Hari berlalu dengan cepat sudah hampir seminggu mereka berteman, hal-hal seru mereka lakukan bersama bahkan tak jarang mereka saling membagi masalah mereka.
Hingga pada suatu hari Hans melihat Ara termenung dikursi taman sekolah, Hans yang menyadari keberadaan Ara langsung menghampirinya.
"Hai Ra" Sapa Hans.
"Hans"
"Tumben sendiri? Mana Sania?"
"Tadi dikelas kok"
"Lo gapapakan?"
"Iya"
"Kalo butuh temen buat cerita gue siap kok"
"Hehe iya makasih"
Meskipun Hans tau Ara sedang ada masalah tapi dia berusaha untuk mengerti dan tidak memaksanya untuk bercerita.
"Em, entar malam sibuk gak?" Tanya Hans membuat Ara terlihat bingung.
"Kenapa?"
"Mau keluar gak temenin gue cari buku?"
"Kok tumben lo ajak gue? Biasanya juga pergi sama Faren"
"Bosen gue liat mukanya dia"
"Dasar, haha"
"Gimana? Mau?"
"Nanti gue kabarin deh"
"Oke chat gue ya, lo simpen kan nomornya?"
"Iya"
"Udah yuk ke kelas bentar lagi bel nih"
Ara mengiyakan ajakan Hans dan pergi ke kelas.
Setiap berdua mereka selalu jadi bahan pembicaraan orang-orang di SMA, untungnya mereka mulai terbiasa dengan itu. Meskipun tak jarang Ara dilabrak siswi lain.
"Nia?" Kata Ara memecahkan lamunan Sania.
"Paan?"
"Lo ngelamunin apa sih?"
"Ini soal yang tadi"
"Yaelah belum?'
"Emang lo udah?"
"Hehe, belum lagian kan di jadiin PR entar aja kali"
"Ininih kebiasaan jelek lo, nunda-nunda kerjaan udah hari H aja kalang kabut"
"Iya iya maaf, oya Nia, em anu, Hans ngajak gue jalan entar malam"
"Hah sumpah?" Teriakan Sania membuat seisi kelas kaget, begitupun dengan Ara yang langsung membungkam mulut sahabatnya dengan tangan.
"Berisik"
"Sorry, hehe"
*****
Malam tiba, Hans menjemput Ara di rumahnya. Tak lupa Hans juga meminta izin kepada orang tua Ara.
"Tante, Om saya izin ajak Ara ya?" Pamit Hans direspon baik orang tua Ara.
"Jangan pulang malam-malam ya" Pesan Ibu Ara.
"Siap tante"
"Kalo ada apa-apa langsung pulang ya" Pesan Ayah Ara.
"Iya om"
"Jangan buat adek gue bete ya" Pesan Kakak Ara.
"Oke kak"
Keluarga Ara memang agak posesif, wajar saja karena Ara anak bungsu dan dia juga perempuan.
"Ara pergi dulu ya" Pamit Ara diiyakan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER {END}
Teen FictionMenyukai seseorang yang disukai banyak orang nyatanya membuat Ara harus memendam perasaannya. Namun, menjadi pengagum rahasia ternyata tak semudah yang dipikirkan. Ia harus siap terluka disaat Hans bersama orang lain. Memang sulit mengagumi Hans, se...