s2, 03; Dejavu?

955 69 9
                                    


Life After Married, s2.
; Bab : 03.












Fahlada sudah mengetahui sosok ‘Iranee’ ia terus merenung tanpa henti, memikirkan bagaimana seseorang begitu mirip hampir seratus persen, di matanya. “Apakah benar-benar nyata, setiap manusia sungguh memiliki kembaran.” Fahlada bergumam, berbicara sendiri. Memikirkan sendiri, berbicara sendiri, semoga ia baik-baik saja. Dokter juga butuh perawatan.

Seperti perkataan Earn dulu, “Dokter juga bisa sakit.” Saat itu, saat Fahlada dan Earn berada di Italia, pada saat pendekatan.

Suara pintu terbuka, terdengar. “Lada.” Fahlada menoleh, Ny. Thananusak terlihat masuk. “Kamu, baik-baik saja?” Fahlada mengangguk. “Lada baik, Ma.”

Ny. Thananusak mendekat, mengelus lembut pucuk kepala Fahlada. “Mama tidak akan memaksa kamu untuk berhenti, hal itu, tentu begitu sulit untuk di lupakan.” Fahlada menatap sang Mama dengan serius, tersirat kesedihan yang mendalam dari wajahnya.

“Tapi,” Perkataan Ny. Thananusak berhenti, hanya beberapa detik. Ia menatap balik tatapan dari Anaknya. “Jangan terlalu berlarut-larut, Lada.” Fahlada tersenyum, ia memeluk sang Mama. Menangis, Fahlada menangis. Ia bisa, pasti bisa, tetapi tidak tahu kapan itu akan datang.

Ny. Thananusak mengelus punggung Fahlada, memberikan pelukan hangat untuk sang Anak. Fahlada melepaskan pelukan, dan menatap sang Mama. “Ma, kamu tahu dengan Artis pendatang? Dia sedang naik daun, dia begitu mirip dengan istriku.” Ny. Thananusak tersenyum, ia mengangguk. Tentu saja, ia tahu, melihat berita menjadi jadwal rutinnya di pagi hari.

“Jangan suka Actrees itu, dia bukan istrimu.” Fahlada paham, ia begitu paham maksud dari sang Mama. “Iyah Ma.” Fahlada yakin? Ia yakin tidak akan suka, tidak akan, tidak untuk saat ini.

***

“Anda sedang apa.” Pertanyaan dari Fahlada membuat Engfa cukup terkejut, ternyata ia ketahuan telah membuntuti Fahlada. Engfa tersenyum kaku. “Saya, juga ingin memastikan.” Fahlada memicingkan matanya, Engfa yang melihat itu terus memberikan senyumannya. Entahlah, perbuatannya sungguh memalukan.

Hanya beberapa detik, kemudian Fahlada berjalan kembali untuk masuk ke dalam White Flower Cafe, ia acuhkan kehadiran Engfa. “Dr. Fahlada, dia sudah kembali.” Engfa melihat sekitar, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Fahlada dan juga Engfa sudah duduk di salah satu meja yang kebetulan kosong, hari ini Cafe cukup ramai, tidak, bahkan Cafe ini selalu ramai setiap harinya. “Kenapa anda tidak mengusir saya?” Pertanyaan Engfa tidak Fahlada perdulikan, ia hanya fokus menatap sekeliling. “Dr. Fahlada, anda acuh?” Sekali lagi, Engfa kembali berbicara.

Fahlada mulai terganggu, ia menatap Engfa tajam. “Bisakah anda diam?” Ucap Fahlada dengan tegas. Engfa menatap Fahlada, terdiam beberapa detik, ia juga mengedipkan mata beberapa kali. “Saya bisa, benar-benar mengusir anda.” Dengar, ucapan Fahlada sungguh menyakitkan. “Baiklah, anda sungguh tidak ingin berdamai dengan saya.” Fahlada tidak memperdulikan ucapan Engfa. Entahlah, ia tidak tertarik berdamai atau semacamnya, biarkan semuanya berjalan dengan sendirinya.

Mereka berdua hanya berdiam diri, sambil menikmati pesanan mereka masing-masing. Tidak lama terdengar suara dering handphone, ternyata milik Engfa. “Baiklah, saya akan segera tiba.” Setelah selesai dengan panggilan handphone, Engfa berdiri dan bergegas untuk pergi.

Sebelum itu, ia berbisik kepada Fahlada. “Saya tidak akan berhenti. Dia bukan Earn, tetapi Iranee, saya masih memiliki kesempatan.” Setalah mengatakan hal itu Engfa pergi begitu saja, ia senang sekali menggoda Fahlada. Fahlada kesal, Engfa akan terus melakukannya, baginya begitu menyenangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life After Married || LingOrm (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang