R'9

648 138 10
                                    


Yessa berjalan bersama teman-temannya menuju kelas, dengan Ashel yang terus saja bercanda sambil menggoda Yessa tentang acara keluarga. Jessi dan Olla ikut tertawa mendengar celetukan-celetukan kocak Ashel, dan Yessa sesekali hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"awas, ntar pas acara keluarga ada drama, lu harus standby video biar ada bahan ketawa!" goda Ashel, sambil tertawa keras.

"bodo amat, ga penting," balas Yessa sambil menepuk bahu Ashel pelan.

"pokoknya gue pasang muka datar aja ntar, beres." ucap Yessa santai

"beneran tuh? Nggak takut Opa lu ceramah panjang lebar soal 'perilaku yang baik'?" sindir Jessi sambil mengangkat alis.

Yessa mendengus kecil

"udah biasa, Jess. Satu telinga masuk, satu lagi keluar. Gue ga terlalu peduli sih."

Olla menatap Yessa dengan ekspresi prihatin.

"lu ga ngerasa tertekan gitu, Yes? Gue paham sih, keluarga lu emang punya aturan ketat, tapi bukannya mereka peduli sama lu juga? Kalo gue jadi lu sih mending minggat Yes beneran"

Yessa terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang.

"ya... mungkin. Tapi kadang rasanya kayak gue beda sendiri di antara mereka semua. Mereka punya aturan yang gue gak bisa ikuti dengan mudah. Kadang, gue juga pengen dianggep apa adanya aja, bukan diubah biar cocok sama apa yang mereka mau"

Ketiga temannya terdiam, memahami beban yang dipikul Yessa. Dalam persahabatan mereka, ketiganya tahu Yessa bukan sekadar pemberontak tanpa alasan; ada luka dan rasa keterasingan yang sering tak terucap. Momen-momen seperti ini membuat Yessa merasa sedikit lega karena setidaknya ada yang bisa mengerti, bahkan tanpa terlalu banyak bertanya.

"udahlah, kalau emang lu gak nyaman, kita selalu ada kok, Yes," ucap Olla sambil menepuk bahunya dengan penuh kasih.

Mendengar itu, Yessa tersenyum sedikit lebih lebar.

"thank you, guys. Beneran, kalian emang tempat gue kabur dari drama keluarga."

"sorry banget ya nanti sore kita gajadi ke danau"

"santai aja Yes, kita bisa lakuin itu besok kok" ucap Jessi

Ketiganya tersenyum, kemudian tertawa kecil sambil berjalan bersama menuju kelas mereka masing-masing.

~~~

Di kelas, suasana terasa ramai dengan antusiasme Christy yang tidak henti-hentinya membahas acara malam nanti. Dia sangat bersemangat untuk bertemu dengan Opa dan Oma mereka, membayangkan segala tradisi dan kebiasaan yang akan diulang setiap kali mereka berkumpul. Christy melanjutkan ceritanya kepada teman-teman sekelasnya.

"dan kamu tahu Zeey, pasti ada banyak makanan enak, terutama kue tradisional yang selalu Oma buat. Aku sudah nggak sabar!" Christy berapi-api, sambil menggenggam tasnya yang berisi buku dan peralatan sekolah untuk dimasukkan kembali ke dalam tas.

"astaga, Christy! Gue sampai bosen denger omongan lo!" ucap Zeey, yang baru saja memasukkan seragamnya ke dalam loker karena pelajaran hari ini adalah olahraga.

Christy hanya tertawa dan menyikut Zeey ringan.

"tapi ini adalah kesempatan langka, Zee! Kita harus menikmati setiap detiknya!"

"ya, ya, baiklah. Tapi jangan lupa, kita juga punya pelajaran olahraga sekarang, jadi coba fokus sedikit!" Zeey membalas, sambil mengerlingkan matanya.

"kalian lucu deh kalo lagi debat gini" ucap Muthe salah satu teman mereka

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang