[ SEASON II | J Edition ]
Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun?
Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ke-5 Jasmine di Rumah Sakit Mangata, mata biru cantik itu masih setia terpejam damai.
Dan kali ini hanya ada Zaven dan juga Marvin yang berjaga, Pamela menemani Vincent visit dokter spesialis.
"Princess, gimana kabar kamu hari ini hmm? Kamu gak kangen daddy, apa? Daddy kangen banget sama adek, princess-nya daddy," ucap Zaven mengajak Jasmine mengobrol.
Dokter Robert mengatakan, Jasmine itu bangun dan mendengarkan setiap apa yang dibicarakan oleh sekitarnya. Hanya saja tubuhnya masih belum memberikan respon untuk sadar.
Cup
Cup
Cup
Zaven mengecupi jemari Jasmine, matanya sudah memerah menahan tangis, melihat keadaan putri bungsunya saat ini.
Jika bisa di tukar, Zaven ingin menukarkan dirinya di posisi Jasmine. Biar ia saja yang terbaring lemah dan kesakitan di atas brankar ini, jangan Istri dan anak - anaknya.
Terutama Jasmine. Putri bungsunya itu, ingin sekali ia bahagiakan dengan sepantasnya. Selama ini, Jasmine seperti gadis yang tidak begitu kenal dekat dengan apa itu kesenangan.
Zaven pikir, setelah Jasmine kembali ke dalam pelukan keluarga; Jasmine akan jauh lebih bahagia dan aman. Namun nyatanya, Zaven salah.
Roy sudah kembali ke hadapan Haikal sore tadi, membawa informasi mengenai siapa dalang penembakan Jasmine dan Vincent.
"Tuan, pelaku penyerangan Tuan Muda dan Nona Muda sudah berhasil saya buat buka mulut. Dia ... orang suruhan dari bos yang sama, dengan kejadian penembakan lalu di sekolah Nona Muda. Tuan Jeremy, Ayah dari Nyonya Rosè."
Zaven tentu saja langsung naik pitam mendengar kabar tersebut, rupanya mertua dari adiknya itu benar - benar tidak dapat lagi di ampuni.
Entah alasan apa yang bisa membuat hati Ayahanda dari Rosè itu, yang jelas; Zaven hanya tahu Jeremy tidak menyukainya. Bagi Jeremy, Zaven membuat anaknya stres.
Zaven dan Pamela yang mempunyai banyak keturunan, sedangkan Rosè dan Prabu sama sekali tidak mempunyai satu pun.
Kondisi yang bersebrangan itu terkadang membuat Jeremy kasihan melihat putrinya, Rosè sering kali menangis di kamarnya karena rasa putus asa. Berbagai cara telah putrinya lakukan untuk mendapatkan keturunan, namun tidak ada yang kunjung berhasil.
Jeremy pernah mendengar, Nara membandingkan Rosè dan Pamela; dua menantu dengan nasib berbeda. Jeremy yakin, Rosè tertekan dan itulah sebabnya Jeremy tidak menyukai Zaven.
Rosè ke sana ke mari untuk ikhtiar mendapatkan keturunan, belum juga ada hasilnya. Menurunkan harga diri keluarganya di depan Alexandrea. Dan kemarahan Jeremy, rasa iri dan tidak sukanya pada Zaven bertambah ketika Jasmine di temukan.