11.

1.3K 65 0
                                    

(⁠✯⁠ᴗ⁠✯⁠)

Keesokan paginya Alken sudah terbangun, ia termenung. Apakah ingatan yang kemarin itu benar benar nyata?

Apakah itu potongan potongan ingatan dari Alken yang asli?

Ia mengingat ingat lagi, rasanya sakit sekaligus sedih, ternyata kehidupan Alken yang asli sangat menyedihkan.

Pantas saja saat Alken bertemu dengan keluarganya, ia merasa di benci dan memang benar.

"Aku harus bagaimana?" Ucap Alken sembari melihat ke arah jendela, ada beberapa burung yang berkicauan.

Alken ingin pulang, jika tidak bisa pulang ke dunianya ia ingin pulang ke alam sana,

Ceklek

Pintu terbuka menampakkan seorang anak kecil yang menatapnya.

"Abang sudah bangun?" tanya Lena.

Alken hanya mengangguk kan kepalanya.

Lalu Lena menghampiri Alken ia duduk di tepi kasur.

Lena mengusap tangan Alken "Abang harus sembuh yaa biar bisa main lagi sama Lena" ucapnya sembari tersenyum.

"hmm, Lena kenapa belum berangkat?" tanya Alken.

"Bent-" belum sempat Lena berbicara, ia sudah di tarik oleh Ratna.

Alken menatap sendu kepada mamahnya, mengapa wanita cantik ini tidak sesuai dengan sikap nya.

Apakah mamahnya sekejam itu?

"M-mah sakit" ucap nya di ambang pintu.

"Ah maaf sayang, kenapa kamu gak bilang kalo kamu di sini, mamah kan mencari kamu, ayo berangkat sekolah" ucap Ratna dan di balas anggukkan dari Lena.

╰⁠(⁠ ⁠・⁠ ⁠ᗜ⁠ ⁠・⁠ ⁠)⁠➝

Di lantai bawah atau kita sebut di meja makan, ada Albi,Azwan dan adriel. Mereka sedang sarapan dengan roti dan selai kacang tidak lupa minum nya juga dengan susu.

Ini sudah pukul 07:11 Adrian dan Ratna sudah pasti sudah berangkat duluan.

"Udah jam segini, sana berangkat sekolah" ucap Azwan kepada Adriel.

"Iyaa bang" lalu adriel pergi dari ruang makan.

Tersisa hanya ada Azwan dan Albi.

"Berangkat sekarang bang?" tanya Albi.

"hmm, mau bareng?"

Albi hanya nyengir saja.

⟵⁠(⁠๑⁠¯⁠◡⁠¯⁠๑⁠)

Alken sangat bosan hari ini, di rumah tidak ada siapa siapa, sekarang Alken sedang di ruang tv. Ia menonton Spongebob.

"Bi in- ah lupa, maid aku ingin jus mangga gulanya sedikit"

"Baik tuan muda" setelah itu langsung ke dapur.

Beberapa menit kemudian datang lah jus mangga.

"Makasih" ucap Alken.

"Jika tuan muda butuh sesuatu, panggil saya" ucap maid itu

Alken hanya mengangguk saja.

televisi masih bernyala dan menampilkan gambar Spongebob tapi sedari tadi Alken tidak menonton ia melamun.

"Apa yang harus aku lakukan Ken?" Batin Alken.

Alken bingung harus bagaimana, ia harus menyusun rencana apa untuk kedepannya tapi untuk apa?

Jika alken yang asli sudah tiada, lalu buat apa Alken melanjutkan? Ia bukanya tidak bersyukur karna di beri kesempatan hidup namun jika hidup penuh dengan siksaan Alken juga sudah kenyang saat masih hidup di kehidupan nya.

Ratna sudah pulang, ia berjalan ke kamarnya tidak ada tegur sapa, bahkan wanita itu tidak melirik ke arah Alken sedikit pun.

"Mah.." ujar Alken.

Wanita itu berhenti dan membalikkan badannya "ada apa?" tanya nya dingin.

"setelah ini mamah akan pergi lagi?" tanya Alken.

"Apa urusan nya dengan mu?" ucap Ratna dingin lalu berjalan lagi.

Alken sedikit berkaca kaca, sudah berapa lama Alken tidak memanggil dengan sebutan 'mamah'.

Di kehidupan yang kedua ini sosok mamah ada namun peran nya hilang bagi Alken.

Beberapa jam kemudian Adriel pulang namun di belakang nya ada beberapa pemuda yang sama memakai seragam sekolah.

Alken tertidur di sofa.

Saat Adriel berjalan ia melihat anak yang paling benci menurut nya "Ck, minggir!" ucap nya sedikit menyentak namun Alken tak kunjung bangun.

"Yaelah lu gak usah kasar kasar juga kali" ucap Erik teman adriel.

Adriel pergi ke dapur mengambil gelas dan menyicikan air lalu setelah nya kembali lagi ke ruang tv.

Byurr

Uhuk! Uhuk!

Alken terbangun, ia langsung duduk mengusap wajah nya yang basah.

"Gila lu!" pekik Gian.

Alken sangat terkejut, ia melihat ke arah Abang nya dan beberapa orang yang di sampingnya.

"gue udh bilang bangun, tapi lu gak bangun² " ucap Adriel sedikit meninggikan suaranya.

"maaf" ujar Alken menunduk langsung berdiri dan ia pun segera pergi menuju lantai atas.

"njink gila lu haha" pekik Dimas.

Teman teman nya sudah biasa melihat perlakuan adriel kepada adiknya, bukan sekali atau dua kali tapi sering jika mereka main ke rumah adriel. Tapi Gian masih tidak biasa melihat itu, ia merasa kasihan kepada Alken tapi dia tidak mau ikut campur karna itu bukan urusan nya.

Mereka pun langsung duduk di sofa, menghindari sofa yang basah. ada beberapa cemilan yang menemani mereka dan asap nikotin yang mengepul sedari tadi.

Sedangkan di sisi lain

Alken masuk ke dalam kamarnya ia langsung menganti pakaian yang basah lalu duduk di balkon, memandang langit yang cerah serta burung-burung yang berterbangan jika bisa Alken ingin seperti burung yang bebas bisa pergi ke manapun dan kapanpun.

Alken masih merasa perih pada hidungnya karena air yang masuk saat tadi di siram air oleh abangnya.

___

Yahoo~
Janlupa follow yaa!!
Tbc

kalo ni cerita masih acak acakan monmaap karna aing masih pemula.

The Story ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang