32. Selimut Tetangga

116 29 26
                                    

test test test

cerita ini hanya fiktif belaka ygy, gak ada hubungannya samsek irl

sok atuh lahh dibaca aja yukkss















happy reading~











“Aku pergi ya, kamu hati-hati di rumah…”




“Iya, kamu juga...”




Egi memberikan kecupan di pipi istrinya itu.




Mobil Civic Turbo itu mulai tak terlihat dari pandangan Irene. Irene yang mau menutup pagar dikejutkan dengan suara klakson dari Lamborghini berwarna biru karena memang itu salah satu warna favorit pemiliknya.




Seorang pemuda keluar dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Edan! Vibe orang kayanya terasa sekali. Irene sempat tidak berkedip dibuat olehnya. Bagaimana tidak? Tampan juga iya.




“Permisi mbak, apa benar ya disini ada kos-kosan?” Tanyanya sambil melepaskan kacamatanya




“Iya benar. Kenapa? Masnya mau ngekos disini?”




“Hemm, setelah saya pikir-pikir kayaknya iya sih...” Wendy tersenyum manis nampilin lesung pipi kecilnya.




“Ya kalau mas nya gak mau juga gak apa-apa sih…”




Irene mau nutup pagarnya, namun ditahan oleh Wendy. Tangan mereka kini bersentuhan. Ada sengatan listrik yang menjalar dihati Irene.




Sial!” Gumamnya dalam hati




“Ehh maaf mbak. Jangan jutek gitu dong. Nanti cantiknya luntur loh…” Irene memalingkan wajahnya karena ucapan Wendy barusan. 




“Boleh saya masuk buat lihat-lihat kamarnya?”




“Hemm…”

.

.

.

.

Setelah negosiasi dengan pemilik kos a.k.a Irene beberapa hari yang lalu. Hari ini Wendy membawa barang-barangnya. Tidak seperti kebanyakan wanita yang pindahan pasti bisa satu pickup. Wendy hanya membawa satu koper saja. Toh bisa beli lagi apapun yang kurang. Semua tergantung isi dompet.




Rumah Irene hanya terpisah beberapa jarak dari kos-kosannya. Kos-kosannya ada 6 kamar. Dan semua sudah terisi. Hanya saja yang 3 kamar, penghuninya sedang pulang kampung. Sementara penghuni 2 lagi terkadang pulang terkadang tidak. Irene tidak mempermasalahkan itu. Toh mereka semua langsung membayar untuk setahun kedepan.




“Ternyata kos-kosannya nyaman sekali…” Wendy sudah berbaring di kasur empuknya. Ia menatap langit-langit kamarnya. “Ahh aku buka saja jendelanya biar anginnya masuk…”




Wendy bangkit membuka sedikit lebar jendela kamarnya. Dari arah kamarnya ia bisa melihat Irene sedang menirukan dance dari girl group Red Velvet dengan lagu Psycho.




“Cantik sekali mbak Irene. Lincah juga iya…”




Selesai dengan dance nya, Irene mengambil handuk. Tanpa sengaja mata mereka bertemu. Wendy tersenyum seperti pertama kali mereka bertemu. Entah perasaan seperti apa, Wendy bergegas turun kebawah dan segera menghampiri Irene di ruang khusus olahraga itu.




Dua Hati Satu Rasa (PART 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang