22. Rami

345 51 0
                                    

"Kau serius ingin berada di pihakku?"

Tyler menatap tajam penyihir agung didepannya, Gawin. Kata Aga, pria itu sudah sejak pagi buta berdiri di sini meminta untuk menemuinya.

"Benar, saya serius dengan ucapan saya yang mulia, saya bersedia melakukan apapun agar anda bisa menerima saya di pihak anda"

Gawin serius, sejak rapat seminggu yang lalu, dia benar-benar merasa bahwa pria yang saat ini sedang bersantai di taman itu, bukan orang sembarangan. Mulai dari pola fikirnya, bahkan sifatnya yang tidak mudah di tebak. Bukannya sombong, sebagai penyihir agung, Gawin sudah terbiasa menghadapi beragam manusia yang ditemuinya.

Ia bisa membaca seseorang hanya dengan melihat matanya. Namun, pria ini berbeda, sejak awal dia mendengar taktik perang yang akan dilakukan untuk menghadapi Selta. Ia sudah merasa takjub, dan ingin segera bertemu dengan penggagas ide itu. Di awal pertemuan mereka, ia bahkan tidak bisa menilai pria ini, dia seperti kertas kosong, yang belum ditulis. Ada sesuatu yang membuatnya berbeda, dia memiliki sesuatu yang tidak di miliki oleh orang lain, yang Gawin sendiri tidak tahu apa sesuatu itu. Yang dia tahu hanya, lelaki di hadapannya ini sempurna, dan Gawin ingin menjadi pengikutnya.

Tyler mengangkat sudut bibirnya menyeringai, sudah sejak tadi dia menunggu ucapan itu.

"Apapun?" Tanyanya yang di balas anggukan yakin.

Tyler tersenyum tulus, "sebenarnya aku ingin kau melakukan sesuatu, Caskey"

"Apa itu yang mulia?, saya bisa melakukan apapun perintah anda, asal bukan pemberontakan"

Tyler melotot, dia tidak segila itu untuk melawan Melvin.

"Tentu saja bukan, kau pikir aku gila, merencanakan pemberontakan pada suamiku sendiri!!" Pekiknya.

Dia menghembuskan nafasnya kasar, "aku ingin kamu mendekati putra mahkota Bfart"

Kini giliran Gawin yang melotot, 'Sialan, kenapa aku tidak membuat pengecualian tentang itu juga, Arghh, sial' batinnya menyesal.

Demi apapun, dia lebih memilih melakukan pemberontakan dari pada berurusan dengan orang tidak waras seperti Joss.

"Apakah tidak ada perintah lain yang mulia?, apapun itu, asal tidak berhubungan dengan putra mahkota"

Tyler menggeleng tegas, tidak bisa. Tujuan utamanya menarik Gawin disisinya adalah karena hal itu.

Ada rencana besar yang sedang dia susun, dan itu membutuhkan campur tangan Joss didalamnya.

.....

"Menurutmu, kenapa Zaviku meminta Dalion dibebaskan Trav?"

Travis menggeleng, ia sendiri juga tidak paham dengan keputusan yang di ambil oleh idolanya itu.

Melvin memijat pelipisnya pelan, sebenarnya, dia sangat penasaran dengan keputusan Zavinya. Namun, dia tidak ingin bertanya karena khawatir pujaan hatinya itu akan marah. Apalagi lelaki itu menggunakan kata 'ngidam' sebagai alasannya.

"Mohon maaf baginda, apakah anda akan menyetujui permintaan tuan Tyler untuk menjadikan Dalion sebagai pengawal pribadinya?"

"Aku tidak tahu Trav, namun Zaviku sangat kekeh menginginkan hal itu"
-Melvin menghembuskan nafasnya kasar- "bagaimana dengan perang Selta?, apakah Joe sudah mengirimkan laporan?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Travis mengangguk, "sudah baginda, menurut laporan yang saya baca, rencana kita 98% berhasil dilaksanakan, dengan dampak yang terlihat sudah 50%. Dan itu semua, sama persis seperti yang disampaikan oleh tuan Tyler" jawabnya semangat, Travis sangat bangga dengan idolanya. Tuannya itu, seperti seseorang yang bisa membaca masa depan. Jika hal itu benar, apakah ia perlu menanyakan kapan kiranya Joe akan menerima lamarannya?.

Born To Be EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang