Klan Atsuki

426 32 8
                                    

(Anda Poov)

5 tahun yang lalu...

Namaku Anda. Atau Prince Anda. Umurku 10 tahun. Aku adalah anak dari The King Akihiko dan The Queen Haruki. Orang tuaku adalah pemimpin Klan Atsuki. Katanya klan kami inilah asal muasal Jepang, jadi jangan heran kalau banyak orang dari Klan Atsuki yang memiliki nama berbau Jepang.

Sebagai penerus kerajaan sejak kecil aku sudah dilatih untuk berperang, bernegosiasi, dan banyak lagi. Dan aku memiliki seorang pendamping yang hanya di ketahui oleh klan kami saja. Dialah Papa Do.

Sejujurnya aku lebih dekat dengan Papa Do daripada ayahku sendiri, beliau terlalu sibuk mengurus klan. Dan walaupun aku anaknya ada banyak prosedur yang harus kulakukan untuk menghormatinya, secara tak langsung hal itu membuat jurang pemisah yang lebar diantara kami.

Tapi untungnya aku masih tetap dekat dengan ibuku. Beliaulah yang selalu memberiku semangat ketika aku lelah berlatih atau belajar.

Suatu hari entah mengapa musim di klan kami berubah kacau. Musim panas pada musim dingin dan musim dingin pada musim panas. Waktunya pun tak tentu. Kadang sebulan musim panas dan di bulan berikutnya musim dingin.

Akhirnya banyak tanaman yang mati. Para petani gagal panen, binatang ternak juga mati karena perubahan musim yang terlalu mendadak. Seluruh penjuru klan terancam kelaparan, kematian mengintai mereka.

Maka ayahku segera melakukan rapat dengan para menteri dan penasihat. Aku di ajak ikut oleh ibuku. Papa Do menyetujuinya, jadi aku memilih ikut.

Sehari sebelum rapat itu diadakan, aku bersama Papa Do berlatih berkuda dari pagi hingga sore.

"Ya sudah sampai sini dulu latihan kita. Besok kau ada rapat besar kan? Bersiaplah!" kata Papa Do sambil mengacak2 rambutku. Aku tersenyum mengangguk.

Aku berjalan menyusuri halaman istana yang begitu luas. Hari ini cuacanya cerah, entah bagaimana dengan besok. Kuharap tidak terlalu buruk, karena besok rapat besar itu akan diadakan.

Di dalam istana. Aku meneriaki dayangku untuk menyiapkan kamar mandi ku karena aku mau mandi. Sambil menunggu mereka. Aku menuju Ruang Kehormatan tempat singgasana ayahku di letakkan dan tempat rapat besar itu berlangsung.

Sayup2 aku mendengar suara ayahku yang sedang memberi titah kepada seorang dayang. Beliau meminta makanan super banyak dan super mewah untuk rapat besok. Di sisi kanan ayahku duduk dengan anggun ibuku lalu di sisi kiri ada peramal Chika.

Mendengar titah itu aku segera masuk. Lalu menunduk dalam untuk menghormati ayahku. Ayahku tersenyum melihatku. Ya, walaupun kami tidak dekat seluruh alam tahu ayahku sangat menyayangiku.

"Mengapa kau kemari, anakku?" aku berlutut di hadapannya.

"Maafkan saya Ayah. Saya hanya ingin mengatakan tidakkah makanan yang Ayah titahkan pada dayang untuk rapat besar besok terlalu berlebihan? Kita sedang dalam keadaan sulit, makanan susah di dapatkan dan harusnya kita mulai berhemat. Maafkan saya jika saya lancang"

"Anda benar, suamiku. Kau terlalu berlebihan" suara lembut ibuku terdengar. Aku masih dalam posisi yang sama.

"Baiklah. Kalau begitu kurangi semua makanan yang sudah ku pesan tadi. Peserta rapat tidak boleh ada yang protes mengenai hal ini" titah ayah ku. Dayang itu menunduk dalam lalu berjalan keluar dari Ruang Kehormatan.

"Saya pamit pergi" aku menunduk lagi. Lalu pergi menuju kamarku. Lihat bagaimana aku berbicara dengan ayahku? Seolah gelar Prince yg kumiliki ini setara dengan dayang. Aku benci melakukan ini.

