33. Selimut Tetangga (End)

62 19 12
                                    










lanjut~










🔥🔥🔥🔥🔥

vote dulu bisa kali yaa😎


















happy reading~
















Malam ini Egi sudah mandi terlebih dahulu. Waktunya bermanja sama istri tercinta. Irene duduk dipinggiran kasur sambil melihat video-video lucu di reels ig nya. Terkadang ia tersenyum. Tiba-tiba tangan dingin Egi perlahan menyentuh telapak kakinya.



"Irene, rasanya udah lama kita...." Irene cukup mengerti dengan kode yang diberikan Egi. Tapi sayangnya Irene cukup lelah hari ini. Ditambah mood nya juga kurang baik.



"Gi, tapi aku lagi capek. Gak apa-apa kan?" Egi tersenyum getir.



"Kamu kenapa sih? Setiap kali kita mau berhubungan kamu pasti menolak. Aku ini suami kamu apa bukan sih?"



Irene menarik nafasnya berat. Ia matikan ponselnya. "Ya kamu bisa ngerti kan kalau aku capek. Kesenangan ini bukan cuma kamu aja yang mau Gi. Aku juga. Tapi kalau aku gak menikmatinya kamu tetap mau maksa? Iya?"



Wajah Egi sudah merah. Rasa kesalnya hari ini karena kerjaannya banyak yang salah, ditambah Irene malah ngajak berdebat. Rasanya mau pecah isi kepalanya.



"Sekarang yang aku butuhkan itu kamu. Yang capek itu bukan kamu aja. Aku juga capek. Jangan pancing kemarahan aku Irene. Jadi ayok kita lakukan..." Irene sebenarnya sudah sangat kesal. Namun apa boleh buat. Ia tidak ingin Wendy mendengar pertengkaran mereka. Padahal belum tentu juga Wendy dapat mendengarnya.



"Akan ku pastikan malam ini untuk yang terakhir kalinya kamu menyentuh ku..." Batinnya



Irene membuka piyamanya kemudian membuangnya asal. Irene sudah menahan tangisnya. Egi tidak peduli Irene senang ataupun tidak. Yang penting malam ini hasratnya harus dituntaskan.



Irene merintih karena sakit akibat perbuatan suaminya itu. Sama sekali ia tidak merasakan nikmat. Beda saat ia melakukannya dengan Wendy.  Cara Wendy melakukannya benar-benar penuh cinta. Bahkan ia selalu mendahulukan Irene. Mungkin itu yang membuat Irene bisa jatuh dalam pelukan Wendy.



Setelah 15 menit, Egi merebahkan tubuhnya disamping Irene dan tertidur. Irene dengan perlahan bangun untuk pergi ke kamar mandi.



"Hikss hikss, aku butuh kamu Wen. A-Aku udah gak kuat...." Gumamnya dibawah shower yang mengalir.

.

.

.

.

Pagi-pagi sekali Egi sudah pergi. Bahkan sebelum Irene bangun. Entahlah Irene juga tidak peduli sama sekali. Rasanya hari ini Irene ingin jogging. Membuang energi negatif itu memang perlu untuk kesehatan jiwa dan pikiran.



Irene kaget, ternyata di depan sana Wendy sudah melakukan pemanasan. Baju yang ketat membentuk otot-ototnya membuat Irene tersenyum.



"Ehem..." Irene berdehem



"Hey Rin, tumben kamu udah bangun..."



PLAK



Irene memukul lengan berotot Wendy.



"Sembarangan aja kalau ngomong. Aku juga tiap pagi bangun cepat tau. Kamu aja yang biasanya masih molor..."



Mata Wendy tidak sengaja melihat tanda keunguan di tulang selangka Irene. Irene cukup peka untuk itu. Ia menarik keatas bajunya untuk menutup tanda yang diciptakan suaminya tempo hari.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua Hati Satu Rasa (PART 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang