(Azka Poov)
Aku menatap kepergian Anda dari jendela kamar ibuku, ibuku kembali tertidur dengan tenang, dokter dan dayang-dayang segera pergi saat yakin ibuku telah kembali normal, yah ukuran normal bagi ibuku adalah kembali tertidur dengan nyaman dan menunggu kapan ia akan terbangun.
Entah mengapa ada sedikit keraguan yang menyelusup dalam hatiku, apakah semua tindakanku benar? apakah keputusanku untuk menjauhi Anda dan menganggapnya sebagai musuh benar? Atau justru aku melakukan kesalahan fatal dan seharusnya memilih untuk berlindung di belakangnya? Tapi bagaimanapun dia musuhku, musuh besar klan kami. Huft... tidak aku tidak boleh goyah, sebagai pemimpin klan ini aku tidak boleh menjadi lemah.
"Princess Azka" panggil Vee, aku membalikkan tubuhku dan melihat Vee dengan wajah muram, tangannya yang biasa anggun memegang buku notes sekarang bergetar, matanya yang terang berubah redup. Entah mengapa aku merasa Vee akan membawakan kabar buruk.
Aku melangkah keluar mengikuti Vee menuju ruanganku, tempat aku dulu belajar etika seorang Princess, ya aku ingat tempat ini. setelah puas melihat seluruh isi ruangan aku duduk di mejaku, meja paling besar yang membelakangi jendela, jika suasananya bagus mulutku pasti ribut bergumam, tapi sekarang suasananya sedang tegang.
"Princess...." ucap Vee sambil menunduk dalam, aku lurus menatapnya. Bingung.
Vee melangkah ke depan ku, meletakkan notesnya di mejaku, lalu dengan sopan mendekatkannya padaku. Aku mengerti Vee menyuruhku untuk membaca laporan yang ditemukannya sendiri, mungkin ini terlalu berat untuk diucapkan.
Aku membacanya perlahan, aku tidak mengerti semua tabel ini dan kurasa aku tidak perlu untuk mengerti, kesimpulan dari seluruh tabel ini yang menjelaskan semuanya.
Aku terhenyak, bagaimana... bagaimana mungkin ini semua terjadi?
Anda benar, obat yang selama ini kukira obat adalah racun, musuh yang selama ini kukira musuh adalah kawan, keluarga yang selama ini kukira keluarga adalah musuh.
"Vee" panggilku. "Ya, Princess. Aku siap menerima perintahmu" jawab Vee. Semoga keputusanku kali ini tepat. "Bisakah kau tinggalkan aku sendiri?" perintahku dan tanpa banyak bertanya ia segera pergi meninggalkan ruanganku.
Tak lama setelah Vee pergi, tiba-tiba Dita muncul di depan mejaku sambil membungkuk dalam. "Astaga! Dita?!" teriakku kaget, aku segera berdiri dan keluar dari mejaku. "Sedang apa kau disini?! Vee!"
"Azka! Jangan panggil pengawalmu! Aku datang demi Anda" aku berdiri kaku saat namanya disebutkan.
"Sekarang kau sudah mengerti kan? Bibi Shia dan Paman Alov adalah orang jahat yang menginginkan tahtamu. Itulah yang selama ini Anda lakukan, dia ingin kau mengerti lebih awal siapa yang jahat dan siapa yang baik disini. Dia ingin kau tahu agar kau bisa melindungi dirimu sendiri"
"Dan sekarang demi dirimu Azka, Anda sedang berkuda dengan kecepatan penuh menuju gunung Ranveld, untuk mencari penawar racun ibumu"
"Ya, penawar racun ibumu adalah getah semut di puncak gunung Ranveld. Kau tahu Gunung Ranveld, Azka?" aku mengangguk pelan. "Bagus, nah semut ini ada di puncak yang bersalju, di luasnya puncak gunung bersalju itu, sarang semut itu hanya ada satu. Kupastikan Azka akan mati beku sebelum ia menemukan sarang semut itu.
"Tapi bukan disitu ancamannya, tepat sebelum gunung Ranveld ada hutan tempat para penyihir tinggal, tempat orang-orang sepertiku berada. Kau tahu apa akibatnya jika Azka melewati tempat tersebut? Aku yakin sekali saat mereka sadar Azka berada di sana, mereka tak akan berpikir panjang untuk membunuhnya. Dia seorang manusia sekaligus seorang Pangeran"
"Dan alasanku berada di sini adalah aku memohon kepadamu untuk menolong Anda, hanya kamu yang bisa, kumohon" ceritanya. Aku masih berdiri di samping mejaku, menyimak ia bercerita. dan kini ia sudah sampai di akhir cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si "Rambut Biru"
RandomNamaku Rae. Aku siswi dari sekolah swasta paling beken di kotaku. Walaupun aku yatim piatu orangtuaku adalah orang paling kaya. Aku adalah putri konglomerat tapi berkat Nenek aku sama sekali tidak manja. Kalian bisa memintaku melakukan pekerjaan rum...