26. Love In My Heart (End)

110 27 23
                                    














woylahhh gak ekspek bisa tembus 20 vote😭😭

kelen keren bestiee😭😭

sesuai janji, saya dobel up nihh😘😘

sering² lah kek gini, kan saya semangat wkwkwk

jangan lupa vote + komennya eyahhh🥰




























happy reading~


















Kini mereka bertiga sedang menunggu di luar. Yeri sama Egi duduk disalah satu bangku. Yeri gigit kuku jari-jarinya, rasa takut bercampur aduk dihatinya. Sesekali ia lihat kiri dan kanannya, berharap Papanya segera datang.





“Yer, tenang ya…”





“Aku takut kak…”





"Semua pasti baik-baik aja..."





Egi mau meluk, cuma sadar diri dia sudah berpunya. Mending berdoa ajalah semoga semuanya baik-baik aja. Sementara Wendy masih mondar-mandir, wajahnya terlihat sangat khawatir.





“Yer, gimana keadaan kakak kamu?” tanya Teo yang baru saja tiba





“Masih ditangani dokter Pa…”





Egi tersenyum canggung. Wendy belum sadar kehadiran Teo saat ini. Pikirannya hanya tertuju sama Rediva dan bayinya. Apakah mereka berdua bisa selamat?





Ceklek





“Bagaimana dokter keadaan Rediva dan bayinya?” Pertanyaan itu langsung meluncur dari mulut Wendy.





Teo melihat jelas wajah panik dari Wendy. Egi sama Yeri juga ikut berdiri di belakang Teo.





“Selamat ya Pak, Ibu dan bayinya selamat. Istri bapak melahirkan seorang putra...”





Refleks Wendy memeluk dokter tersebut. “Terima kasih dokter sudah menyelamatkan mereka hikss. Terima kasih....”





“Iya Pak, itu sudah tugas saya..”

.

.

.

Di sudut lorong Rumah Sakit, Teo mengajak Wendy berbicara empat mata.





“Maafin saya Wen….”





Teo menjelaskan semua yang terjadi sama Rediva. Setiap kata yang keluar, membuat hati Wendy terasa berdenyut. Tangannya ia kepalkan kuat.





Wendy sudah tidak bisa lagi berkata-kata. Mau marah sama keadaan juga tidak ada gunanya kan?Sesak yang menghantam dadanya kini jauh lebih sakit daripada mendengar pernikahan Rediva. Orang yang paling ia cintai harus melewati kesakitan seperti itu.





“........”





“Kamu boleh membenci saya, tapi tolong jangan membenci Rediva. Dia sama sekali tidak bersalah. Ini semua salah saya yang sudah serakah sama harta. Tolong maafin saya Wendy….” Teo berlutut dihadapan Wendy.





“Berdiri lah Om. Jangan seperti ini. Semua sudah berlalu. Permisi, saya mau melihat Rediva.…” Lebih baik Wendy menghindar daripada berlama-lama disitu. Memberikan waktu itu memang lebih baik.





Dua Hati Satu Rasa (PART 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang