Ketika tengah sibuk berbalas chat dengan Sania tiba-tiba terdengar suara batu dari luar kamar Ara.
"Apa itu?"
Ara segera keluar kamar untuk memastikan penyebab suara.
"Batu?"
Dia melihat-melihat ke sekeliling rumahnya tapi tidak melihat satu orang pun.
Kamar Ara terdapat atap diluarnya yang membuatnya bisa bersantai-santai.
Karena tidak melihat siapapun, dia akhirnya kembali masuk ke dalam kamarnya.
Dan, tanpa sengaja dia menginjak selembar kertas yang bertuliskan 'TUNGGU PERMAINAN GUE'.
"Siapa ini?"
Dia merasa bingung dan sedikit takut, ini pertama kalinya Ara mengalami hal seperti itu.
Kejadian yang sering dia lihat ketika menonton film.
"Kring..........."
Handphone Ara berdering membuatnya segera mengangkat telponnya.
"Nia?"
"Kemana aja sih lo sampe chat gue gak dibales?"
"Sorry ya tadi ada sedikit problem"
"Problem? Kenapa?"
"Gapapa kok"
"Yakin gapapa?"
"Iya gapapa, udahan dulu ya dadah"
Ara segera menutup telponnya karena tak ingin sahabat nya tau tentang kejadian itu.
Dengan perasaan sedikit takut Ara merobek kertas yang ada ditangannya dan membuangnya di tempat sampah.
Meskipun takut tapi dia memutuskan untuk merahasiakan kejadian ini dari siapapun.
*****
Hari ke sekolah berjalan seperti biasanya, Ara berjalan dengan memakai headset nya.
Dia berjalan dengan wajah yang sangat ceria dan senyum yang begitu manis.
"Pagi cantik"
"Pagi Hans"
"Siap berjuang hari ini?"
"Siap"
Ara dan Hans berjalan beriringan menuju kelas dengan suasana yang begitu bahagia.
Mereka tertawa tanpa henti meskipun hanya candaan kecil saja.
"Faren?"
Sesampainya di depan kelas mereka sudah melihat Faren yang tengah tertidur di kelas.
"Bentar"
"Hans mau ngapain?"
Hans berjalan pelan dengan senyum jahatnya dan mengagetkan sahabatnya.
"Pagi pak"
Hans berteriak cukup keras dan membuat Faren langsung tegap dan mengucapkan selamat pagi.
Sikap Faren berhasil membuat seisi kelas tertawa.
"Kurang ajar lo"
Faren memukul bahu Hans cukup keras dan membuatnya sedikit kesakitan.
"Dasar kalian berdua masih pagi juga"
Mata Ara tertuju pada mereka dengan tawa yang sangat puas.
Tiba-tiba masuklah Sarah dengan wajah dinginnya.
Dia melewati Ara yang tengah berdiri di depan pintu kelas.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Sarah duduk dikursinya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER {END}
Teen FictionMenyukai seseorang yang disukai banyak orang nyatanya membuat Ara harus memendam perasaannya. Namun, menjadi pengagum rahasia ternyata tak semudah yang dipikirkan. Ia harus siap terluka disaat Hans bersama orang lain. Memang sulit mengagumi Hans, se...