20. AKAN KU JAGA DENGAN BAIK

1 0 0
                                    

Setelah hampir seharian Ara terbangun dari tidur panjangnya itu.

Disampingnya sudah ada orang tua Ara, Mio, dan Faren.

"Hans?", Ara menyebutkan namanya setelah berhasil membuka matanya.

Air mata Faren menetes tanpa sadar, dia memalingkan wajahnya dari Ara.

"Ara? Anak mamah", mamahnya memberikan senyuman termanisnya itu untuk anaknya.

Semuanya tersenyum bahagia melihat Ara membuka matanya.

"Faren?"

"Ra?", Faren tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, dia berusaha menyembunyikan sedihnya tapi selalu saja gagal.

Tidak lama dokter atau ayah Hans dokter Adi masuk ke kamarnya setelah mendengar Ara sudah bangun.

"Ara? Gimana badannya? Ada yang sakit? Dadanya?"

Ara hanya menggelengkan kepalanya, dokter Adi memeriksa keseluruhan kondisi Ara.

"Kondisi Ara sudah semakin membaik, jantungnya juga beradaptasi dengan baik, kita akan terus pantau sampai beberapa hari ke depan ya"

"Baik dok, terimakasih dok"

Dokter Adi meninggalkan ruangan setelah selesai melakukan pemeriksaan.

Mio mengikuti dokter Adi dan berlutut di depannya.

"Terimakasih dok"

"Mio?", dokter Adi mengangkat tubuh Mio.

"Saya sudah dengar semuanya, soal Hans"

"Mio, tolong ya pesan saya untuk selalu jaga Ara, ada jantung anak saya di tubuhnya"

"Pak dok, itu pasti"

Dokter Adi menepuk bahunya dan meninggalkannya.

*****

Setelah berhari-hari di rawat di rumah sakit Ara menyadari sesuatu yang beda.

Hans, orang yang selalu datang tiap kali Ara di rumah sakit.

Tapi kali ini Faren selalu datang sendirian.

"Ren? Hans kok gak pernah keliatan?"

"Hans?", Faren menggigit bibirkan, dia memutuskan untuk menyembunyikan sementara tentang kebenaran soal Hans.

"Dia pasti lagi sibuk sama Sarah ya?"

"Hah Sarah? Em gue gatau ya kalo soa itu soalnya kayaknya Hans emang lagi sibuk banget deh, mungkin dia mau persiapan kuliah?"

"Segitu sibuknya dia sampe gak mau jenguk gue?"

"Em,,,,", Faren memutuskan untuk tidak menanggapi lagi pertanyaan Ara.

Setelah dirawat hampir 2 mingguan Ara akhirnya pulang ke rumahnya.

Kali ini yang mengantarnya ada juga Faren, dia berjanji untuk selalu menjaga Ara karena ada Hans juga di tubuh Ara.

Faren selalu berkaca-kaca tiap kali memandangi Ara.

Setelah sebulanan Ara di rumah, akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu datang.

Ketika memastikan kondisi Ara sudah stabil Faren memutuskan memberitahu Ara tentang dimana Hans sekarang.

"Ara, ada yang mau gue sampaikan ke lo, soal Hans"

"Maksudnya?"

"Ikut gue dulu ya?"

"Kemana?"

"Ikut aja dulu"

Ara mengikuti Faren, mereka masuk ke mobil yang dibawa Faren.

Faren mengemudikan mobilnya menuju tempat pemakaman umum

Wajah Ara terlihat kebingungan, dia terus melirik-lirik tempat yang mereka kunjungi.

Sampai di parkiran Faren mengajak Ara untuk turun.

Mereka menuju sebuah makam yang di nisannya bertuliskan 'HANS ARVINO', seseorang yang namanya sangat tidak asing.

"Faren? Maksud lo apa?"

"Lo kan selalu nanya ke gue, dimana Hans? Ini, Hans ada di sini, sahabat gue, sahabat lo"

"Maksudnya? Jelasin ke gue semuanya"

"Lo inget hari dimana lo dibawa ke rumah sakit dalam kondisi gak sadarkan diri?"

"Jantung lo berhenti Ra, alat di jantung lo rusak, jantung lo juga pendarahan, jadi dokter mutusin untuk donor jantung"

"Iya Mamah udah jelasin itu ke gue, terus hubungannya sama Hans?"

"Malam itu Hans buru-buru ke rumah sakit setelah tau kondisi lo dari bokapnya"

"Tapi diperjalanan Hans kecelakaan, motornya hancur, dia pendarahan banyak banget"

"Benturan di kepalanya nyebabin dia mengalami mati otak"

"Setelah perawatan berjam-jam Hans gak juga ngasih liat peningkatan, justru kondisinya semakin memburuk"

"Akhirnya bokapnya Hans yang juga dokter lo saat itu mutusin buat donorin jantung Hans buat lo"

Ara memegang jantungnya, dia bukan lagi terkejut, jantungnya mungkin bisa berhenti saat itu juga.

"Dan ya akhirnya operasi itu berhasil, lo selamat, jantung Hans udah berpindah di lo, tapi, sahabat gue udah gak ada"

Faren menatap batu nisan bertuliskan nama sahabatnya itu.

Sedangkan Ara hanya bisa menangis karen tidak mau percaya sama apa yang dikatakan Faren.

"Gue cuman minta satu ya Ra, tolong jaga diri, ada jantung sahabat gue di lo"

"Dan soal kenapa anak-anak di sekolah bisa tau soal penyakit lo, itu karena Sarah, dia gak sengaja baca pesan masuk dari bokap Hans soal penyakit lo"

"Sarah?"

Mereka menghabiskan waktu cukup lama di makan Hans, hanya kata-kata maaf yang bisa keluar dari mulut Ara.

Selama ini dia hanya memikirkan tentang perasaan tak terbalasnya kepada Hans, padaha Hans juga mengalami hal yang sama.

Setelah cukup lama menangisi Hans, Ara meminta Faren untuk mengantarnya ke rumah Hans.

Tiba di rumah Hans, Ara bertemu ayahnya Hans.

"Om adi?"

"Ara?"

"Ada apa Ra? Kenapa mata kamu sembab? Faren? Om kan udah pesanin ke kamu untuk jagain Ara, inj malah kamu buat nangis?"

"Enggak om mana mungkin Ara nyakitin Ara padahal ada Hans di tubuh Ara"

"Faren!", ayah Hans membentak Faren.

"Ara udah tau semuanya om, soal Hans dan pendonor jantung Ara"

"Ara?"

"Om? Kenapa gak coba dulu Hans berjuang seenggaknya selama beberapa hari, kenapa om nyerah gitu aja?"

"Ara, kondisi Hans emang udah gak bisa diselamatkan lagi, kalau om nunggu berhari-hari om bisa aja kehilangan jantung Hans, om mau setidaknya masih ada sesuatu yang bisa om rasain dari Hans"

"Ara? Om titip jantung itu ya? Kamu harus janji untuk jaga baik-baik"

"Pasti om Ara pasti akan jaga jantung ini dengan baik"

"Om boleh minta peluk?", Ara memeluk erat ayahnya Hans.

Semenjak itu Ara sangat sering mampir ke rumah Hans, dia sesekali memasakkan makanan untuk ayah Hans.

Ibu Ara juga sering memberikan bekal untuk ayah Hans.

Kini hubungan mereka sudah seperti keluarga.




Note : terimakasih sudah mampir, jangan lupa follow akunku ya, terus like, coment, dan share cerita ini karena dukungan dan masukkan dari kalian sangat berarti untuk aku....

SECRET ADMIRER {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang