Happy Reading !
"Cici ini udah boleh makan belum? Dedek laper" ucap Christy yang sudah tergiur dengan masakan Bundanya itu
"tunggu sebentar ya sayang, tunggu kak Yessa turun" ucap Dira
"ckk" gumam Zeey yang nampak kesal
"kak Yessa emangnya belum bangun Ci?" tanya Christy lagi
"udah kok, yaudah Cici coba ke kamar kak Yessa lagi ya. Sekalian Cici ke kamar Bunda"
"aku aja yang ke kamar Bunda Ci. Cici cepetan panggil anak itu, kasian Christy sama Zeey udah laper" ucap Gracia pada Dira
"nggak kok Ci, kita tunggu kak Yessa aja" ucap Christy pada kedua Cicinya itu
Namun percakapan itu tiba-tiba terhenti ketika Aya muncul dari lantai atas, mengenakan pakaian yang lebih kasual dan wajah yang sedikit segar setelah mandi. Dia tersenyum tipis kepada anak-anaknya yang sedang berkumpul di meja makan, lalu mendekati mereka.
"pagi anak-anak Bunda"
"pagi Bunda" ucap mereka serempak
Aya duduk di salah satu kursi yang kosong, mengamati anak-anaknya dengan mata yang penuh cinta, meskipun rasa lelah masih tersirat di wajahnya. Bagi Aya, momen seperti ini dimana ia melihat anak-anaknya berkumpul di meja makan dan bercanda satu sama lain adalah penawar bagi keletihan emosional yang ia rasakan selama ini. Namun, perhatiannya masih tertuju pada satu hal yang belum selesai, yaitu Yessa.
"Yessa belum turun ya?" tanya Aya, menoleh ke arah Dira
"belum Bun, ini Cici mau ke atas lagi" jawab Dira
"astaga anak itu. Yaudah kalian sarapan dulu aja daripada nanti telat"
"kamu panggil lagi Yessa Ci" ucap Aya pada Dira
Dira mengangguk pelan, lalu berdiri dari kursinya. Dia tahu bahwa masalah dengan Yessa tidak akan selesai begitu saja, tetapi setidaknya mereka harus memastikan bahwa Yessa tidak merasa semakin terisolasi. Tanpa banyak bicara, dia melangkah ke arah tangga, berjalan menuju kamar Yessa sekali lagi.
Sementara itu, di meja makan, suasana mulai hidup kembali. Karena omongan Bundanya adalah sebuah keharusan maka Gracia, Zeey, dan Christy mulai menyantap sarapan dengan semangat. Aya memandang mereka dengan penuh kasih, berusaha melupakan sejenak kekhawatiran yang terus berputar di pikirannya.
"Bunda, nanti Opa sama Oma ada kan?" tanya Christy yang sesekali mengunyah
"telen dulu Dek, kalo makan jangan bicara" ucap Gracia tegas
"maaf Ci" ucap Christy
"tuh dengerin Cicinya kamu dek dan iya nanti Opa sama Oma dateng, sekalian katanya mau nengok cucu-cucu mereka"
"asyik dapet uang jajan" ucap Christy bahagia
"kaya gapernah dikasih uang aja kamu" ucap Aya pada anak bungsunya
"gimana kalau aku nggak ikut aja, Bun? Males banget rasanya, harus dandan dan senyum-senyum ke semua orang yang enggak aku kenal" keluh Zeey.
Aya menatapnya dengan tegas namun lembut.
"Nggak ada alasan untuk nggak ikut, Zeey. Ini acara penting untuk Papa, dan kita semua harus mendukung. Papa sudah kerja keras menyiapkannya."
Zeey menghela napas, tetapi tak berani membantah lagi. Dia tahu, meskipun kadang lelah dengan aturan-aturan rumah, dia tak bisa mengecewakan ayah dan ibunya
~~~
Tepat di depan pintu kamar Yessa, Dira mengetuk-ngetuk pintu namun tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah?
FanficRumah? Rumah bukan sekadar bangunan fisik, rumah adalah representasi dari semua yang kita cintai dan hargai dalam hidup. Ini adalah tempat di mana kenangan dibangun, di mana rasa aman ditemukan, dan di mana setiap orang dapat merasa diterima. Sebuah...