Ara terlelap di kasurnya, ibunya datang membangunkannya.
"Ara, nah makan dulu yuk, Ara belum minum obat kan?"
"Ara ngantuk banget Mah, nanti aja ya"
"Makan dulu sayang ya, minum obatnya, nanti tidur lagi"
"Ara mau tidur aja Mah"
"Sebentar aja nak, Mamah suapin ya"
Ara berusaha untuk bangun dia makan disuapin Ibunya.
"Makan yang banyak ya nak, biar cepet sehat lagi badannya"
"Iya Mah"
Ara terus melahap dengan cepat makanannya, dia juga tidak lupa untuk meminum obatnya.
*****
Hari berjalan cukup cepat, malam sudah tiba.
Badan Ara lagi-lagi menggigil, dia merasakan dingin di sekujur tubuhnya.
Badannya gemetar, dia tidak bisa melakukan apapun selain memeluk selimutnya.
Bahkan untuk sekedar memegang ponselnya saja dia merasa tidak mampu.
"Mah, Mamah? Badan Ara menggigil Mah, sakit banget Mah"
Ara terus memanggil-manggil ibunya, dia hanya berteriak pelan.
Siapa yang bisa mendengar teriakan pelannya di lantai dua, sedangkan Mio kakaknya juga tidak ada di kamarnya.
Keesokan harinya ibunya masuk ke kamar Ara, badan Ara sudah terlihat pucat, dia sudah tidak sadarkan diri.
"Ara? Bangun nak? Ra? Badan kamu dingin banget nak? Ara? Ra bangun Ra?"
Ibu Ara terlihat begitu panik, dia berteriak memanggil suaminya.
"Pah? Papah? Papah Ara Pah?"
Ayahnya Ara lari dari kamarnya di lantai satu menuju kamar Ara di lantai dua.
"Kenapa Mah?"
"Ara Pah, Mamah udah bangunin dari tadi tapi dia gak bangun-bangun"
"Ara? Ra bangun Ra?", Ayahnya terus menggoyangkan badannya.
"Kita bawa ke rumah sakit aja ya Pah?"
Ayahnya menggendong Ara, mereka menuju mobil yang terparkir di bagasi.
Ibunya terus-terusan menangis mengingat kembali kondisi Ara 5 tahun yang lalu.
"Ra bangun sayang, Mamah mohon"
Mereka sampai di rumah sakit, sesampainya Ara langsung di larikan ke IGD.
"Pah", ibu Ara memeluk suaminya.
"Mamah tenang dulu ya, Papah yakin semuanya bakal baik-baik aja"
Ayah Ara berkali-kali mencoba untuk menghubungi Mio, tapi sayangnya Mio tidak sekalipun mengangkat telponnya.
Butuh waktu hampir sejam untuk dokter selesai melakukan penanganan.
"Gimana dok? Gimana kondisi anak saya?"
"Maaf bu, tapi kondisi anak ibu sangat kritis, jantungnya mengalami masalah lagi, alat pacu yang terpasang di jantung anak ibu mengalami malfungsi yang cukup parah, kerusakannya sudah tidak bisa diperbaiki lagi, jantungnya juga kembali mengalami gangguan irama yang menyebabkan jantung tidak bisa memompa darah lagi, satu-satunya yang bisa kami lakukan hanya dengan melakukan donor jantung"
"Donor jantung dok? Tapi bagaimana bisa kamu mendapatkan itu?"
"Bapak dan ibu mohon bersabar dan terus berdoa ya, kami akan terus memantau kondisi anak ibu, untuk donor jantung pasti akan kami kabari secepatnya jika sudah bisa kami dapatkan"
"Terimakasih dok, tolong bantu anak saya"
Dokter meninggalkan orang tua Ara, tidak lama dari itu Mio berlari menuju kedua orang tua nya.
Dia masih menggunakan baju operasinya, menghampiri kedua orang tua nya yang sudah duduk di pojok lantai depan ruangan Ara.
"Pah? Mah?"
"Mio", ibunya tak pikir panjang langsung memeluk anak laki-lakinya itu.
