Lumineous : A Dream

593 60 2
                                    

Saat itu, usiaku masih 17 tahun ketika dewi Agni tiba-tiba saja datang ke mimpiku. Sebagai seorang berandalan, tentunya aku merasa sangat malu bertemu dengan sosok agung yang selalu di sembah oleh ke dua orang tuaku itu.

"Putraku, Lumi. Mendekatlah nak..!!"

Seolah tersihir, kakiku bergerak dengan sendirinya ketika mendengar perintah bernada lembut yang keluar darinya.

Pluk

Tangannya yang lembut, mengusap kepalaku, terasa menenangkan dan sangat nyaman.

"Aku ingin memberimu sedikit hadiah.."

Aku membuka mataku, "t-tapi.. saya anak nakal, kenapa anda memberikan hadiah, alih-alih hukuman?"

Dewi Agni hanya tersenyum, tidak ada sepatahpun kata yang keluar dari bibirnya.

"Kamu masih kecil anakku, wajar jika ada sedikit kenakalan yang kamu lakukan"

Dewi Agni mendudukkan dirinya di atas sebuah ayunan yang dihiasi dengan bunga-bunga indah. Aku berjalan ke belakang ayunan, berinisiatif mendorong ayunan itu dengan pelan.

Tangan putih miliknya, tiba-tiba menunjuk ke arah awan. Dan dengan ajaibnya, awan itu berubah menjadi video-video acak, seperti yang biasa ku lihat di batu sihir.

Aku menatap lekat layar itu, sepertinya, itu adalah rentetan potongan kejadian yang akan terjadi di masa depan.

"Kamu adalah orang terpilih Lumi, kamu di pilih oleh para dewa sebagai perantara untuk menghadirkan dia yang terpilih"

Dewi Agni mengucapkan sesuatu yang tidak aku pahami. Perantara? Yang terpilih?, entahlah, apa maksut dari semua ini.

"Kamu tidak akan mengerti, sampai waktunya tiba.."

"Cepatlah dewasa, agar Tyler ku segera lahir ke dunia"

.

.

.

Hidupku berubah sejak saat itu, aku tiba-tiba saja memiliki kemampuan untuk membaca Al-kitab, menerjemahkan wahyu, dan bisa menyembuhkan orang sakit. Para penduduk Karavan mengangkatku sebagai pendeta di usiaku yang ke 19. Bahkan, mungkin aku adalah pendeta termuda dalam sejarah.

Di usiaku yang ke 21 tahun, dewi Agni kembali datang ke mimpiku. Memperlihatkan seorang wanita muda bernetra biru safir yang tinggal di desa Canza, wilayah bagian utara Karavan.
Wanita cantik yang mampu membuatku jatuh cinta, bahkan ketika kami belum pernah bertemu. Dewi tidak memerintahkan apapun padaku.

Akan tetapi, setelah aku mengalami mimpi itu, aku tidak bisa melupakan wajah ayu perempuan pemilik mata bernetra biru safir itu. Sebagai seorang pendeta, aku tidak di izinkan untuk meninggalkan Lumina (tempat tinggal para pendeta). Waktu itu aku merasakan perasaan rindu yang begitu menggebu-gebu. Sehingga, membuatku melakukan segala cara agar dapat bertemu dengan wanita itu.

Dan disinilah aku, berdiri di tengah ladang, memerhatikan seorang perempuan yang sedang sibuk mengajak (memprovokasi) para penduduk untuk melawan elit desa yang dinilai merugikan warga. Perempuan itu tampak begitu memukau ketika berdiri di atas tumpukan karung sembari membawa pengeras suara, melakukan orasi-orasi dengan tujuan membangkitkan semangat juang para warga.

Kulihat beberapa waktu berlalu, kerumunan itu perlahan-lahan mulai membubarkan diri, meninggalkan wanita cantik yang tampak kesal itu.

Aku berjalan mendekatinya, "permisi.."

"APA..!?!" Jawabnya ketus.

Aku mengusap jantungku pelan, bukan karena kaget. Namun, debaran yang kurasakan bertambah kencang ketika mendengar suara merdunya. Demi dewi Agni, sepertinya, aku benar-benar jatuh cinta.

Born To Be EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang