wkwkwk saya bingung mau ngasih judulnya apa🤣
ahh udahlah, dibaca aja ya bestie🤣
ingat, simbiosis mutualisme loh. rajin² lah votemen🥰
yang reader baru juga jgn malu² kalo mau komen, yg lama komen terossss ya, awas kalo enggak😡🤣
saya gak gigit kok, cuma nyakar aja arwrrrrr😼
happy reading~
“Rin, kamu yakin sama anaknya si Yuri itu?”
“Yakin dong Pa…” Irene jawab dengan penuh keyakinan dan senyuman yang semringah sekali. Teo udah nampilin muka julid. Kok bisa sih putri tunggalnya ini kepincut sama si Wendy. Padahal banyak yang ngejar Irene. Tapi pilihannya malah jatuh sama si Wendy.
“Emang kenapa sih Pa?” tanya Fanny penasaran
“Ya tengil begitu modelannya. Ganteng sih, baik juga, tapi ngeselin aja itu bocah….”
“Permisi Om, Tante…”
Nah kan! Baru juga dirasain. Anaknya udah datang.
“Wen, kok gak bilang-bilang sih mau datang. Aku kan belum siap ihh…” Irene mengerucutkan bibirnya. Teo sama Fanny cuma bergantian melihat dua insan yang lagi kasmaran itu.
“Hehehe, kamu tuh gitu aja tetap cantik sayang. Setiap hari malah…” ucapnya sambil nyengir, yang dipuji juga merona pipinya.
“Hehh hehh! Bisa-bisanya kalian ya. Sopan kayak gitu didepan papa Rin?”
Teo yang merasa disaingin akhirnya angkat bicara. Gak bisa nih dibiarin.
“Ehhh maaf Om. Saya cuma jujur aja kok…”
“Jujur jujur. Palingan modus doang…” jawab Teo
“Papa kayak gak pernah muda aja loh..” Fanny mencoba mencairkan suasana.
“Emangnya kalian mau kemana? Kamu gak tau ini jam berapa?”
Wendy refleks melihat jam yang ada di tangan sebelah kirinya.
“Jam 8 lewat 10 menit Om. Oh iya mau ngajak Irene keluar bentar, soalnya ada cafe baru hehe…”
Teo memperhatikan Wendy dengan seksama. Irene cuma senyum-senyum aja. “Oke, Om sama Tante ikut!”
“Haaaaa?” ucap Wendy
“Ihh papa mana boleh gitu. Papa sama mama berdua aja di rumah..”
“Mau pergi atau gak sama sekali…”
Yakali pulang, mana udah harum, effort juga pake baju baru loh ini. Baru tadi sore diantar sama kurir. Masa iya main pulang-pulang aja. Belum juga ngobrol sama calon istri, terus itu tuh~ GAK USAH SUUDZON KELEN YA BESTIEE!
“Eehh iya Om, boleh kok boleh…”
Wendy ngalah ajalah daripada dicoret jadi menantu kan ribet. Teo tersenyum senang. Fanny geleng-geleng kepala doang. Kenapa suaminya kayak bocah gini sih pikirnya.
“Ya udah ayok kita pergi…” Teo jalan duluan. Wendy sama Irene senyum-senyum di belakang sambil main toel-toel pipi.
Wajah Wendy cemberut, cuma diajak ngobrol masih mau jawab walaupun jadi irit sih. Gimana enggak, si Teo milih duduk di samping Wendy. Jadi Irene sama Fanny duduk di kursi belakang. Irene juga cemberut, biasanya dia paling suka di depan sama Wendy tuh ya noel-noel pipinya itu loh. Gemes aja gitu sama lesung pipinya yang bisa nyimpen kuaci di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati Satu Rasa (PART 2)
Fiksi Penggemarcuma kamu, hanya kamu dan tetap kamu~ -------------------------------------------------- ini lanjutan dari bab "Secuil Tentang Rasa" udah kepenuhan chapter nya bestie wkwk biar rapi aja getooo loohhh😚