Hari-hari berlalu dengan cepat. Sejak makan malam keluarga yang terakhir, kehidupan Seungcheol dan Jeonghan berjalan tanpa perubahan berarti, seolah pengumuman perjodohan itu tidak memiliki pengaruh. Bagi orang luar, keduanya tampak sepenuhnya fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing.
Seungcheol hampir sepenuhnya menyibukkan diri dengan bisnis keluarganya. Kesibukannya berputar pada proposal-proposal besar, presentasi kepada para investor, dan perencanaan proyek yang seolah datang bertubi-tubi tanpa henti. Sering kali ia tak pulang sampai larut malam, menjadikan ruang kantornya sebagai tempat pelarian yang nyaman dari kerumitan hidup yang tak kunjung berhenti menghantuinya.
Pertemuannya dengan Jihoon semakin jarang. Bahkan ketika ada kesempatan untuk bersama, suasana di antara mereka terasa canggung. Malam-malam mereka yang biasa penuh dengan canda dan cerita kini hanya diisi dengan pembicaraan singkat seputar pekerjaan atau hal-hal sederhana yang tak lagi berkesan. Di salah satu kesempatan, Jihoon sempat bertanya dengan hati-hati, "Kau tampak... lebih sibuk dari biasanya, Seungcheol. Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?"
Seungcheol hanya menggeleng, tersenyum tipis. "Tidak, hanya pekerjaan yang sedikit berat akhir-akhir ini."
Namun, ia sendiri menyadari bahwa ini bukan hanya tentang pekerjaan. Ada kebingungan dalam hatinya, perasaan yang ia hindari dengan bekerja lebih keras dan menenggelamkan diri dalam rutinitas yang menyita waktu. Rasa bersalah kadang muncul setiap kali ia menatap Jihoon, terutama saat ia tahu bahwa perasaan dan hubungan mereka perlahan-lahan menjadi hambar, seperti bayangan dari masa lalu yang mulai memudar.
Sementara itu, Jeonghan menjalani kesehariannya dengan wajah tenang dan senyum yang selalu tampak profesional. Di kantornya, ia berhasil menyeimbangkan perannya sebagai pewaris Yoon Group dengan tuntutan besar yang datang dari keluarga. Setiap kali ada pertemuan keluarga, ia tampil rapi dan sopan, memenuhi ekspektasi keluarganya tanpa sedikit pun menunjukkan gejolak yang mungkin ia simpan dalam hatinya.
Namun, saat ada pertemuan keluarga, baik Seungcheol maupun Jeonghan tak bisa sepenuhnya menghindar dari perbincangan tentang perjodohan mereka. Para kakek, yang mengamati perkembangan mereka dengan saksama, sering kali menyinggung hubungan mereka dan seberapa jauh perkembangan yang telah dicapai. Namun, setiap kali ditanya, baik Seungcheol maupun Jeonghan hanya tersenyum kecil dan beralasan bahwa pekerjaan mereka terlalu menyita waktu untuk mengurusi hal lain.
"Hubungan kalian ini tidak bisa dibiarkan hanya tergantung pada pekerjaan," ujar Kakek Choi suatu malam, saat mereka sedang duduk di meja makan dalam salah satu pertemuan keluarga. Tatapannya tajam, mengisyaratkan ketidakpuasan. "Kalian harus mulai lebih serius memikirkan masa depan bersama."
Seungcheol, yang duduk di sebelah kakeknya, menatap ke bawah. Ia berusaha menyembunyikan ketidaksenangan yang perlahan muncul. Namun, sebelum ia sempat membalas, Kakek Yoon ikut berbicara, "Ini bukan tentang kalian berdua saja. Ini tentang kedua keluarga, Seungcheol, Jeonghan. Kalian harus memahami betapa pentingnya ini bagi kami."
Meski merasa terbebani, Jeonghan tetap tenang. Ia hanya mengangguk dengan sopan, mempertahankan sikapnya yang penuh pengertian dan tunduk pada keinginan keluarga. Dalam hati, ia tahu bahwa melawan hanya akan memperkeruh keadaan. Seperti biasa, Jeonghan mampu mengatur perasaannya dengan baik, berusaha menerima keadaan yang ada, bahkan ketika situasi ini terasa semakin menekan.
Namun, di sisi lain meja, Seungcheol merasa mulai muak dengan tekanan ini. Semakin hari, tuntutan keluarga semakin mendesak, dan Seungcheol mulai merasa hidupnya dikendalikan oleh orang lain, seolah tak ada ruang untuk dirinya sendiri.
Puncaknya tiba di salah satu malam yang seharusnya menjadi acara makan malam keluarga biasa. Saat semua orang sudah duduk dengan nyaman di meja makan, para kakek tiba-tiba menarik perhatian mereka dengan suara yang serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heirs : Quiet Flames [Jeongcheol]
FanfictionSeungcheol baru saja kembali dari Berlin setelah belasan tahun tidak menginjak kampung halamannya, tetapi baru saja satu minggu berada disana, ia harus menghadapi perjodohan dengan teman masa kecilnya, Jeonghan. Bussiness partner. Love & Hate Rela...