17. Monster Gua Kapur (1)

1.2K 163 8
                                    

Terhitung sudah hampir 24 jam mereka melangkahkan kaki tanpa beristirahat-- keluar dari area hutan. Perjalanan teruslah berlanjut, tubuh yang terpantau masih kuat hanyalah Nazka dan Zerico. Juan berjalan sambil bertumpu pada bilah kayu-- badannya sudah luar biasa letih. Tak hanya ia, Keyran pun sudah tepar di gendongan Zerico.

Yang membuat mereka tak bisa menghentikan perjalanan ialah ketiadaan tempat untuk beristirahat. Sepanjang melalui area hutan, mereka merasa diawasi. Tidak ada tempat yang aman untuk berdiam diri.

Jalanan terasa menanjak, lambat laun-- jumlah pohon semakin menipis.  Keyran yang menyadari jika mereka sudah masuk ke kawasan baru lekas memberontak turun dari gendongan punggung Zerico.

Memperhatikan sekitar-- tanah yang kering dan retak, selain itu juga banyak sekali batu-batu kapur  yang terurai menjadi pecahan-pecahan kecil.

Jika mereka terus melanjutkan langkah, mereka akan bertemu banyak lembah dengan bukit-bukit bergelombang.

Pohon akasia berukuran besar terlihat tumbuh di beberapa tempat. Bau tanah usai hujan tercium pekat.

"Tempat ini ... area gua kapur?" gumam Keyran ragu.

Pasalnya, kawasan ini hanya ditumbuhi oleh tumbuhan yang mampu bertahan di tanah kering, seperti akasia, jati, dan berbagai jenis tanaman perdu. Kondisi tanah yang keras, berbatu, dan sedikit berpasir semakin meyakinkan Keyran bahwa mereka telah berada di daerah dengan potensi pH yang tinggi.

Mereka berempat saling melempar tatap. Seolah punya pikiran yang sama, keempatnya bergegas semakin masuk lebih dalam. Bersembunyi di balik pohon-pohon besar akasia, mereka dapat menjumpai setidaknya ada tiga sampai lima monster yang berlalu lalang.

Tubuh mereka berukuran sedang-- berwarna putih. Mereka berjalan dengan kedua kaki, jemari tangannya memperlihatkan kuku-kuku yang panjang dan runcing. Bentuk mereka bagaikan serigala tanpa bulu yang berjalan layaknya manusia.

"Ini serius kita gak ada jalan lain kalo mau pergi? Harus banget ngelewatin mereka gitu?" bisik Keyran kepada tiga orang temannya.

"Mungkin bisa ke arah sana." Juan menunjuk ke arah utara, di mana terdapat aliran sungai kecil yang mengarah pada gua.

"Itu sungai kecil, ya? Terus ngarah ke gua?" Keyran bergumam kecil, menyipitkan mata lalu setelahnya menganggguk. "Kayaknya iya, deh. Sungai bawah tanah. Ini 'kan area kapur."

Sungai bawah tanah sering terbentuk di daerah kapur karena proses pelarutan. Air hujan yang mengandung karbon dioksida akan membentuk asam karbonat saat bersentuhan dengan air.

Ketika air ini meresap ke dalam tanah kapur, ia akan melarutkan mineral kapur atau kalsium karbonat dan membentuk celah-celah yang pada akhirnya menjadi gua di bawah tanah.

Mengingat fakta itu membuat Keyran yakin, aliran air yang terlihat pasti mengarah ke dalam gua.

"Gimana kalo kita coba peruntungan nasib? Siapa tau gua itu ada ujungnya, kita jadi bisa lebih aman kalo lewat sana." Nazka memberi penawaran.

"Setuju-setuju aja, sih. Tapi kita gak boleh naif, berpikir ada tempat aman di dunia aneh ini," ujar Juan sembari bersedekap dan memincingkan mata.

"Apa yang kalian ributkan?" Keyran tak bebalik, tapi ia sedikit menolehkan kepalanya ke samping. Samar-- para temannya melihat senyum miring terukir di wajahnya. Dengan bayangan kegelapan dari helai rambut poninya yang memang telah memanjang, senyum itu hadir. "Kalo tempatnya gak aman, tinggal kita buat supaya jadi aman," ujarnya sembari menautkan kedua tangan di belakang tubuh.

Ketiga remaja yang lebih tua terkekeh serentak. Nazka tersenyum tipis sembari mendengus pelan, Juan tetap pada posisi-- sedangkan Zerico berkacak pinggang dengan sebelah tangan. Keyran benar-benar sesuatu. Ke mana perginya Keyran penuh drama mereka?

Malapetaka 1980 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang