•☆Happy Reading☆•
Hasan memakirkan motornya tepat di depan fotocopy, setelah melepaskan helm dari kepala, lelaki itu pun turun dari motor. "Abang mau ngeprint dulu." ujar Hasan.
ucapan abangnya membuat gadis itu bertanya. "Revisi lagi, bang?" Bukan apa-apa sudah seminggu ini Hasan rajin sekali mengunjungi tukang fotocopy.
Lelaki tinggi itu merenges."Biasa. Mahasiswa akhir." Kantung matanya bisa menjadi saksi betapa lelah dirinya.
Gadis itu pun ikut turun dari motor abangnya tak lupa pula melepas helm dari kepala, ia pun duduk di bangku yang disediakan dari fotocopy tersebut. Starla mengayunkan kedua kakinya seperti anak kecil, kedua matanya pun serius menatap jalan raya yang ramai.
Melihat adiknya melamum Hasan pun menjahili Starla dengan mencolek pipi Starla."Jangan bengong mulu, nanti kesambet."
Starla tersadar dari lamunannya.
Bukanya marah dia malah berfikir ingin memalak sang kaka. "Bang. Minta uang boleh?" tanya Starla layaknya anak kecil yang meminta uang kepada bapaknya.
Lelaki itu menggeleng kuat. "Enggak boleh." tolak Hasan.
Seketika Starla memayunkan bibir. "Abang mah, pelit banget." Diapun memalingkan wajahnya.
Hasan lagi-lagi dibuat tertawa karena kelakuan Starla."Bercanda La, nih." Hasan memberikan lembaran uang berwarna hijau kepada Starla.
Dengan sigap ia pun menerima lembaran itu. "Makasih abang Starla yang paling baik." Puji Starla.
Hasan pun mencubit pelan hidung adiknya. "Omongannya manis banget kalo ada maunya."
"Abang mau enggak?" tanya Starla.
Tidak menerima tawaran dari adiknya, hasan hanya mengelengkan kepala. "Emang kamu mau beli apa?"
"Tuh." tunjuk Starla mengarah kepada kang somay.
Mulut lelaki itu pun membentuk O. "Udah sana cepet beli, nanti mang somaynya keburu pergi."
"Kesana dulu bang." Pamit Starla berlari menuju abang kang somay yang berada di pinggir jalan.
^.^
Setelah menunggu antrian, giliran gadis itu untuk memesan."Mang beli somay lima ribu, campur ya mang. Enggak pake pare." ucap Starla.
"Siap neng. Bungkus apa makan disini?"
"Bungkus aja mang."
"Nih somay nya neng." Mamang kang somay itu memberikan keresek hitam berisi somay pesanan Starla.
Gadis itupun mengeluarkan uang dari saku bajunya kanan, Starla menyodorkan uang itu kepada mamang pedagang somay. "Hatur nuhun mang. Kembaliannya buat mamang aja."
Sudah cukup membeli apa yang dia mau, Starla pun berjalan kembali menuju tukang fotocopy. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok ibu-ibu yang sedang memunggut jeruk miliknya yang berjatuhan ke tanah. Karena rasa kasian ia pun menghampiri ibu itu.
Starla berjongkok. "Biar saya bantu bu." tangannya membantu memunggut jeruk yang berjatuhan, kemudian ia masukan kembali ke dalam kresek hitam yang di pengan oleh ibu itu.
"Terimakasih ya nak." ucap ibu itu tersenyum dengan tulus.
Starla pun membalas senyuman sang ibu. Terlihat pucat sekali wajahnya. "Sama-sama bu. Ibu kalo lagi sakit jangan di paksain jalan sendirian, bahaya. Rumah ibu dimana? biar saya anter ibu pulang."
"Kebetulan rumah ibu deket sini, itu di gang depan."
Starla pun berjalan berdampingan bersama ibu yang tadi dia temui di trotoar jalan sampe ia melupakan keresek hitam berisi somay miliknya. Sekitar lima belas menit mereka pun sampai dirumah minimalis yang di cat berwarna hijau terhilat bersih dan asri dengan tanaman hias berjejer di depan teras rumah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Finish
Dla nastolatków"Maaf abi. Starla janji, ini jadi yang terakhir buat Starla pulang malem." Starla memohon dengan wajah hampir menangis. "Apa hukuman jika kamu melanggar lagi?" Gadis itu berfikir sejenak. Kenapa dirinya sendiri yang harus memilih hukumannya. "Starla...