Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aslan mencoba memahami, usai mengetahui Asyla tidak bisa menatapnya berlama-lama karena akan menimbulkan rasa mual.
Aslan berusaha mengerti, ketika tahu Asyla tidak bisa terlalu banyak disentuh olehnya sebab akan menimbulkan rasa geli yang harus membuat istrinya itu bergegas ke kamar mandi karena ingin buang air kecil.
Dan Aslan memaklumi, saat Asyla meminta agar mereka memiliki sedikit jarak untuk tidak terlalu banyak bertemu dan tidak terlalu saling menyentuh satu sama lain. Kecuali dalam keadaan terdesak yang mengharuskan mereka saling bersitatap lama dan saling menyentuh. Tetapi, meski kedekatan mereka tidak seintens dulu, Aslan tak pernah lepas memantau sang istri dari kejauhan. Bahkan dia meminta beberapa pelayan di rumah untuk selalu memberitahukan bagaimana keadaan dan apa saja yang dilakukan istrinya tersebut, jika dia sedang tidak ada di rumah karena bekerja.
Dan, Aslan pikir, ya sudah.
Namun kenyataannya tidak hanya berhenti sampai di situ. Baru-baru ini, Asyla berulah lagi dengan gejala kehamilan yang membuat Aslan jengkel setengah mati.
Bagaimana tidak, Aslan harus mengenakan masker wajah, setiap mereka bertemu, berpapasan, atau tengah bersama, karena Asyla begitu muak dan sangat benci sekali melihat wajahnya. Dan, Aslan tak bisa menolak, dia hanya bisa menurut meski bibirnya terus meggerutu di hadapan istrinya itu.
Ck, sialan!
Sore itu, seharusnya, Aslan lekas bergegas pulang ke rumah, ketika semua pekerjaan di kantor telah selesai ditangani. Pikirannya lelah. Badannya terasa begitu penat dan pegal. Dia harus cepat-cepat beristirahat, perlu nutrisi yang banyak dan tentu juga butuh asupan cinta serta kasih sayang dari sang istri agar rasa lelah itu bergegas hilang.
Namun, rumah dan seseorang yang menjadi alasan utama Aslan untuk cepat-cepat pulang, kini seolah-olah tidak membutuhkan kehadirannya lagi.
Maka dari itu, sebelum pulang ke rumah, Aslan sempat menepi ke minimarket terdekat di samping perusahaan, untuk bersantai sejenak dan membeli beberapa kotak masker wajah. Mengingat persediaan masker wajah di rumah sudah menipis.
Dan sialnya, di antara ribuan minimarket yang ada, dan di antara milyaran manusia yang diciptakan, kenapa Aslan harus bertemu dengan sosok makhluk bajingan mantan istrinya itu?!
Kini, keduanya saling duduk berhadapan pada salah satu kursi outdoor berbahan besi yang tersedia di depan minimarket. Tidak hanya meja berbentuk persegi saja yang menjadi pembatas di antara mereka, Aslan bahkan meletakkan tas belanjaannya yang berisi enam kotak masker wajah di atas meja, agar napasnya dan pria tersebut tidak saling bertabrakan.
Cih!
Tak sudi sekali Aslan jika secuil napasnya yang sangat berharga harus berpapasan dengan napas pria bajingan-yang tak ingin dia sebut namanya itu.
"Mau ngomongin apa?" Aslan tak tahan berlama-lama bersinggungan dengan makhluk satu ini. "Kalau nggak ada yang mau lo omongin, gue mau pulang." Dengan wajah pongah dia melipat dua tangan di atas dada. "Istri gue udah nungguin di rumah." Untuk kalimat terakhir Aslan menekan kata, berusaha mengingatkan dan memberitahu secara tak langsung bahwa Asyla telah menjadi miliknya, dan tidak ada seorangpun yang dapat mengelak hal tersebut.