s2, 02; Same Dreams.

853 67 3
                                    


Life After Married, s2.
; Bab : 02.













Ira saat ini sedang tertidur di kursi ternyaman miliknya, syuting sebuah series  cukup membuat dirinya lelah. Seperti yang telah di ketahui seluruh Staff, Crew, lawan main Ira. Mereka mengetahui, Ira sering sekali terjaga di malam hari, ia susah untuk tidur saat malam.

“Aku akan pergi membeli minum.” Bisikan Ira dapatkan dari Dew, Manager nya. Tidak akan ada yang memiliki cukup keberanian untuk melakukan itu, selai sang Manager, dan juga orang terdekatnya.

“Kamu pesan seperti biasanya?” Ira mendengar suara Dew, ia hanya mengangguk, tidak merespon dengan mulutnya. Dasar tidak sopan, biarkan saja, Dew memaklumi.

Seolah menjadi sebuah Camera, Ira terus merekam seorang gadis dengan wajah tertutup, terlihat sebuah kebahagian, saling merekam untuk mendapatkan peninggalan kenangan yang nyata. Sebuah bayangan dari pikirannya sendiri, yang belum dapat mengingat seolah menutup wajah gadis itu.

Senyuman indah terukir di wajah Ira. Entahlah, ia tidak mengenal siapa sosok itu, tetapi ia merasa cukup bahagia. Ira terus berfikir dengan keras, rasa ini, rasa bahagia yang belum pernah ia rasakan. Tidak dapat di utarakan, bahkan, untuk mendeskripsikan juga sulit.

Ira tersenyum dalam tidurnya. Ia bermimpi, tampak lucu, tetapi cukup menyeramkan juga. Dew kebetulan sudah kembali, ia mengerutkan keningnya. “Ada apa dengan dia.” Gumam Dew, cukup keheranan.

Di karenakan Dew ingin memberikan minuman pesanan Ira, mau tidak mau Ira harus di bangunkan. Bukan itu saja, beberapa menit lagi syuting Ira akan di mulai kembali, istirahatnya telah berakhir.

Dew menggoyangkan bahu Ira, mencoba membangunkan. Ira tidak sulit di bangunkan, jika tidur di lokasi. Sangat berbeda jika dengan di rumahnya sendiri, ranjang ternyaman, tidak harus mencari sensasi untuk hanya sekedar tidur, begitu bukan? “Ira.” Perlahan Ira membuka matanya, Stylish juga sudah berada di hadapannya. Sungguh menyebalkan.

Mimpi yang sering terjadi, di setiap tidurnya. Tidak, Ira tidak terganggu. Ia sungguh ingin sekali melihat wajah partner di mimpinya, entahlah, sulit sekali menyingkirkan bayangan itu. Mimpi yang tidak pernah ia ceritakan kepada siapapun, bahkan sang Manager, dan kedua orangtuanya. Rahasia pribadi, takut tersebar. Bagaiman jika sampai di telinga penggemarnya? Hanya sekedar membayangkan saja, sudah sangat mengerikan.

Seluruh penghuni rumah sakit Princ Hospital tidak ada pembicaraan. Sangat hening, tidak ada bergosip, menceritakan banyak hal yang tidak perlu, tidak seperti biasanya. Saat Fahlada masuk, seluruh pandangan mengarah kepada dirinya. Ia cukup kebingungan, apakah ada yang salah dengan dirinya. Sulit di percaya.

Fahlada masuk kedalam ruangan pribadinya, ia duduk diam. Merenung, memikirkan sosok yang tidak pernah bisa ia lupakan. Fahlada membuka Tab khusus rumah sakit, melihat-lihat berita terbaru. Cukup lama ia Scroll, tidak ada berita yang menarik. Tidak ada, atau tidak di perlihatkan?

Fahlada cukup sibuk hari ini, sudah banyak ia tunda antrian pasien yang akan memeriksa keluhan dengan wajah mereka. Setelah kejadian itu, Fahlada mengambil cuti sekitar tiga hingga lima bulan lamanya. Bahkan bisa saja lebih lama, tetapi ia menolak.

“Dokter, apakah ada yang salah dengan wajah saya?” Pasien bernama Sonya menatap Fahlada dengan bingung. Fahlada terus menatap dirinya tanpa memberikan penjelasan apapun. Senang, tentu Sonya senang, Fahlada adalah idolanya kaum hawa. “Ah.. Maafkan saya.”

Sonya tersenyum. “Tidak perlu minta maaf, Dokter.”

Selesai untuk hari ini pemeriksaan dari Dr. Fahlada, walaupun antrian masih panjang. Saat Fahlada akan keluar rumah sakit, ia berpapasan dengan Engfa. Musuh, sepertinya tidak lagi, untuk sekarang sepertinya sudah baikan, semoga begitu. “Dr. Fahlada, anda akan pergi kemana?” Fahlada menghentikan langkahnya, untuk sekedar menjawab pertanyaan yang Engfa lontarkan kepadanya.

Life After Married || LingOrm (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang