Asha menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, kedua tangannya tampak memeluk lutut yang sedang menopang kepala. Gadis itu tak sedikit pun mengantuk sedari bangun tadi, mimpinya tadi berhasil menghidupkan memori lama yang yang tak perlu. Sedari tadi perasaan was-was dan gelisah memeluknya dengan erat, seolah tubuh itu berada di tempat asing. Ia menghela napas, entah berapa kali ia melakukan hal itu.
Cahaya matahari perlahan masuk ke dalam kamar gelap itu, dari balik tirai tipis berwarna putih Asha merasakan kehangatannya. Kepalanya menoleh pada jendela kamar, merasakan kehangatan matahari pagi yang merayap masuk perlahan. Ia menghela napas. Lagi. Bedanya kali ini rasa lega, cahaya matahari sedikit banyak mulai memudarkan kegelisahan dalam hatinya.
Perlahan dengan keraguan, ia turun dari ranjangnya yang empuk. Berjalan dengan kaki telanjang, menapaki tiap keramik kamar yang terasa begitu dingin. Kaki itu dengan pasti melangkah menuju jendela besar, langkahnya begitu tertatih.
Angin pagi dengan lembut menyentuh kulitnya begitu jendela itu di buka, sensasi dingin bercampur embun terasa begitu menyejukkan. Tirai pun melambai-lambai lembut, diterpa angin pagi yang menyentuhnya. Rasa gelisah sedari tadi perlahan sirna, berganti rasa lega seolah telah bebas dari mimpi buruknya semalam.
Asha menutup matanya, menikmati angin yang menerpa wajahnya. Ia menghirup dalam-dalam udara pagi, membiarkan paru-parunya terisi oleh kesejukan di pagi hari. Jemarinya perlahan menyentuh teralis besi, teralis itu terasa begitu dingin. Namun, secara tiba-tiba ingatan yang paling ingin ia lupakan tiba. Rasa sesak dalam dadanya begitu berat, tubuhnya perlahan namun pasti ambruk dengan kedua lutut yang menyentuh lantai yang dingin.
"Non," suara Sri di balik pintu terdengar. Panik! Asha tak ingin siapapun tahu kondisinya, namun bukannya membaik dadanya kian berat. Tangan yang tergantung di teralis tiba-tiba merosot, suara-suara orang yang ia amat sangat kenal terasa mengisi di kepalanya.
Berisik! Berisik! Asha membatin, ia tak ingin menimbulkan kegaduhan akibat teriakannya. Sialnya, suara itu semakin lama semakin kuat dalam benak Asha, kedua tangan yang menopang tubuh langsung menutup kedua telinga Asha.
"Argh!" Asha menggeram dengan suara tinggi, yang ia tak tahu Sri merasa takut membuka pintu kamar itu. Beruntungnya gadis itu memberanikan diri di saat mendengar teriakan Asha yang tertahan.
"Non, kenapa?" Sri langsung menghambur ke arah Asha begitu melihat Asha tampak kepayahan di dekat jendela. "Non," gadis itu menyentuh kedua tangan Asha yang yang menutupi telinga, namun tangan itu buru-buru di tepis.
"Ma-maaf," Asha tergugup begitu melihat ekspresi Sri yang terkejut. "A-aku gak kenapa-kenapa," mata Asha tak dapat berbohong, mata itu tampak gemetar ketakutan.
"Non, aku panggil Tuan dan Nyonya ya..." Sri akan berdiri dari tempatnya, namun Asha meraih tangan itu.
"Jangan, please."
"Tapi ...." Sri merasakan tangan Asha yang dingin, matanya menatap wajah Asha yang menunjukkan jejak air mata yang samar.
"Jangan, aku mohon."
Bimbang. Gadis itu merasakan kebimbangan. Di sisi lain ia ingat akan tugasnya untuk memanggil Asha dan membantunya bersiap, namun di hadapannya Asha tampak begitu kepayahan. Sri menghela napas. "Non," gadis itu memilih membantu Asha, ia duduk bersimpuh dengan langsung menarik Asha dalam dekapannya. Perlahan tangannya mengelus rambut Asha, persis seperti cara ibunya menenangkan adiknya.
Upaya itu membuahkan hasil, napas Asha mulai normal dan kedua tangannya jatuh ke lantai. Isakan Asha memang berubah menjadi tangis yang terurai, namun perlahan tangisnya pun berhenti seiring berjalannya waktu. Asha memberanikan diri menarik tubuhnya dari Sri, jejak air mata begitu lebar di kaus hitam Sri.
![](https://img.wattpad.com/cover/379486207-288-k336120.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissident : I Want Freedom!
Novela Juvenil"Papa Mama kamu apa gak marah tahu kamu perokok?" Baskara tampak santai berjalan mengikuti Asha, jarak mereka tak terlalu jauh sebetulnya. "Papa? Mama? Maksudnya sepasang manusia yang ngasih beban ekpektasi ke aku?" Asha menghentikan langkahnya dan...