(☆▽☆)
Arkan melamun, ia masih terpaku dengan apa yang sekarang terjadi, ia masih tidak mengerti.
Yang Arkan yakini sekarang adalah dirinya berpindah jiwa, lalu pemilik tubuh asli ini kemana?, apakah ia mati? Mengapa Arkan bisa berpindah jiwa? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada dalam pikirannya.
Seharusnya Arkan mati bersama anak kucing yang ia pegang, ah dirinya jadi teringat kejadian mengerikan itu, sakit nya masih terekam jelas di otak Arkan, ia merasa bersalah kepada anak kucing itu, yang seharusnya Arkan menolong anak kucing, ia malah membawa anak kucing itu ke dalam ajalnya.
Sudah 4 hari Arkan di rumah sakit sesekali di kunjungi oleh pemuda yang menolongnya waktu itu.
Oh ya.... seorang pemuda yang pertama kali datang dia adalah Abang pertama pemilik tubuh ini yang bernama Azwan Rahanjaya lalu yang datang kedua kalinya ia adalah papahnya yang bernama Adrian Rahanjaya dan yang menolong nya serta menemani Arkan dia adalah Albi Rahanjaya Abang keduanya. Mengapa Arkan tau nama namanya? Karna Albi bercerita.
Albi mengatakan jika Arkan mempunyai 3 Abang dan satu adik perempuan, Albi juga mengatakan jika Abang yang ke 3 nya sedang sibuk urusan sekolah.
Dan Albi juga mengatakan jika mereka mempunyai seorang ibu, saat arkan mendengar kata 'ibu', Arkan senang sekali ia membayangkan jika dirinya akan merasakan kasih sayang seorang ibu lagi, di manja oleh ibu, bisa bercanda ria bersama ibu namun sudah 4 hari ini tidak ada sosok wanita yang mengunjunginya, pedahal Arkan berharap banyak bisa bertemu dengan wanita yang bisa ia panggil dengan sebutan mamah, apakah arkan harus mengubur harapan nya itu?
Arkan memandang jendela yang langsung memperlihatkan bangunan bangunan tinggi, angin menerpa wajahnya yang pucat pasi sore ini angin nya sangat sejuk dan tidak terlalu panas oleh terik matahari.
Memandang ke arah halaman rumah sakit, banyak sekali pasien ada yang bersantai, mengobrol dengan keluarga, ada juga yang hanya jalan jalan saja juga ada anak kecil.
"Alken" panggil bang Albi sambil membawa kresek putih dan di dalamnya ada buah buahan.
Arkan menoleh lalu memandang ke arah jendela lagi.
Sebenarnya Arkan masih tidak terima jika ia di panggil dengan sebutan nama asing itu tapi mau bagaimana? Ia harus terima.
"Bang.. mamah mana?" Tanya Arkan dengan polos.
Arkan penasaran apakah yang di sebut mamah sesibuk itu sampai tidak menjenguk anaknya?
Albi terdiam sejenak "mamah lagi bantuin papah, kamu tau sendirikan papah sesibuk apa di perusahaannya? Jadi mamah juga pasti sibuk" jawab Albi sambil mengupas jeruk.
Arkan diam tidak menggubris apa yang 'abang' nya katakan.
"Kapan aku bisa pul-" belum sempat Arkan menyelesaikan bicaranya, Albi sudah lebih dulu menyumpal mulut Arkan dengan jeruk.
Hadehh setelah Arkan berpindah tubuh ia jadi sering di sela saat berbicara.
"Pulih kan dulu kesehatan mu baru setelah itu kamu bisa pulang" jawab Albi.
"Jangan sampai melakukan hal aneh lagi, kamu ngerti?" ucap Albi.
"Memang apa yang aku lakukan?" tanya arkan, mao tau gimana jir orang pemilik tubuh asli nya aja belum ngasih instruksi buat ngasih ingatannya.
"Ah ya Abang lupa, intinya jangan bertindak hal bodoh yang merugikan mu" ucap Albi lagi.
Arkan hanya mengangguk kan kepalanya saja.
"Aku ingin ke sana" tunjuk Arkan ke luar jendela yang mengarah kan ke halaman rumah sakit.
"Udah di sini saja, lagian kamu belum sembuh" ucap Albi membuat Arkan cemberut
Tiba tiba handphone Albi berbunyi, ia langsung mengangkat telepon itu dan sedikit menjauh dari Arkan. Lalu setelah itu Albi pamit dari ruangan Arkan, Albi mengatakan jika dia ada urusan mendadak.
Arkan sedikit bersyukur karna ada Albi yang lumayan memperhatikannya.
Arkan melamun lagi, ia rindu dengan bang Reyhan juga teman teman nya.
Sikap Albi mirip sekali dengan Reyhan. Eh apakah dunia ini berbeda dengan kehidupan nya dulu?_____
Yahoo~
Kembali lagi bersama Arkan eh apa Alken ya??
Untuk chapter ini segini dulu aja ya
Jangan lupa votenya yaa kalo ada typo tandain yaw!
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Arkan
Novela Juvenil[ON GOING] Menceritakan kehidupan Arkan yang penuh penderitaan, di benci oleh keluarga nya sendiri. Sungguh ia tidak terpikirkan untuk bunuh diri namun takdir berkata lain..... Yang seharusnya beristirahat dengan tenang atau mungkin sudah bertemu de...