⊂((・▽・))⊃
"Mencoba menjadi yang terbaik namun tetap salah dimata orang yang sudah tidak berkenan untuk melirik."
.
.
.Alken berjalan menuruni tangga menuju ruang makan, sekarang waktunya makan malam.
Di tempat meja makan sudah ada Adrian, Ratna, Azwan, Adriel dan si bungsu. Alken duduk di sebelah adriel, menatap ke segala arah kenapa tidak ada Albi?
"Bang Albi mana?" tanya Alken kepada mereka.
Dan sialnya tidak ada jawaban dari mereka. Sungguh Alken menyesal ia seperti berbicara sendiri.
"Bang Adriel, bang Albi mana?" tanya Alken sekali lagi.
"Di kamar" jawab adriel dingin.
Beberapa menit kemudian Albi tak kunjung datang, semua orang belum memulai makan malam karna menunggu Albi.
Adrian yang sudah kesal menunggu pun menyuruh bodyguard agar memanggilnya.
Albi datang dengan muka bantal ternyata Albi tertidur, Alken sedikit lega karna tadi ia berpikir yang tidak-tidak tentang abangnya, Albi duduk di sebelah kursi milik Alken.
Makan malam telah selesai, menyisakan si bungsu yang makan nya cukup lama namun semua orang masih senantiasa menunggu Lena.
Semua anggota keluarga sudah beberada di ruang keluarga, berbincang hal apa saja atau tidak menonton film bareng,
Alken sekarang sedang membantu para maid, membantu mengelap piring yang sudah di cuci. Beberapa maid sudah melarang Alken untuk melakukan itu karna mereka jadi tidak enak seharusnya itu tugas mereka tapi Alken masih kekeuh ingin membantu.
"Ngapain si tu anak" geram adriel.
"Paling juga caper" jawab Azwan.
Albi yang sedang sibuk bermain hp mendengarnya dengan jelas ia tidak ingin merespon nya.
Adrian dan Ratna juga mendengar itu namun mereka tetap diam saja dan memilih bermain dengan si bungsu.
Adriel tampak diam sebentar lalu setelah nya ia beranjak dari duduknya pergi menuju dapur.
Azwan tersenyum miring, ia tau apa yang akan adiknya lakukan.
Setelah di dapur, adriel masih melihat adiknya ada di sana, ia pun mendekat ke arah mereka.
"Bi.. aku ingin es coklat 3 dan kopi yang biasa bang Azwan sama bang Albi pinta" ucap adriel. Di anggukki oleh pembantu itu.
Adriel tersenyum dengan penuh arti, membayangkannya saja membuat dirinya bahagia.
"Ken nanti ke sana kan?" tanya adriel.
Alken mengangguk sebagai tanda balasan.
"Nanti anterin ke sana ya? Biar sekalian, gue mau ke kamar mandi dulu" ujar Adriel lalu berjalan menuju kamar mandi.
Alken pun menurut saja, menunggu pembantunya selesai membuat kan es coklat dan kopi hangat.
Setelah sudah, Alken membawa nampan berisi kopi dan coklat dengan hati hati, takutnya jika minuman itu tumpah.
Adriel sudah keluar dari kamar mandi namun ia masih diam di ambang pintu, menunggu Alken berjalan.
Untungnya kamar mandi dan dapur berdekatan membuat Adriel dengan mudah melihat Alken berjalan dari arah belakang.
Adriel berjalan mengikuti Alken dari belakang, dengan segudang niat buruk nya.
Adriel berjalan dengan cepat lalu menyenggol lengan Alken, membuat keseimbangan tidak terjaga dan..
Prang!!
Nampan itu terjatuh dengan semua gelas yang Alken bawa.
Sungguh Adriel tidak pernah membayangkan ini, pecahan gelas kaca yang terjatuh menancap pada kakinya dan kaki alken.
Alken terkejut, ia membeku ditempat mencerna kejadian yang begitu cepat.
Adriel meringis sakit. Ia terduduk di lantai, darah sudah mengalir sedari tadi dari kakinya yang penuh luka.
Betapa terkejutnya Alken menatap abangnya yang terduduk lemas dengan darah yang mengalir dari kakinya.
Alken ikut duduk, ia merasa bingung harus bagaimana, ia terlalu panik saat ini.
Di ruang keluarga, mereka sangat terkejut dengan suara itu, Azwan penasaran dengan apa yang adik nya lakukan.
Adrian Azwan dan Albi pun berjalan menuju ke sumber suara.
Di sana terlihat Adriel dan Alken terduduk dan seperti di bantu oleh maid.
Setelah mereka datang, mereka bertiga terkejut dengan kaki adriel yang berdarah. Azwan sedikit tercengang dengan adiknya yang sampe melukai diri.
Sekarang giliran Azwan yang memanasi keadaan ini.
"Ck, adek gue lu apain njing!" Sentak Azwan kepada Alken.
"A-aku gak sengaja bang... Tadi nampan nya jatuh" beber Alken.
Alken ingin membantu adriel namun malah di tepis oleh adriel dengan kasar.
"Sialan lo!! udah bikin gue luka lo malah so baik sama gue!!" sentak adriel dengan raut wajah yang di buat buat seperti dirinyalah yang korban.
Alken menunduk, harusnya tadi ia tidak nurut, harusnya tadi ia diam saja.
"Abang nyenggol tangan aku" jujur Alken.
"Buat apa gue nyenggol tangan lu oon!!" Balas adriel meninggi kan suaranya.
"Sudah cukup!" Tegur Adrian dengan dingin.
"Azwan, Albi, bawa adik kamu ke kamar nya. Dan kamu papah hukum! Tidak ada makan malam untuk mu, cepat masuk kamar!!" titah Adrian kepada Alken.
Tidak ada bantahan dari Alken, ia pun lantas pergi menuju kamarnya.
Di sepanjang jalan, jejak kaki alken menghiasi lantai dengan bercak darah.
Ia masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan menyenderkan badannya di balik pintu.
Alken lelah, Alken tahu jika Abang ketiganya sengaja melakukan itu.
Untung nya kejadian ini tidak ada kekerasan yang di lakukan oleh Abang dan papahnya.
Alken memeluk lututnya sendiri, rasanya ia lelah dengan semua ini, Alken tidak bisa melanjutkan nya. Ia ingin pulang.
Alken merasa sakit pada kakinya saat melihat ke arah kaki, alken terkejut ternyata dirinya juga terluka.
Alken berdiri lalu berjalan menuju laci, mengambil kotak P3k, mengambil pecahan kaca yang menancap pada kakinya yang berukuran kecil sehingga Alken sendiri sedikit ngilu saat mengambil nya.
Setelah sudah di beri obat merah ia mendudukkan dirinya di atas ranjang. Alken akan pergi dari rumah ini, janji!
"Ken.. gue gagal" ucap Alken dalam hati.
_______
Segini dulu deh bayy!
Jangan lupa makan woyy!!
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Arkan
Fiksi Remaja[ON GOING] Menceritakan kehidupan Arkan yang penuh penderitaan, di benci oleh keluarga nya sendiri. Sungguh ia tidak terpikirkan untuk bunuh diri namun takdir berkata lain..... Yang seharusnya beristirahat dengan tenang atau mungkin sudah bertemu de...