"Gimana Ara Mah?"
"Dokter bilang Ara harus mendapatkan donor jantung"
"Donor jantung?"
Mio terdiam sambil menatap ke dalam runagan melalui kaca pintu tempat adiknya terbaring lemah dengan berbagai alat yng terpasang di tubuhnya.
Disisi lain Hans yang mendapat kabar dari Ayahnya langsung buru-buru menujur rumah sakit.
Dia menggunakan motor satu-satunya yang ada di rumahnya, tanpa memikirkan konsekuensinya dia melajukam motornya.
Ntah seberapa sialnya Hans, tiba-tiba dari arah kanannya ada mobil truk melaju ke arahnya.
Hans hanya bisa menatap mobil truk itu, dia tau apa yang akan terjadi, hanya saja dia tidak sempat untuk menghindar dari hantaman mobil truk itu.
"Duarrrr", suaranya sangat keras, motor Hans terlindas mobil truk itu sedangkan Hans terlempar jauh dari tempat motornya berada.
Kecelakaan itu menyebabkan banyak pengendara lain berhenti untuk memberikan bantuan.
Sayangnya pendarahan yang dialami Hans sangatlah parah, kepalanya mengeluarkan banyak darah karena dia menghantam keras trotoar yang ada di pinggir jalan.
Beberapa menit kemudian ambulan datang untuk menolong.
Hans di evakuasi dengan penuh hati-hati, sedangkan pengendara truk itu di mintai pertanggungjawaban oleh polisi.
Mobil ambulan Hans menuju rumah sakit tempat Ara di rawat, ya dia pergi ke rumah sakit dengan motor tapi kini dia tiba dengan ambulan dan cucuran darah di sekujur tubuhnya.
Hans langsung di bawa ke IGD untuk diberikan penanganan, jantung sempat berhenti untung saja dia kembali lagi.
Tapi, kecelakaan itu menyebabkan Hans mengalami koma dan mati otak.
Kecelakaan itu membuat ayah Hans hampir setengah gila, bagaimana tidak? Anak satu-satunya itu hidupnya sudah di ujung tanduk.
Faren yang mendapat kabar dari Ayah Hans langsung bergegas menuju rumah sakit.
"Om adi? Gimana kondisi Hans?"
"Faren, ikhlasin Hans ya"
"Enggak om enggak, tadi Hans masih telponan sama Faren kok, kita janjian mau jenguk Ara, Hans gak mungkin kayak gini om", Faren menggenggam tangan Ayah Hans untuk sekali lagi memastikan kondisi Hans.
"Kemungkinannya kecil Ren, kasian Hans"
"Enggak om Hans pasti bisa bangun lagi"
"Om minta maaf ya Ren, makasih udah jagain Hans"
"Ooooom", Faren berlutut dihadapan Ayah Hans dia menangis dengan kencang.
Sahabat satu-satunya itu harus terbaring lemah di kasur rumah sakit, padahal sebelumnya dia juga sudah mendapat kabar buruk soal Ara.
Setelah menunggu keputusan selama berjam-jam akhirnya ayah Hans memutuskan untuk mendonorkan jantung Hans kepada Ara.
Dia tau seberapa dekat anaknya itu dengan Ara, setidaknya meskipun raganya mati tapi jantungnya akan terus hidup.
Ara melakukan operasi donor jantung yang memerlukan waktu kurang lebih 3 jam.
Beruntungnya operasinya berjalan dengan lancar, dan kini jantung Hans sudah berpindah ke tubuh Ara.
Sialnya ketika bangun Ara tidak akan bisa melihat tubuh Hans lagi.
Note : terimakasih sudah mampir, jangan lupa follow akunku ya, terus like, coment, dan share cerita ini karena dukungan dan masukkan dari kalian sangat berarti untuk aku....
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER {END}
Teen FictionMenyukai seseorang yang disukai banyak orang nyatanya membuat Ara harus memendam perasaannya. Namun, menjadi pengagum rahasia ternyata tak semudah yang dipikirkan. Ia harus siap terluka disaat Hans bersama orang lain. Memang sulit mengagumi Hans, se...