19. Mission Complete

699 66 6
                                    

"KAPAN KAU PERGI SIALAN..?!!!, apakah menara sihir jelekmu itu sudah runtuh?, atau kau dipecat jadi penyihir agung?, bisa-bisanya kau mengungsi di istanaku dan menggoda Zaviku..!!"

Gawin yang tengah menggoda Tyler tersentak ketika mendengar teriakan keras dibelakangnya. Ia berbalik dan tersenyum canggung ketika mendapati kaisar dan antek-anteknya telah berdiri tegap di belakangnya. Jangan lupakan, raut wajah mereka yang sangat tidak sedap untuk dipandang.

"Eheheh yang mulia kaisar, bagaimana kabar anda?"

Melvin hanya mendengus malas, dia berjalan ke depan, ke arah gazebo dan mengambil duduk di depan Zavinya, setelah sebelumnya mendorong tubuh Gawin untuk menyingkir.

"Apa yang sedang kau lakukan sayang?" Mellvin bertanya dengan lembut sembari mengusap surai kecoklatan milik Zavinya.

Gawin yang mendengar nada lembut itu, memberikan gestur ingin muntah, "Ipi ying ki likikin siying"

Grep

"Diamlah!! Kau ingin mati..?"

Dia mendelik ketika tangannya di genggam oleh pria tolol yang katanya putra mahkota. Demi dewa apapun yang ada didunia ini, dia begitu membenci pria ini. Bayangkan saja, Pria yang di panggil Joss oleh kaisarnya itu, selalu tersenyum ketika melihatnya. Apakah putra mahkota kerajaan Bfart itu sudah hilang akal, atau memang dewa lupa memberinya sesuatu yang disebut 'waras'. Apapun itu, menurutnya yang lebih tidak waras lagi adalah pihak kerajaan Bfart, bisa-bisanya mereka menjadikan pria gila ini sebagai putra mahkota.

"Kenapa anda masih disini?" Tanyanya sopan, mau bagaimanapun, pria di depannya ini adalah putra mahkota.

Joss terkekeh, "aku menunggumu..." -Joss menarik tubuh Gawin mendekat padanya dan berbisik-, "untuk menjadi pasanganku.." bisiknya sembari mencium pipi Gawin.

Bugg

Gawin meninju perut Joss kuat, persetan jika pria itu adalah putra mahkota, untung hanya tinjuan yang ia berikan. Bukan kekuatan sihirnya yang agung. Dia pun berjalan cepat meninggalkan taman.

Joss terkekeh melihat kepergian Gawin, pria itu terlihat begitu cantik ketika sedang kesal. Disisi lain, Travis yang melihat drama romansa keduanya hanya menatap acuh tak acuh. Dia lebih tertarik melihat idolanya yang kini tengah tertawa bahagia bersama sang kaisar. Matanya melirik ke arah Dave yang terlihat memerhatikan sekeliling taman. Entahlah, apa yang sedang pria itu fikirkan.

Dave menoleh ke arah Travis, sedari tadi ia merasa sedang di awasi, "apa?" Tanyanya yang dibalas gelengan oleh sahabat datarnya itu.

Dia hanya mendengus dan kembali melihat-lihat taman, sebenarnya, ia sedang menghitung berapa banyak uang yang akan ia dapatkan jika menjual bunga-bunga ini. Kaisar benar-benar mencintai selirnya, bahkan isi taman ini, jika ditotal bisa dibuat untuk anggaran belanja istana selama 2 tahun kedepan. Belum lagi, wacana untuk membuat rumah kaca dibagian tengah taman ini. Ia hanya bisa menggeleng, jika dia yang menjadi sekertaris kaisar, ia jelas akan melarang.

Sayangnya, dia hanyalah bawahan yang dibutuhkan untuk membunuh orang, bukan menghitung uang. Dave menoleh ke arah Travis yang sedang menatap penuh puja ke arah Tyler. Bibirnya mendengus. Pantas saja kaisar bisa begitu banyak menghamburkan uang untuk selirnya. Melihat dari rasa suka sahabatnya itu, Dave tidak heran jika Travis akan mengiyakan apapun yang dilakukan oleh kaisar, apalagi jika itu menyangkut kebahagiaan Tyler.

'Sepertinya, yang waras di istana ini hanyalah aku..'

......

Beberapa orang berpakaian hitam tampak mengendap-endap memasuki sebuah wilayah, mereka terdiri dari 8 orang, 4 diantaranya memakai jubah dengan lambang 'naga yang melingkari bulan' di dadanya.