Di jalan aku bertemu dengan seorang dayang yang tadi ku suruh menyiapkan kamar mandi. Dia bilang kamar mandinya sudah siap. Aku pun bergegas mandi.

~~~~~~
Keesokan harinya....

Rapat besar itu dimulai. Ayah duduk di tengah2 meja besar, aku di samping kiri dan ibu di samping kanan. Di depanku duduk penasihat kerajaan, di depan ibuku duduk para menteri. Mereka duduk saling berhadapan.

Kami semua duduk di atas panggung. Di bawah ada kaum bangsawan dan cendekiawan yg ikut menyaksikan jalannya rapat.

"Seperti yang telah kita ketahui. Klan kita sedang ditimpa musibah aneh. Yg menurut penasihat kerajaan belum pernah terjadi" penasihat kerajaan mengangguk menyetujui kalimat ayahku barusan.

"Akan sangat berbahaya apabila kita tak segera mengambil jalan keluarnya. Jika kita tidak kuasa mengubah musim, maka setidaknya kita harus memikirkan cara agar seluruh rakyat dapat makan. Jadi tanpa panjang lebar, apakah ada dari kalian yang ingin memberi usul?" ruang rapat itu hening. Di sudut2 ruangan terdengar bisikan2 pelan.

"Ampunkan hamba paduka raja" kata seorang cendekiawan dari bawah panggung. Ayahku mengangguk tanda ia di izinkan berbicara.

"Hamba pernah dengar Klan Anaru pernah mengalami hal yang sama seperti yang kita alami" dengungan bertambah keras seketika.

Klan Anaru? Seingatku itu klan yang tidak pernah bisa berhubungan baik dengan klan kami. Walau tidak berperang tapi kami berusaha untuk tidak saling berkomunikasi. Maka kami hanya memiliki sedikit kabar tentang Klan Anaru.

"Lalu lahirlah seorang anak perempuan. Mungkin sekarang ia seumuran dengan The Prince Anda. Entah bagaimana setelah ia berumur 3 tahun ia mampu mengendalikan cuaca, menyuburkan tanaman, menggemukkan binatang ternak dan lain sebagainya"

"Hamba tahu kita memiliki hubungan yang buruk dengan Klan Anaru. Tapi walaupun mustahil saya sarankan kita meminta bantuan mereka" ia menunduk dalam lalu kembali duduk.

Klan Anaru dipimpin oleh The Lord Melvin dan Lady Fiona. Anaknya? Ah aku tak tahu siapa. Kan sudah ku katkan kami hanya memiliki sedikit info tentang mereka, aku tahu pemimpin mereka saja sudah bagus.

"Do! Siapa nama putri itu?" tanya ayahku memanggil Papa Do. Yg ditanya segera berdiri.

"Princess Azka, Paduka. Dia seumuran dengan Prince Anda. Tapi saya tak tahu dia memiliki kemampuan itu"

"Karena memang di rahasiakan. Kemampuannya dapat dipakai di mana saja. Jika satu klan saja tahu, maka seluruh alam semesta ingin memilikinya" kata cendekiawan tadi.

"Lalu mengapa kau bisa tahu?" tanya Perdana Menteri.

"Maaf Tuan. Tapi saya memang mempelajari tentang semua klan yang ada di alam semesta ini. Dan khusus Klan Anaru saya mempelajarinya langsung dari sana" jelas cendekiawan itu.

"Jadi, kita harus meminta bantuan musuh kita. Bagaimana menurut kalian" para menteri dan penasihat kerajaan berbisik-bisik sejenak.

"Kami tak setuju yang mulia. Meminta bantuan Klan Anaru akan menjatuhkam harga diri Klan Akatsuki" jelas perdana menteri.

"Ayah, boleh aku berbicara?" tanyaku. Membuat seluruh perhatian tertuju ke arahku. Ayah mengangguk.

"Menurutku kita harus mencoba berbagai cara. Maka pilihan tadi masuk akal jika kita coba. Kita juga bisa sekalian minta maaf, berdamai. Bukankah pihak yang lebih duluan meminta maaf berarti memiliki harga diri paling tinggi karena itu artinya kita mengakui kesalahan kita"

"Tapi Prince Anda. Kita tak bersalah" potong Perdana Menteri.

"Kalau begitu apakah Tuan bisa menyebutkan kesalahan Klan Anaru?"

"Eh? Ergh..."
"Kita hanya terpengaruh cerita lama. Adakah diantara kalian yang bisa menyebutkan siapa yang salah? Ini hanya salah paham. Kedua belah pihak terlalu gengsi untuk meminta maaf duluan. Jadi kita datangi Klan Anaru baik-baik, lalu meminta pertolongan"

Rapat itu ditutup, keputusan di ambil. Kami akan meminta bantuan pada Klan Anaru.

"Kau hebat sekali, Nak! Ayah bangga padamu" kata ayahku lalu mengusap-ngusap kepalaku.

"Yang Mulia. Masih banyak tamu yang melihat" tegur Papa Do.

"Dia anakku Do. Semua orang tahu. Mereka juga tahu. Jadi biarlah. Ini menjadi hadiah untuknya karena begitu gagah berbicara di depan orang banyak. Malam ini kau mau apa, anakku?" tanya Ayah, hatiku bersorak senang.

Si "Rambut Biru"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang