(Azka Poov)
Sepulangnya aku dari Klan Atsuki, aku langsung masuk kamar ibu mengadu dan menangis. Aku ingin ibu tahu aku tidak kuat menangani ini semua tanpa Ibu.
Aku terus menangis hingga tanpa aku sadari aku tertidur. Aku bermimpi, dalam mimpiku aku melihat Ibu yang sangat cantik. Beliau mengenakan gaun terbaik, wajahnya cerah.
"Ibu!" gumamku menahan rindu melihat ibu di depan mataku.
"Jaga bintangmu, Nak!" ucap ibuku pelan.
"Apa maksudmu, Ibu?" Ibu tersenyum lalu perlahan berjalan mundur.
"Ibu jangan pergi!!!!" teriakku, aku ingin sekali berlari dan memeluk ibuku, namun entah kenapa kakiku tidak mau bergerak.
"Ibu tidak akan pergi. Ibu janji!" lalu ibu menghilang. Aku menangis menatap kepergian ibuku, tetapi ibu tidak. Beliau tersenyum menatapku dengan penuh keyakinan.
Aku mengedipkan mataku menyesuaikan dengan cahaya matahari yang mulai terang. Aku mengusap pipiku yang basah oleh air mata, lalu menatap ibu.
Lalu masuklah dua orang dayang. Aku kenal mereka dayang N dan L, disini dayang yang khusus melayaniku hanya memiliki satu huruf nama sebagai kode. Bukan nama asli. Pelayan Ayah dan Ibu kodenya angka karena pelayan mereka jumlahnya lebih banyak.
"Princess, saatnya mandi!"Aku hendak mengangguk tapi, "Aw!" jeritku. Leherku terasa sakit sekali. Aku teringat aku tidur sambil duduk sepanjang malam, pastilah ini penyebab leherku sakit.
"Princess baik-baik saja?" tanya dayang itu khawatir.
"Saya baik-baik saja. Sepertinya saya salah tidur" dayang N berbisik kepada dayang L sepertinya sedang memerintahkan sesuatu. Lalu aku berjalan mengikuti mereka ke kamarku.
Biasanya aku suka berendam tapi kali ini aku merasa agak tidak nyaman gara-gara leherku. Tiba-tiba masuklah dayang L.
"Sepertinya leher Princess masih sakit" aku mengangguk.
"Izinkan saya mengurutnya" lalu ia berlutut di belakangku, dan membuka sebuah botol.
"Tidak! Apakah itu bau?" tanyaku panik. Aku benci sekali bau seperti itu.
Dayang itu tersenyum dan berkata, "Saya pastikan Princess akan menyukai ini"
Dan untungnya dia benar. Minyak apapun itu harum sekali, juga hangat, belum lagi pijatan dayang L. Hmmm....nyaman sekali.
"Terima kasih dayang L"
"Sama-sama Princess"
~~~~
"Hiyaaaatt..."
Aku sedang berkuda di hutan dengan kecepatan tinggi sekarang melewati pepohonan, melompati bebatuan dan melakukan banyak hal. Kegiatan ini efektif sekali mengurangi stresku.Aku berhenti di perbatasan. Pepohonan di depanku tinggi dan langsing jaraknya rapat sekali. Aku tak tahu apa yang ada di belakang itu dan tak pernah melewatinya. Aku menuntun kudaku kembali ke istana.
Saat aku berjalan ke kamarku aku melewati kamar ibu. Pintu kamar yang terbuka membuatku tertarik mengintip ke dalam.
"Kondisi Lady Fiona masih sama seperti kemarin. Tapi untungnya tidak memburuk" kata seorang wanita yang mirip seperi dokter pada Paman Alov dan Bibi Shia.
"Kenapa dengan Ibu?" perhatian mereka tertuju padaku yang tiba-tiba ada di sekitar mereka. Dokter itu menatap Bibi Shia sesaat.
"Ibumu terkena racun dari jamur Merah" jelas dokter itu.
"Jamur Merah? Bukankah itu jamur mematikan?" gumamku. Dokter itu mengangguk.
"Jadi...." ucapku tak sanggup melanjutkan kalimatku, dokter itu menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si "Rambut Biru"
RandomNamaku Rae. Aku siswi dari sekolah swasta paling beken di kotaku. Walaupun aku yatim piatu orangtuaku adalah orang paling kaya. Aku adalah putri konglomerat tapi berkat Nenek aku sama sekali tidak manja. Kalian bisa memintaku melakukan pekerjaan rum...