Pagi itu di sekolah, suasana kelas sudah ramai dengan suara obrolan para siswa. Halilintar duduk di bangkunya sambil melamun, pandangannya kosong memandang keluar jendela. Meski sekelilingnya penuh dengan teman-temannya, ada kalanya ia merasa sendirian. Matanya yang berwarna merah ruby, yang kerap memukau banyak orang, saat ini terlihat suram.Yaya, teman sebangkunya yang dikenal lemah lembut namun tegas, menyadari keanehan itu dan mencoba mencairkan suasana.
Yaya: "Halilintar, kamu lagi melamun ya? Ada masalah?"
Halilintar tersadar dari lamunannya dan menoleh ke Yaya, tersenyum samar.
Halilintar: "Ah, nggak kok, Yaya. Aku cuma lagi mikirin beberapa hal."
Yaya: (mengangkat alis) "Jangan cuma disimpan sendiri. Kalau ada masalah, kamu bisa cerita sama kami."
Di saat yang bersamaan, Gopal, teman mereka yang bertubuh gempal, datang sambil membawa sekantong besar makanan ringan.
Gopal: "Hey! Kalian lagi ngomongin apa sih? Ngomong-ngomong, aku bawa camilan, mau nggak?"
Halilintar: (tertawa kecil) "Gopal, kamu bawa makanan sebanyak itu lagi? Kamu nggak pernah lepas dari camilan, ya."
Gopal: (terbahak) "Yah, mau gimana lagi. Makan itu hidupku!"
Mereka tertawa bersama, sementara Ying, teman mereka yang energik dan selalu aktif, bergabung sambil tersenyum cerah.
Ying: "Hei semuanya! Sudah siap untuk latihan basket nanti?"
Gopal: "Latihan basket? Aduh... aku lebih pilih latihan makan aja, deh."
Ying: (menggeleng sambil tersenyum) "Gopal, kapan sih kamu nggak mikirin makanan?"
Gopal: "Itu hanya mimpimu saja Yaya"
Tak lama kemudian, datanglah Fang, teman mereka yang narsis dan terobsesi dengan popularitasnya, bersama dengan keenam saudara Halilintar, Solar saudara kembar Halilintar yang juga punya obsesi yang sama dengan Fang datang mendekat ke meja Halilintar.
Fang: "Oh, halo semua! Tadi aku dengar ada yang nyebut soal popularitas, betul kan?"
Solar: (tertawa) "Tentu saja, Fang. Siapa lagi kalau bukan aku yang paling populer di sekolah ini?"
Fang:"Heh!kau ingat kau lagi popular dari aku? Jangan harap kau bisa dapat menandingiku yang paling tampan dan popular ni."
Halilintar: (tertawa kecil) "Kalian berdua selalu saja. Tapi bukankah yang paling populer itu seharusnya Gopal dengan makanan ringannya?"
Gopal: (berpura-pura bangga) "Aha! Lihat kan, bahkan Halilintar mengakuinya!"
Semua tertawa mendengar candaan Gopal, namun tak bisa disangkal bahwa meski mereka semua adalah sahabat baik, tetap saja Halilintar yang selalu menarik perhatian paling banyak di antara mereka. Wajahnya yang berbeda dari saudara-saudaranya, terutama karena warna matanya yang merah ruby, memberikan kesan misterius yang membuat banyak siswa penasaran.
Di sudut kelas, beberapa siswi sedang memperhatikan Halilintar, berbisik-bisik sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya.
Siswi 1: "Lihat deh, Halilintar hari ini makin keren. Matanya itu benar-benar memukau."
Siswi 2: "Iya, ya. Apalagi dia selalu punya aura yang beda. Kalau dia lagi serius, tatapannya itu... aduh, bikin deg-degan."
Yaya, yang duduk paling dekat dengan Halilintar, mendengar bisikan-bisikan itu dan tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Yaya: (berbisik pada Halilintar) "Sepertinya kamu masih jadi topik pembicaraan banyak orang, ya?"
Ying:"Iya loh Halilintar, kehadiranmu di sekolah ini seperti selebriti aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
SISA HUJAN LUKA
Mystery / ThrillerHalilintar, anak sulung dari tujuh bersaudara yang semuanya kembar, hidup dalam bayang-bayang trauma kekerasan ayahnya, Amato, akibat kesalahpahaman yang menghancurkan. Meskipun seluruh saudaranya memiliki kepribadian yang berbeda-beda, Halilintar d...