"Tay bawa 2 penyihir untuk bergerak ke arah barat, dan aku bersama yang lain akan pergi ke arah Timur. Jangan lupa jika sudah selesai, sobek kertas teleport itu, kita harus bergegas pergi meninggalkan desa ini." perintah seseorang yang memakai jubah hitam polos tanpa lambang apapun.

"Baik" jawab seseorang yang di panggil Tay tadi, dia kemudian bergerak ke arah barat bersama 2 orang lainnya.

"Joe, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Joe maju, "Off kau dan First tunggulah disini.." -ia menoleh ke arah First- "Pastikan sihir penidur mu tidak melemah..!!!" peringatnya yang di balas anggukan yakin oleh First.

Joe menoleh ke arah 2 orang yang tersisa.

"Kalian, bergeraklah ke arah selatan, tepat di ujung jalan ada bangunan besar, bangunan itu adalah lumbung tempat penyimpanan hasil panen, gunakan sihir api dan bakar..!!" Perintahnya.

2 orang itupun segera pergi ke arah selatan. Joe mengangguk puas, dia melangkah ke arah Timur.

"Tunggu.."

Joe menoleh ke arah Off yang menghentikannya.

"Apa tidak sebaiknya aku pergi bersamamu..?" Tanyanya.

"Tidak, kau lebih baik disini, menemani First untuk berjaga-jaga, ingat penyihir tidak bisa bertempur dalam jarak dekat, jadi, sebaiknya kau menjaganya. Jangan lupa, setelah melihat api, langsung pergi..!!"

Joe pergi setelah melihat anggukan dari Off, ia terus bergerak ke arah Timur, tempat dimana sawah warga berada. Beberapa waktu berjalan, sampailah ia di depan area persawahan yang ditanami berbagai macam tanaman. Tangannya mengangkat kantung yang sedari tadi dipegangnya.

"Selamat bersenang-senang Birds.." gumamnya ceria, dan segera membuka ikatan kantung itu. Begitu kantung dibuka, keluarlah ribuan burung yang bergerak ke arah tanaman, dan mulai memakan atau hanya sekedar merusaknya.

"Terimakasih untuk penyihir agung Gawin yang telah menciptakan kantong ajaib ini.." ucapnya sembari bergerak menyobek kertas teleport ditangannya.

Dibagian Barat

"Khao, menurutmu, kita harus menyembelih hewan-hewan ini, atau meracuninya?"

Khao memutar bola matanya malas, oh ayolah, mereka harus bergegas dan rekannya ini malah menanyakan hal tidak penting.

"Terserahmu Tay, kau tidak melihat New yang sudah bergerak menyembelih mereka.."

Tay menoleh, dilihatnya penyihir yang selama ini diam-diam ia kagumi. Ekpresinya berubah ngeri ketika melihat New dengan semangatnya menebas kepala sapi-sapi itu, jangan lupakan ekspresi ceria yang menghiasi wajahnya. Alih-alih menggunakan sihir, pria pujaannya lebih memilih menggunakan pedang. Membuatnya terlihat cantik sekaligus menyeramkan.

"Ahh, cantik sekali"

Dibagian Selatan

"Prem, apakah kau yakin, benar-benar tidak ada orang di dalamnya?"

Prem mengangguk, "demi dewa Sig, Boun..!!, aku sudah mengeceknya lebih dari 2x"

"Baiklah, sebaiknya kita segera melakukan tugas kita"

Mereka berdua segera menggambar lingkaran sihir dan mulai membaca mantra, setelah mantra selesai di baca, lingkaran-lingkaran itu berubah menjadi api bewarna biru, kecil dan terus membesar, menyebabkan bangunan di depan mereka mulai terbakar.

Boun menoleh ke arah Prem, "cepat sobek kertasnya Prem, kita harus segera pergi"

.

.

.

Off menepuk bahu First yang sedang fokus melafalkan mantra, "ayo kita pergi, semua sudah selesai.."

First mengangguk, dan segera menyobek kertas teleport mereka.

Cling

Munculah mereka di atas bukit yang menghadap langsung ke arah desa, disana sudah berdiri anggota yang lain. Off berjalan mendekati mereka, kemudian menatap datar desa di bawah bukit yang terlihat terang karena api. Mereka tersenyum puas setelah terlihat beberapa warga yang berlarian panik untuk memadamkan api.

Joe menyeringai, "Ini baru permulaan" ucapnya sinis.

Born To Be EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang