Putra, dia lebih muda satu tahun dari kalian. Berdasarkan beberapa informan yang aku temuin, status dia anak yatim piatu. Tapi aku masih belum yakin informasi ini," matanya fokus menatap Alan dan Asha yang sedang duduk di sofa. Keduanya menatap layar infokus tanpa berkedip, informasi mengenai 'dugaan' adanya pengedar di tubuh geng motor mereka membuat keduanya harus benar-benar serius untuk hal ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dissident : I Want Freedom!
Teen Fiction"Papa Mama kamu apa gak marah tahu kamu perokok?" Baskara tampak santai berjalan mengikuti Asha, jarak mereka tak terlalu jauh sebetulnya. "Papa? Mama? Maksudnya sepasang manusia yang ngasih beban ekpektasi ke aku?" Asha menghentikan langkahnya dan...