10 | Before; Aku dan Kamu yang pertama.

111 17 0
                                    

April di sembilan tahun yang lalu.

Aslan William Behzad, 24th – Asyla Aelyn Mehr, 20th

***

Hampir menyentuh satu setengah tahun kedekatan Aslan dan Asyla.

Menurut Aslan, Asyla tipikal gadis susah diatur. Entah dalam hal makanan pedas yang membuat gadis itu sakit perut, padahal sudah sering diberi peringatan. Tentang penampilan berpakaian minim serta riasan yang terkadang membuat Aslan risih dan asing. Serta tingkah laku Asyla yang suka berasumsi tidak-tidak dan terkadang overthinking berlebihan.

Sedangkan menurut Asyla, Aslan tipikal laki-laki suka mengatur tentang dirinya dalam segala hal. Suka memberinya perintah dan tak suka dibantah tentang apapun.

Mereka sering berdebat untuk hal-hal kecil. Sering bertengkar karena hal sepele yang sebenarnya tidak patut untuk dipermasalahkan. Namun itu tidak akan berlangsung lama. Tidak lebih dari satu hari. Entah Aslan yang membujuk lebih dulu dengan cara mengajak makan bersama dan jalan-jalan. Atau Asyla yang membujuk dengan cara meminta diajak makan bersama dan jalan-jalan.

Interaksi keduanya semakin hari semakin intens, mengirimi kabar lewat pesan atau sekedar telepon singkat sudah menjadi keharusan. Bahkan sudah menjadi rutinitas setiap hari bagi Aslan untuk menjemput dan mengantar Asyla kemanapun, setelah dia mengetahui bahwa gadis itu memiliki trauma tidak bisa mengemudi roda empat dan tak bisa menaiki roda dua sekalipun. Dan tentu Aslan tidak merasa keberatan sama sekali.

Sama seperti malam itu, saat Aslan dan Asyla diundang datang ke acara happy anniversary ke 730 hari pasangan bucin Eric dan Lita yang diadakan di villa puncak. Selepas dari kantor, Aslan menjemput Asyla di apartemen, lalu berangkat bersama dan tiba pada pukul tujuh malam.

Cuaca malam itu hujan begitu deras, angin bertiup sangat kencang. Jadi, tidak banyak orang yang ada di sana, mereka hanya berempat ditambah beberapa pelayan yang sudah bekerja lama menjaga vila mewah tersebut.

Acara pesta sederhana dan makan malam berlangsung ramai seperti biasa. Tapi, yang menjadi momen ditunggu-tungu adalah selesai acara di meja makan. Di ruang tengah mereka berkumpul, alih-alih duduk santai di sofa empuk, Aslan, Asyla, Eric dan Lita lebih memilih duduk di lantai beralaskan karpet coklat tebal yang lembut dengan satu botol kosong di tengah-tengah mereka.

Oke. Mereka sedang memainkan truth or dare.

Botol berputar-putar begitu kencang, membuat ke empat orang di sana menampilkan wajah gugup. Tidak butuh waktu lama, hanya menunggu beberapa detik sampai botol itu berhenti mengarah pada Eric.

Asyla yang duduk di samping kekasih kakak sepupunya itu, menoleh. "Sebutin kebohongan yang paling fatal Bang Eric lakuin, tapi Kak Lita nggak tau. Atau sun bibir pemain yang ada di seberang Bang Eric." Asyla menyeringai usil sebelum melepas kekeh kencang.

Tawa hambar Eric terlepas. "Gila, Syl. Lo mau bikin gue mati," dengus laki-laki itu. Menimbang-nimbang pilihan, antara jujur dengan Lita sang kekasih yang ada di sampingnya atau memilih tantangan mencium bibir Aslan yang ada di hadapannya. "Gue nggak mau mati sekarang." Eric mendekat, menangkup sisi wajah Aslan dengan dua tangan, lalu menempelkan bibir pada sahabatnya sendiri.

Tingkah itu mengundang tawa dari Asyla.

Juga, mengundang rasa jijik dan sebuah tamparan yang Aslan layangkan di pipi Eric. "Najis, Ric!" dengkus Aslan kesal mengusap-ngusap bibirnya kasar.

Before-After [All About Us]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang