22.

1.3K 100 1
                                    

✧*。٩(๑˙╰╯˙๑)و✧*。


Alken berjalan menelusuri kota, sungguh sial sekali baginya, hujan semakin deras untung saja ada toserba di pinggir jalan, dirinya pun meneduh sebentar, hujan di barengi dengan angin yang sedikit kencang membuat dirinya menggigil kedinginan.

Membuka tas ransel dan mengambil satu hodie berwana biru denim, ia pun langsung mengenakan nya.

Hari semakin gelap, dirinya masih meneduh ti tempat yang sama dan hujan masih saja deras.

Beberapa saat kemudian hujan mulai mereda, ia pun ingin melanjutkan perjalanan nya, ia berniat pergi ke rumah nya yang dulu,  yang berada di kota **** .
Dengan uang saku yang di milikinya mungkin saja cukup untuk pergi kesana. Tapi dia bingung harus menaiki apa? Apakah bus angkutan?

Dirinya pun menanyakan pada seorang pria dewasa yang ada di sampingnya.

"Maaf om, saya pengen nanya kalo pengen pergi ke kota **** harus naik apa ya?" tanya Alken.

"Kamu bisa menaiki angkutan bus atau kereta api, jika ingin kesana masih butuh 1 jam lagi untuk ke terminal atau stasiun" jawab pria itu.

"Makasih om" ucap Alken berterimakasih.

Dirinya pun melanjutkan jalan, untung saja tadi dirinya melirik jam dan menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Masih ada waktu untuk dirinya sampai.

.
.
.

(⁠✧⁠Д⁠✧⁠)⁠→

.
.
.

"Maaf tuan, tapi tuan Alken masih belum di temukan" jawab bodyguard yang tadi mencari keberadaan Alken.

"Sialan! Apa yang kau lakukan sedari tadi ha?! Bagaimana tidak bisa menemukan anak haram itu?!" Sentak Adrian kesal.

"Cari dia sampai dapat! Jangan pulang sebelum kau menemukan nya!" Teriak Adrian.

"Berani beraninya itu anak!" Geram Adrian.

Semua anggota keluarga Rahanjaya berkumpul di ruang keluarga.

Jangan tanyakan bagaimana reaksi Azwan dan adriel mereka tampak biasa saja, bahkan mereka berharap jika adik nya itu mati kecelakaan atau tidak di bunuh oleh penjahat.

Ratna sedari tadi diam saja dengan raut wajah yang biasa saja tidak ada rasa khawatir dari wajahnya.

Adrian menelpon seseorang ia tampak prustasi harus bagaimana lagi.

Telepon itu pun tersambung. "Ada apa?" Tanya seseorang di sebrang sana.

"Mah.. Alken kabur dari rumah" jujur Adrian. Yap dirinya menghubungi ibundanya yang bernama Yuni.

"Apa?! Mengapa bisa?" Tanya dari Yuni dengan nada yang sedikit terkejut.

"Rian udah suruh bodyguard buat mencari Alken namun sampai sekarang belum ketemu" jelas Adrian.

"Cari dia sampai ketemu" ucapnya

Belum sempat Adrian membalas, telepon itu sudah di matikan sepihak oleh bundanya.

⟵⁠(⁠๑⁠¯⁠◡⁠¯⁠๑⁠)

Alken sekarang berada di dalam mobil bus, untung saja dirinya datang tepat waktu kalo tidak mungkin besok pagi dirinya bisa pergi.

Alken menyenderkan kepalanya pada bagian belakang kursi mobil bus. dirinya akan istirahat. Supir itu bilang jika mereka akan sampai paling lama 12 jam dan paling cepat 10 jam.

Alken terbangun karna seseorang memberikan beberapa makanan yang memang di sediakan dalam bus.

Membuka gorden yang di sampingnya lalu melihat ke luar jendela, langit masih gelap. Ia bingung harus melakukan apa dan akhirnya pun dirinya tidur lagi.

Beberapa jam kemudian Alken sudah tiba di kota ****. Dirinya sangat senang walaupun jarak antara rumah masih sangat jauh.

Alken sudah tidak sabar bertemu dengan keluarganya, sedari tadi Alken tersenyum karna rasa senang dan lega karna sudah bebas dari jeratan keluarga Rahanjaya.

Uang saku Alken sisa seratus ribu, apakah itu cukup untuk dirinya sampai di rumah keluarga Aryanta?.

Mau tidak mau dirinya menaiki taxi, dalam perjalanan tidak ada percakapan dan sampai lah di daerah ****

Dirinya pun memberikan uang pada sopir taxi lalu dirinya berjalan lagi.

Alken sangat rindu dengan daerah kota ini, kota di mana dirinya di besarkan.

Dan beberapa saat kemudian Alken sampai di depan gerbang rumah Aryanta.

Alken meneteskan air matanya, dirinya sangat rindu dengan ayah dan abang abangnya, walaupun mereka sering sekali menyiksa dirinya tapi Alken atau Arkan tidak pernah ada rasa benci pada keluarganya.

Alken sedikit mengernyit kan dahinya, mengapa pagarnya di gembok?

Dan rumahnya seperti sudah lama tidak berpenghuni apakah Alken salah rumah? Tapi benar ia masih ingat betul dengan rumah lamanya.

Alken menyerah, dirinya terduduk dan menyandarkan tubuhnya di pagar.

Sudah tidak ada harapan untuk nya.
"Hiks bang Reyhan" Alken menangis tersedu sedu.

Selang beberapa saat ada seorang satpam yang berkeliling komplek. Satpam itu mendekati Alken. "De lagi ngapain?" tanya satpam itu.

Alken mendongakkan kepalanya, ah satpam komplek yang sering berkeliling. Dulu saat Alken di tubuhnya dirinya cukup dekat dengan satpam ini, karna terkadang Alken tidak di perbolehkan masuk ke dalam rumah alhasil dirinya akan ikut tidur atau berjaga malam bersama satpam itu dan Alken sudah menganggap bapak satpam ini seperti ayahnya.

"Ayah aku kemana pak?" tanya Alken, dirinya lupa bahwa ia bukan lagi seorang pemuda yang bernama Arkan tapi seorang pemuda yang bernama Alken.

"Siapa ayah kamu?" tanya satpam itu kembali.

"Maksud nya keluarga yang tinggal disini mereka kemana?" tanya Alken.

"Oh keluarga Aryanta, mereka sudah lama pindah karna ada musibah yang menimpa keluarga itu" jawab satpam itu.

Alken terdiam, apakah karna dirinya meninggal?

"Musibah apa pak? Dan kira kira mereka pindah kemana?" tanya Alken   lagi.

"Anak bungsu bapak Aryanta meninggal dunia karna kecelakaan, selang beberapa hari mereka langsung pindah" jelas dari satpam.

Alken diam saja, apakah mereka semua kehilangan sosok dirinya?

"Adek tinggal dimana? Biar bapak anterin" tanya satpam itu.

Alken menggelengkan kepalanya "saya bisa sendiri pak, makasih." setelah itu Alken berjalan lagi, entah harus kemana sekarang?.

____

Alken kambekk!!

weyy apa cerita ane terlalu berat?

buat kalian makasi ya yang masih setia dengan cerita ane

jujur aga gak ekspek bakal rame, matur suwun semuanya.

The Story ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang