29. Lidah Mertua (End)

92 19 17
                                    











nungguin eyahh?




















lanjut~
























Jadi gimana Te?"





"Kamunya gimana Wen?" Tanya Teo ke Wendy. Emang gak ngerti lagi sama jalan pikiran bapack-bapack ini.





"Saya siap Om kapan pun..." Wendy sama Irene udah senyum-senyum malu tapi mau.





"Oke..." jawab Teo




Tiba-tiba hanya ada keheningan.





"Loh kok jadi pada diam-diam sih..." ucap Fanny





"Jadi gimana ini?" tanya Sica





"Ya udah kita pulang aja Mi. Kan udah kelar..." Jawab Yuri





"Papi, serius dong!"





Wendy udah gak sanggup lagi. Kesabarannya udah habis. Mungkin memang harus dari mulut manisnya kata-kata itu keluar.




"Om, Tante. Izinkan aku Wendy meminang putri kalian. Bersediakah kalian menerima aku sebagai calon suami Irene?"





"Engg....." ucapan Teo terpotong





"Iya aku mau Wen mau hikss...." Ucap Irene semangat. Air mata Irene udah meleleh. Soalnya ini momen yang ditunggu-tunggu Irene selama ini.





"Makasih ya sayang. Peluk boleh?" Mata Wendy juga mukai berkaca-kaca





"Ehh sembarangan! Mau saya sunat.."





"Hehe gak Om..."





"Kamu sembarangan banget ya Te, main sunat-sunat aja. Aku juga mau melanjutkan tahta dari cucu ku nanti.."





"Bercanda aku Yur. Ya udah lah, aku terima kita jadi besan aja..." Teo dengan wibawanya memeluk Yuri, begitu juga dengan Fanny dan Sica saling berpelukan.





Sementara Wendy sama Irene sibuk noel-noel pipi gemas. "Gak sabar nikahi kamu sayang..." ucap Wendy





"Aku juga hehe..."

.

.

.

.

Akhirnya hari yang dinanti-nantikan oleh Wendy dan Irene tiba juga. Wendy sedikit gugup, ehh banyak deng. Soalnya takut salah nyebut nama mertua. Apalagi ini kan acara sakral diliat pula sama banyak orang. Jadi harus sempurna. Karena Wendy selalu plesetin Teo itu jadi Tayo. Kan gak lucu! Wendy Edan!





Mereka udah duduk dihadapan Pak Penghulu sama Teo. Tangan Wendy sedikit basah. Jantungnya dag dig dug serrrr. Pengen aja cepat berlalu. Biar langsung malam pertama aja hehehe.





Teo udah gagah, gak kalah juga sama penampilan Wendy. Cuma gak bisa dipungkiri, hatinya merasa sedih. Anak tunggalnya bentar lagi jadi milik orang, malah si Wendy pula. Ehh tapi Teo tetap bersyukur, walaupun Wendy sedikit tengil tapi anaknya baik dan penyayang. Irene pun selalu bahagia dibuat Wendy. Itu yang Teo suka. Cuma Teo kalau di depan Wendy biasa aja. Gak mau dia buat Wendy jadi besar kepala.





Dua Hati Satu Rasa (PART 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang